Para personil OOR baru saja mendarat di bandara Haneda. Banyak fans yang sudah menunggu mereka di pintu keluar. Mereka, personil OOR, menyapa sebentar pada para fans. Setelah itu mereka digiring masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Yoko-san, manager OOR.
Toru menghentikan langkahnya di depan pintu mobil yang sudah terbuka.
Tomoya memandang heran pada leadernya itu. Sedangkan Ryota seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Toru, sahabatnya.
"Kau tak masuk?" tanya Tomoya ketika Toru bersiap membalikkan badannya, bersiap melangkah manjauh.
"Tidak." Sungkat, padat dan jelas. Toru melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan tatapan heran dari Tomoya.
"Biarkan saja dia." Ryota mencegah Tomoya yang ingin mengejar Toru.
"Mau kemana dia?"
"Ada tempat yang selalu ia kunjungi setiap kali ia menginjakkan kaki kembali ke Jepang. Apalagi hari ini adalah tanggal 21 Maret."
"Memangnya ada apa dengan tanggal 21 Maret?"
"Itu adalah tanggal spesial untuk Toru." Karena itu tanggal kelahiran sekaligus tanggal kematian Hana-chan, kekasih Toru.
Toru adalah orang tertutup, apalagi menyangkut hal-hal pribadinya. Tidak ada yang tahu siapa kekasih Toru. Hanya Ryota, sahabat Toru sejak kecil, yang tahu tentang segala sesuatu tentang Toru Yamashita.
"Nee.. Ryota-san, sebenarnya apa yang kalian bicarakan waktu di pesawat tadi?"
"Kau menguping?!"
"Tidak. Aku bahkan tidak bisa mendengar apa yang sedang kalian bicarakan karena tempat duduk kita agak jauh"
Syukurlah. "Tidak ada, bukan apa-apa. Hanya perbincangan kecil."
---
Toru tersenyum memandang sebuket bunga kesukaan Hana. Bunga Lavender.
Toru turun dari mobil yang dikendarainya. Berjalan menenteng buket bunga di tangan kanannya.
Sampai Toru di tempat tujuannya.
B
erdiri di depan sebuah nisan.
Toru tersenyum menatap ukiran nama 'Hanako Morita', nama sang kekasih.
"Hai... Hana-chan, aku datang lagi." Toru meletakkan buket Lavender di depan nisan itu.
"Selamat ulang tahun Hana-chan." Toru diam, ia menundukkan kepalanya. Mencoba manahan air mata yang seolah mendesak ingin keluar. "Aku merindukanmu Hana."
"10 tahun kau pergi, dan aku masih tetap merindukanmu. Tentang permintaan itu... aku sedang mengusahakan. Aku telah berteman dengan kakakmu. Tapi Hana... aku masih belum bisa mengaku siapa diriku di depan kakakmu. Aku belum bisa. Aku takut ia membenciku, Hana."
Angin berhembus seolah memeluk tubuh Toru yang masih diam.
Toru tersenyum memandang ukiran nama Hana, seolah ada Hana di depannya. "Aku tahu kau akan meminta hadiah ulang tahunmu." Toru mengeluarkan benda kecil dari saku jaketnya.
Sebuah Harmonika tua. Harmonika pemberian Hanako Morita.
"Kau selalu memintaku untuk memainkan Harmonika di hari ulang tahunmu. Sekarang... aku akan memainkan sebuah lagu untukmu. Dengarkan baik-baik ya."
Toru mulai meniup, memainkan Harmonika.
Mata Toru terus menatap nama Hanako. Kenangan mereka menyeruak dalam kepala Toru. Mengiringi setiap nada yang ia mainkan. Setetes air mata meluncur begitu saja.
Toru terus memainkan Harmonikanya, hingga nada tinggi dan menyayat mengakhiri permainannya.
"Selamat ulang tahun Hanako Morita. Aku akan selalu merindukanmu."
Toru tersenyum sebelum ia meninggalkan tempat itu. Untuk kembali lagi suatu saat nanti.
---