Taka duduk bersandar di sebuah bangku kayu di dekat kolam ikan di rumahnya. Matanya memandang ikan-ikan beragam warna itu, tapi tatapannya kosong.Setelah pulang memancing, Hiro pergi karena ada urusan dengan teman-teman bandnya. Hiro memiliki band yang diketuai oleh Hiro sendiri. Nama bandnya My First Story. Memang tidak sebesar nama One Ok Rock, tapi cukup terkenal di Jepang.
Taka mengingat kembali ketika ia dan Hiro selesai memancing. Dengan tiba-tiba orang itu muncul. Taka tak menyangka bahwa ia akan bertemu du tempat itu.
Flashback on
"Taka... Hiro..." ucapnya dengan tatapan sendu.
Sudah hampir 5 tahun mereka tak saling menyapa.
Taka berniat melangkahkan kakinya pergi, tapi Hiro mencegah dengan menahan lengan Taka.
"Setidaknya kita bisa bicara sebentar, kak." Ucap Hiro.
Taka menatap Hiro. "Lima menit."
Hiro tersenyum, akhirnya kakaknya mau menurunkan sedikit egonya.
Sedangkan orang itu, sedari tadi hanya melihat interaksi antara Taka dan Hiro. Tanpa ia sadari, ia menghela nafas lega.
"Kita cari tempat untuk bicara." Ucap orang itu.
"Tidak. Di sini saja. Ini lebih dari cukup." Tolak Taka.
"Di sini? berdiri seperti ini?!" Hiro menyikut lengan Taka.
"Iya atau tidak sama sekali." Taka mengacuhkan Hiro yang kini sudah menatapnya kesal.
"Sudahlah Hiro, tidak apa." Ucap orang itu.
Hiro mengangguk patuh.
Hening.
"Bagaimana kabar kalian?"
"Kami baik-baik saja." Ucap Hiro.
Taka diam.
"Ayah minta maaf Taka, Hiro, dan pada ibu kalian. Ayah mengaku, ayah yang salah."
Taka mencibir.
"Mudah sekali anda meminta maaf. Anda tahu... karena anda yang terlalu keras dan tak bisa dibantah, anda telah membunuh putri anda sendiri! Anda membunuh adik perempuanku satu-satunya!"
"Kak..." Taka tak menghiraukan Hiro. Ia masih belum bisa memaafkan laki-laki yang sedang berdiri di depannya.
"Kesalahan anda tak hanya itu. Anda memisahkan seorang anak dan ibunya. Anda membuat ibu menangis."
Hening. Tak ada yang bisa disangkal.
"Taka..."
"Lima menit anda sudah berakhir. Kita pulang Hiro." Taka berjalan lebih dulu, meninggalkan Hiro yang masih berdiri di sana. Di depan ayahnya.
"Maafkan kak Taka, ayah. Hiro akan membujuk kak Taka lagi. Hiro pamit."
Flashback off
Wajah itu. Suara itu. Taka merindukannya. Taka rindu ayahnya.
Tapi... tangis sang ibu dan adiknya, kembali mengingatkannya. Bahwa ia harus membenci orang yang dulu ia panggil ayah.
Taka mengambil batu kerikil di bawah kakinya, lalu melemparnya sembarang ke kolam.
Ia kembali berdiri dan meninggalkan tempat itu.
Mungkin akan sedikit menghiburnya jika ia jalan-jalan sebentar.