"Hiyaaa...!"
Sebuah kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda beipacu cepat merambah sebuah hutan. Sang kusir lernyata seorang gadis cantik berusia sekitar dua puluh tahun dan pakaiannya berwarna biru muda. Gadis itu tak henti-hentinya melecutkan cemeti ke punggung kuda itu, dalam usahanya memacu laju kudanya secepat mungkin.
Wajah gadis itu menampakkan kecemasan yang hebat Jelas ada sesuatu yang ditakutinya. Dan itu memangbenar! Di belakangnya, hanya berjarak sekitar beberapa tombak, belasan orang berkuda mengejarnya.
Sedikit demi sedikit jarak di antara mereka kian dekat. Tak lama kemudian, para pengejar yang berada di bagian terdepan, mulai menyusul kuda itu. Sudah dapat ditebak maksudnya. Apalagi kalau bukan menyalip kereta kuda itu.
Ketika dua orang pengejar itu sudah menyusul, mereka masing-masing berada di kanan kiri kereta kuda. Tirai yang menutupi pintu kanan dan kiri kereta kuda itu tersingkap. Dan dari balik tirai yang tersingkap Itu, muncul masing-masing sebuah tangan yang langsung mengibas.
Singgg...! Singgg...!
Sebilah pisau melesat dari masing-masing pintu kereta, dan mengarah pada pengejar yang menyusul kereta kuda itu.
Peristiwa selanjutnya terjadi begitu cepat.
"Akh...! Akh...!"
Jerit lengking kematian terdengar ketika pisaiu- pisau itu mengenai tubuh dua pengejar yang menyusul kereta kuda itu. Seketika itu juga tubuh mereka roboh ke tanah dalam keadaan tanpa nyawa.
Tentu saja melihat kejadian itu, para pengejar yang berada di belakang kedua orang yang sial itu menjadi gusar bukan kepalang. Dua di antara mereka yang terdepan, segera menggerakkan tangannya.
Singgg...! Singgg...!
Dua bilah pisau berwarna putih mengkilat melesat cepat ke arah dua ekor kuda yang menarik kereta.
Cappp...! Cappp...!
Tentu saja dengan matinya dua ekor kuda itu, laju kereta pun terhenti diiringi suara hlruk pikuk.
Wanita cantik berusia dua puluh tahun yang menjadi kusir itu melompat turun dari keretanya.
"Hup...!"
Ringan tanpa suara kedua kaki gadis berpakaian biru muda itu hinggap di tanah, di bagian belakang kereta. Tepat berada di depan para penunggang yang mengejarnya. Menilik dari sikapnya, terlihal jelas kalau gadis itu berusaha melindungi isi kereta dari para pengejarnya.
"Hup...!"
Belasan orang pengejar kereta kuda itu pun ber- lompatan turun dari kudanya, begitu melihat gadis cantik berpakaian bim muda itu bersikap menghalangi. Di tangan gadis itu terhunus sebilah pedang.
"Ke mana pun kalian pergi, tetap akan kami kejar. Orang seperti kau dan kedua orang tuamu itu harus mati, Malini!" seru salah seorang dari belasan pengejar itu yang berusia setengah baya, berpakaian wama kuning emas. Cambang yang cukup lebat menghiasi pipinya. Wajah dan sikapnya gagah, seperti juga belasan orang lainnya. Tidak ada potongan perampok ataupun penjahat sama sekali baik pada wajah mau- pun sikap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
Художественная прозаHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...