24. Pertarungan Raja-raja Arak

3.1K 28 1
                                    

Matahari belum bergulir jauh ketika sosok tubuh berpakaian ungu dan berambut putih keperakan keluar dari mulut sebuah hutan kecil. Wajahnya tampan, dan bentuk badannya tegap berisi. Melihat sebuah guci arak yang tersampir di pinggang, bisa ditebak kalau pemuda itu adalah peminum kelas kakap. Namun dari ciri-cirinya, tak salah lagi. Dia adalah Arya Buana, yang berjuluk Dewa Arak!

Dewa Arak kini melesat cepat meninggalkan Hutan Koneng. Tujuannya adalah Pulau Selaksa Setan! Mau tak mau, dia harus kembali ke Desa Koneng, lalu terus berjalan ke Utara.

Berkat ilmu meringankan tubuhnya yang sudah mencapai tingkat tinggi, dalam waktu sebentar saja pemuda berambut putih keperakan itu telah tiba di tembok batas Desa Koneng.

Sesampainya di sini, Arya menghentikan larinya. Pandangannya tertumbuk pada carikan kain yang menempel di tembok. Surat tantangan yang ditulis di atas sehelai kain, dan diajukan oleh Setan Mabuk. Beberapa saat lamanya pemuda berambut putih keperakan itu memperhatikan, lalu mencabutnya. Dewa Arak merobek-robek carikan kain itu, lalu membuangnya. Kemudian, kakinya melangkah memasuki mulut desa (Agar jelas, silakan baca serial Dewa Arak dalam episode "Setan Mabuk").

Arya sama sekali tidak merasa heran melihat suasana sepi yang melingkupi sekeliling Desa Koneng. Jalan utama desa begitu lengang. Rumah-rumah penduduk tampak menyedihkan. Sebagian besar telah porak-poranda. Daun-daun pintu telah copot dari ambangnya. Begitu pula daun jendela yang pergi entah ke mana.

Sambil terus menoleh ke sana kemari, pemuda berpakaian ungu itu terus melangkah masuk ke dalam desa. Seperti juga sebelumnya, hanya kesunyianlah yang dijumpainya. Desa Koneng benar-benar telah menjadi desa mati.

Secara sambil lalu, Arya melangkah menghampiri sebuah rumah yang sudah tidak memiliki daun pintu lagi. Tapi begitu melongok ke dalam, secepat itu pula kepalanya ditolehkan keluar. Ada suara menggeretak keras keluar dari mulutnya ketika kepalanya berpaling. Jelas kalau Dewa Arak dilanda kemarahan hebat.

Betapa tidak? Di ruang tengah rumah itu nampak empat sosok tubuh tengah tergolek mengerikan! Sekali lihat saja, bisa diketahui kalau semuanya telah tewas.

Dua di antara empat mayat itu adalah anak-anak. Sementara yang dua orang lagi adalah laki-laki dan wanita, berusia sekitar tiga puluh tahunan. Yang laki-laki tewas dengan kepala terpisah dari tubuhnya. Sedangkan yang wanita lebih mengerikan lagi keadaannya. Dia tewas dalam keadaan pakaian tidak karuan. Dapat diduga sebelum dibunuh, lebih dulu diperkosa!

Dengan dada terasa sesak oleh amarah bergelora, Arya melangkah meninggalkan rumah itu. Dan kini perjalanannya dilanjutkan kembali.

Kini Dewa Arak tidak melangkah lambat-lambat seperti sebelumnya, tapi melesat cepat mengerahkan seluruh ilmu meringankan tubuhnya yang telah mencapai taraf kesempurnaan. Sehingga yang terlihat kini hanyalah sekelebatan bayangan ungu yang melesat cepat keluar desa!

Entah berapa lama berlari, Arya sama sekali tidak menghitungnya. Yang ada di benaknya hanya berlari sejauh-jauhnya dari tempat yang membuat hatinya terguncang.

Pemuda berpakaian ungu itu baru melambatkan larinya begitu melihat tembok batas sebuah desa, tak jauh di hadapannya.

Mendadak pandang mata Arya terbelalak begitu melihat sesosok tubuh tengah berlari tersaruk-saruk dari dalam desa. Menilik dari gerak-gerik orang itu, seperti ada sesuatu yang ditakutinya. Hal ini membuat Dewa Arak semakin mempercepat larinya. Dia ingin tahu, apa yang membuat orang itu bertindak demikian.

Tapi selagi jarak di antara mereka masih terpisah tak kurang dari tujuh tombak, tubuh orang yang berlari-lari itu jatuh tersungkur. Bahkan langsung diam tak bergerak lagi.

Gigi Arya bergemeletuk keras menahan kegeraman yang amat sangat. Pandangan matanya yang tajam, tadi melihat sekelebatan benda berkilauan menyambar punggung orang itu. Dan benda itulah yang menyebabkan orang tadi roboh tersungkur.

Serial Dewa Arak - Aji SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang