1

1K 34 0
                                    

Ai Fukuzawa

Ai Fukuzawa atau sering dipanggil A-chan. Gadis berumur 24 tahun kelahiran Kyoto, Jepang. Seorang fotografer berbakat.

Gadis keturunan Jepang-Australia. Memiliki tinggi 160 cm. Dengan tinggi tubuh yang mewarisi dari gen ayahnya, Arai Fukuzawa, yang memang orang Asia. Ai memiliki warna mata biru gelap sama seperti warna mata milik ibunya, Lusi Karla.

Ai sedang mengelap kamera kesayangannya. Kemudian memasukkannya ke dalam tas yang memang khusus ia desain sendiri.

Sebuah koper berisi perlengkapan pribadinya sudah bersandar di dekat meja rias. Persiapan untuk liburan selama dua minggu sebelum ia melanjutkan pekerjaannya yang sangat melelahkan.

"A-chan..." suara Lusi, ibunya, membuat Ai mengangkat wajahnya.

Lusi tersenyum menyembulkan kepalanya di pintu kamar Ai. "Kau sudah bersiap?" tanya Lusi lagi.

Ai mengangguk. "Semua sudah selesai, Ai sudah membereskan barang-barang Ai, Mom."

"Kalau sudah selesai, cepat turun ke bawah ya... Dad-mu sudah menunggu untuk makan malam." Setelah mendapat anggukan dari Ai, Lusi langsung turun menyiapkan makan malam untuk mereka.

Ai adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakak laki-laki Ai sudah menikah.

Rey Fukuzawa, kakak pertama Ai yang berumur 29 tahun sudah menikah dengan Akarin. Mereka menetap di Hokkaido yang memang kampung halaman Akarin.

Kakak kedua Ai bernama Kenji Fukuzawa. Ia lebih tua 2 tahun di atas Ai. Ken menikah dengan Cerill setahun yang lalu. Dan baru sebulan lalu mereka pindah untuk menetap di New York.

"Pesawatmu berangkat jam berapa Ai?" tanya Arai, daddy Ai.

Mereka baru menyelesaikan makan malam, dan sedang berkumpul di ruang keluarga. Ai duduk bersandar di pundak daddy-nya. Di sisi Ai yang lainnya, Lusi duduk sambil sesekali mengganti saluran TV yang mereka tonton.

"Besok pagi Dad." Ai memeluk daddy-nya erat. Ia adalah putri kesayangan Arai Fukuzawa. Putri satu-satunya yang selalu dimanja.

"Daddy tidak bisa mengantarmu besok."

"Tak apa Dad... yang paling penting uang saku Ai ditambah ya..."

Arai terkekeh.

---

"Selamat berlibur sayang. Jangan susahkan kakakmu di sana ya?"

Ai diantar hanya oleh ibunya.

"Iya Mom... aku pergi dulu ya."

"Oke sayang, hati-hati. Salam untuk kakakmu dan kakak iparmu."

"Oke... bye Mom."

"Bye.."

---

Takahiro Morita

Seorang vokalis band rock terkenal. Ia dan personil bandnya sedang melakukan tour untuk promosi album yang baru mereka rilis.

Takahiro Morita, vokalis dari band rock bernama One Ok Rock (OOR). Teman-teman sesama band memanggil ia Mori-chan. Dengan tinggi badan 167 cm, ia pandai memainkan gitar, drum, dan piano. Dia dikenal dengan pribadi yang ramah dan cenderung usil. Suka sekali menjahili teman-temannya.

Taka duduk dengan menekuk kakinya. Ia bersandar malas di sebuah sofa panjang. Ia, teman-teman bandnya dan beberapa kru sedang mendengarkan celotehan dari Yokoyama-san, manager One Ok Rock.

"Persiapan konser minggu depan. Jadi untuk minggu ini aku bebaskan kalian. Dan jangan buat masalah. Dengar itu Mori-chan?" tanya Yokoyama sarkastik. Taka memang terkenal dengan pembuat masalah.

"Haik... tenang saja Yoko-chan, semua aman terkendali." Taka tersenyum lebar.

