20

317 18 0
                                    

Taka menghadapi gosip itu dengan sendirian. Mengurus setiap pemberitaan, mengklarifikasi. Semua ia lakukan sendiri.

Kini ia terbaring di kamar apartemennya. Tubuhnya lemas. Selama hampir dua minggu ia tidak bisa tidur dengan benar. Tubuhnya sudah mencapai batas.

Bel apartemennya berbunyi.

Taka ingin mengabaikannya, tapi suara itu makin membuat kepala Taka berdenyut. Dengan enggan ia berdiri untuk membuka pintu.

"A-chan?" mata Taka terbuka lebar.

Ai berhasil kabur dengan bantuan Cerill. Meski Cerill setuju dengan larangan Ken dan Rei, Cerill tetaplah sahabat Ai. Seseorang yang akan selalu membantu Ai jika Ai meminta bantuannya.

"Taka-san...."

"Kenapa kau ke sini?" Taka menatap sekeliling, takut ada wartawan yang melihat Ai.

Taka membawa Ai masuk. "Kenapa kau bisa ada di sini? bukankah kau seharusnya masih di Australia?"

"Aku tidak mungkin diam ketika kau berjuang sendiri, Taka-san."

"Aku tidak ingin kau terluka, A-chan." Suara Taka terdengar serak. Ia terkena radang tenggorokan. Ini sering terjadi jika ia tidak bisa mendapatkan istirahat yang cukup.

"Begitu pun aku. Aku tidak akan meninggalkanmu." Ai menatap Taka, keningnya berkerut begitu menyadari keadaan Taka. "Kau sakit? Muka kamu pucat."

"Aku hanya kelelahan." Taka menjawab dengan suara serak. Keningnya berkerut menahan sakit. Perlahan ia merebahkan dirinya di sofa panjang.

Ai memperhatikan, "Kamu sudah minum obatmu?" Ai bertanya khawatir.

Taka mengangguk lemah. Kedua matanya mulai sayup. Ia mengantuk. "Ai... kemarilah." Pinta Taka.

Ai mendekat.

"Jangan hanya berdiri di situ. Berbaringlah di sini." Taka menepuk tempat di sebelahnya yang masih tersisa banyak.

Ai diam tidak mengerti.

"Aku tidak akan macam-macam. Aku hanya ingin memelukmu."

Ai berbaring di sebelah Taka. Lalu tangan Taka memeluk pinggangnya dengan erat. Menyandarkan dagunya di puncak kepala Ai.

"Kalau kau macam-macam pun aku tidak keberatan." Celetuk Ai.

"Jangan menggodaku, Ai. Kau tidak ingin aku dibunuh oleh kedua Kakakmu bukan?"

Ai terkekeh.

---

Taka menemui Arai Fukuzawa, Ayah Ai. Dia datang seorang diri menemui Ayah Ai. Untuk meminang Ai Fukuzawa.

Arai Fukuzawa menatap Taka. Ia memperhatikan penampilan Taka dari atas sampai bawah. Mencari tahu, dari sisi manakah Ai bisa menyukai Taka?

Taka duduk dengan kaku. Dadanya bergemuruh gugup menunggu keputusan dari Arai Fukzawa.

"Saya sudah menunggu sangat lama."

Taka mendongak.

"Ketika Toru datang menemuiku, memohon agar perjodohan dia dan Ai dibatalkan. Toru mengatakan bahwa akan ada seseorang yang datang meminang Ai. Seseorang yang sangat mencintai Ai. Sejujurnya aku meragukan perkataan Toru.

Sekarang aku mengerti kenapa Toru bersikeras untuk membatalkan perjodohan itu.

Kamu tahu, Ai adalah putri kesayangan kami. Tujuan kami adalah membahagiakan Ai. Kebahagiaan Ai adalah prioritas kami. Kalau kamu tidak memiliki tujuan yang sama maka saya tidak bisa merestui kalian."

Taka mengangguk mengerti. "Saya berjanji akan menjadikan kebahagiaan Ai adalah prioritas hidup saya."

Arai Fukuzawa tersenyum, lalu ia menepuk pundak Taka. "Selamat datang di keluarga Fukuzawa."

---

Pernikahan Ai dan Taka hanya dihadiri oleh kerabat dekat dan sahabat-sahabat Ai maupun Taka.

"Hwa.... Kakakku akhirnya menikah. Aku pikir kau hanya akan menua di kuil." Hiro memeluk Taka, memberi selamat.

Taka menjitak kepala Hiro. "Adik durhaka."

Ai terkekeh di sebelah Taka. Memperhatikan interaksi adik-kakak itu.

"Kakak Ipar, yang sabar menghadapi Kakakku yang super cerewet ini." Hiro beralih memeluk Ai. "Kalau kau bosan dengan Kakakku, kau bisa datang menemuiku. Kita jalan-jalan saja. Kita habiskan uang Kakakku."

Ai mengangguk. Sedangkan Taka berdecak kesal.

---

Toru berdiri menjauh dari keramaian pesta pernikahan Taka dan Ai. Ia hanya memegang segelas minuman dan tersenyum melihat Taka dan Ai yang terlihat bahagia. Tugasnya selesai, ia sudah memenuhi janjinya pada Hana.

Toru mematung di tempatnya. Ketika ia melihat bayangan Hana tersenyum melihat Taka. Lalu Hana menoleh dan mata mereka bertemu. Hana tersenyum pada Toru. Perlahan bayangan itu mengabur dan hilang.

Setetes air mata mengalir di sudut mata Toru. Segera ia menghapus sebelum orang lain tahu.

"Hubungan antara kau dan aku adalah hal paling indah dalam hidupku. Sesuatu yang akan selalu aku kenang. Hana..."

Ai-Taka (OOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang