Kicau riang burung hutan menyambut gemblra datangnya sang pagi. Matahari bersinar lembut menyinari bumi. Angin bertiup semilir membawa angin sejuk saat dua sosok tubuh melangkah perlahan-lahan memasuki mulut hutan.
Dua sosok tubuh itu ternyata adalah sepasang muda-mudi. Yang satu adalah seorang pemuda berambut putih keperakan dan berpakaian ungu. Sementara yang satunya lagi seorang wanita cantik jelita berpakaian serba putih dan berambut panjang terurai hingga ke punggung.
Muda-mudi ini melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Sesekali keduanya menarik napas dalam-dalam sambil mengembangkan dada, menghirup udara pagi yang bersih sebanyak-banyaknya.
Mendadak keduanya serentak menolehkan kepala ke satu arah. Jelas seperti ada sesuatu yang menarlk perhatian mereka.
"Kau juga mendengar suara itu, Melati?" tanya pemuda berambut putih keperakan sambil menolehkan kepala, memandang wajah gadis berpakaian putih di sebelahnya.
"Ya," sahut gadis berpakaian putih yang ternyata adalah Melati seraya menganggukkan kepala. "Sepertinya ada pertempuran, Kang Arya."
"Benar," pemuda berambut putih keperakan yang tidak lain adalah Aiya Buana alias Dewa Arak membenarkan dugaan tunangannya.
"Arahnya dari sebelah sana, Kang," ucap Melati lagi. Telunjuk tangan kanannya menuding ke Selatan.
"Kalau begitu mari kita ke sana," ajak Arya ke arah yang ditunjukkan gadis berpakaian putih. Tanpa diberi tahu oleh Melati pun sebenarnya pemuda berambut putih keperakan ini sudah mengetahui asal, suara itu.Sesaat kemudian sepasang muda-mudi ini telah melesat cepat meninggalkan tempat itu. Cepat bukan main gerakan keduanya. Melati dan Dewa Arak seperti saling berlomba menuju ke arah asal suara yang tadi mereka dengar.
Tentu saja kalau Arya mau mengerahkan seluruh kemampuan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, Melati akan tertinggal. Tapi pemuda berambut putih keperakan ini tidak mau melakukannya. Ilmu lari cepatnya hanya dikerahkan sebatas mengimbangi lari gadis berpakaian putih itu.
Sesaat kemudian, asal suara yang mereka dengar telah terlihat. Tampak di kejauhan, dalam jarak sekitar sepuluh tombak, seorang wanita berpakaian merah menyala bersenjata tongkat pendek berujung runcing tengah berhadapan dengan empat orang bersenjata golok.
Arya segera memegang tangan Melati begitu melihat gadis berpakaian putih itu sudah bersiap-siap campur tangan.
"Jangan turun tangan dulu sebelum kita tahu jelas masalahnya," bisik Dewa Arak menasihati.
Mendengar teguran itu, sekujur urat-urat syaaf dan otot-otot Melati yang tadi menegang penuh kekuatan seketika melemas kembali."Mengapa, Kang Arya?" tanya Melati, pelan dan lembut. Tapi jelas ada nada penasaran dalam suaranya.
Dewa Arak geli mendengar adanya tuntutan dalam suara gadis itu. Sekuat tenaga ditahannya perasaan geli yang bergejolak itu. Pemuda berambut putih keperakan ini tahu betul sifat keras Melati. Sungguhpun sejak akrab dengannya, sifat gadis berpakaian putih ini telah berubah drastis, namun tidak berarti seluruh sifat kerasnya hilang. Justru sikap keras Melati itulah yang membuatnya gembira."Uhk...!"
Arya berpura-pura batuk untuk menghilangkan perasaan gelinya.
"Kita belum tahu masalah mereka, Melati," jawab Arya sabar. "Kita belum tahu siapa yang salah dan benar. Tunggu saja dulu. Kita lihat perkembangannya nanti."Melati pun terdiam, Dan dengan sendirinya suasana pun jadi hening karena Dewa Arak tidak melanjutkan ucapannya lagi. Tanpa bercakap-cakap lagi, kaki mereka dilangkahkan mendekati tempat pertarungan. Kini mereka memperhatikan jalannya pertempuran dari balik sebatang pohon.
"Para pengeroyok gadis itu..., sepertinya bukan orang baik-baik, Kang," ucap Melati lagi setelah mulai dapat melihat jelas wajah empat orang itu.
Tidak ada sahutan sama sekali dan mulut Dewa Arak yang berada di sampingnya. Melati jadi he ran. Kepalanya ditolehkan dan seketika wajah gadis berpakaian putih ini menyemburat merah.
![](https://img.wattpad.com/cover/96589041-288-k705340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
قصص عامةHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...