"Mori-chan... kau tidak sadar betapa jahilnya tanganmu itu. Kau pasti tidak bisa diam untuk tidak membuat masalah dalam seminggu ini." Ucap Tomoya, drumer One Ok Rock.

"Kau..." Taka melempar kripik kentang yang tersedia di meja. Menimpuk Tomoya beberapa kali. Ia berdiri dari duduknya mendekati Tomoya. Memiting kepala Tomoya, untuk merasakan bau dari ketiaknya.

Taka tertawa puas ketika Ryota (bassis) dan Toru (gitaris) ikut membully Tomoya. Melempari Tomoya dengan keripik atau makanan apapun yang tersedia di atas meja di depan mereka. Well... nasib Tomoya yang memang menjadi bahan bullyan bagi teman-temannya.

"Oke... rapat kita selesai. Kalian boleh kembali." Ucap Yokoyama. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah absurd personil OOR.

---

Ai baru saja mendarat di New York. Ia mengutak-atik layar HPnya. Sudah 30 menit ia menunggu seseorang yang berjanji akan menjemputnya di bandara.

"Hallo kak Kenji... aku sudah sampai dari tadi. Kau dimana?!" Ai menggerutu sebal.

Seseorang menepuk pundak Ai dari belakang. Secara reflek, Ai menoleh.

"Kakak ada di sini." Kenji meringis mendapati pelototan dari adiknya.

Ai berkacak pinggang menatap Ken tajam. "Bagaimana kalau Ai hilang kak Ken?!"

"Jangan berlebihan Ai. Kau sudah 24 tahun, dan New York sudah kau jelajahi sampai kesudut-sudutnya. Kau tak mungkin tersesat Ai."

"Kak Ken sudah membuatku menunggu selama 30 menit. Catat itu! Ai paling tidak suka disuruh menunggu."

"Iya kak Ken minta maaf."

Ai masih bergeming tak bergerak.

"Satu kotak donat?" Bujuk Ken.
"Ditambah Cup jumbo ice cream?"

"Oke kak Ken dimaafkan."

---

"Ai akan jalan-jalan sebentar  kak." Seru Ai. Ia berlari keluar rumah. Setelah cukup istirahat, Ai tak mau menyia-nyiakan harinya untuk berburu foto.

"Kembali sebelum makan malam."

"Siap."

---

Taka keluar dari lobby hotel. Ini adalah hari pertama selama seminggu hari liburnya.

Taka memakai topi rajut dan kacamata hitam berharap bisa menyamarkan identitasnya. Berharap para fans OOR tak mengenalinya. Ia ingin jalan-jalan menyusuri kota New York.

Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku hoodinya. Headsfree terpasang di telinga, memutar beberapa playlist di Iphone miliknya. Gedung-gedung menjulang tinggi di setiap sisi jalan, mengiringi langkah Taka.

"Are you Taka from One Ok Rock?" seseorang menyapanya.

"Ya.." jawab Taka, membuat orang itu terkesiap bahagia.

"Boleh berfoto?" tanya orang itu lagi.

"Sure.."

Mereka berfoto.

Beberapa orang di sekitar mereka mulai berbisik-bisik. Segerombolan suara melengking tak jauh dari belakang mereka.

Taka berbalik untuk melihat. Sekumpulan cewek meneriakkan namanya. "Takaaa..."

"Oh no..." Taka kembali berbalik dan mulai jalan menjauh. Jika mereka, para fans, terus diladeni maka tak akan ada habisnya. Hilang sudah hari tenang untuknya.

Taka mulai berlari kencang. Menjauh. Ia berbelok ke area perbelanjaan yang cukup ramai. Taka terus berlari. Beberapa kali mendapat makian dari orang-orang yang tak sengaja ia tabrak.

Suara melengking itu sudah tak terdengar. Tapi Taka terus berlari.

Buk...

Brak...

Krekk!!..

Lagi-lagi Taka menabrak orang. Karena larinya yang terlalu kencang. Ia tak bisa mengendalikan tubuhnya ketika menabrak seseorang. "Krekk!.." kaki Taka menginjak sesuatu.

Ia menatap ke bawah. Oh God... sebuah kamera bersarang di bawah kakinya. Hancur terbelah dua.

Ai-Taka (OOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang