2

531 34 1
                                    


Ai berjalan menyusuri kota New York. Beberapa kali lensa kameranya mengabadikan momen di sekitarnya.

Ai memasuki sebuah restoran di daerah pusat perbelanjaan. Ia memesan beberapa makanan.

Tak jauh dari tempatnya duduk. Ai memandang sepasang kakek nenek yang sedang tertawa. Mereka terlihat bahagia. Perlahan lensa kamera Ai mengabadikan momen itu dengan apik.

Makanan datang. Ai tersenyum ramah pada pelayan yang membawakan makanannya.

Sejenak ia mengalihkan dunia sekitar untuk menikmati makan siangnya.

Selesai makan Ai keluar dengan menenteng kameranya.

Buk...

Brak...

Krekk!..

Belum juga Ai melangkah jauh dari restoran itu. Seseorang entah datang darimana, menabraknya begitu saja. Membuat ia kehilangan keseimbangannya. Ia jatuh terduduk. Dan kamera yang tadi berada di tangannya, sudah terlempar jatuh. Dan...

"Krekk!.." suara itu bagai genderang kematian untuk Ai.

Di depan matanya, kamera kesayangannya telah terinjak seseorang. Terbelah menjadi dua.

Ai merangkak tak berdaya. Setelah kaki itu menyingkir dari kameranya yang malang. Ai mengangkat kameranya, yang kini terbelah dua, dengan perlahan.

"Maaf.." kata seseorang.

Ai tak mempedulikan orang itu. Ia sedang meratapi nasibnya. Kamera itu adalah hidupnya. Kamera itulah yang mengenalkan namanya di dunia fotografi. Bersejarah dan tak ternilai.

Orang itu membantu Ai berdiri. Menarik sebelah tangan Ai yang bebas. Karena tangan satunya setengah memeluk kamera rusak miliknya.

Ai masih membisu ketika orang yang menabraknya tadi membawanya, setengah menyeret Ai ke sebuah taman kota yang tak jauh dari tempat tadi.

Taka, orang yang telah menabrak Ai, mendudukkan Ai di salah satu bangku di taman itu. Ia masih berdiri di depan Ai. Mengamati gadis itu dari atas sampai bawah.

"Tunggu di sini, aku akan segera kembali." Ucap Taka. Ia segera berlari pergi tanpa menunggu jawaban Ai.

Ai masih diam mematung. Tak benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan Taka.

Tak berapa lama, Taka kembali dengan sekantung plastik kecil. Ia berlutut di depan Ai. Membersihkan luka di lutut Ai.

Ai sendiri baru menyadari kalau dirinya terluka. Kala sebuah kapas beralkohol itu menempel di lututnya yang sedikit lecet. Perih. Luka itu kini sudah berbalut dengan plester.

"Terima kasih." Ucap Ai lirih.

"Maaf untuk yang tadi. Aku tak sengaja menabrakmu, hingga jatuh. Dan... menghancurkan kameramu."

Ai terlihat murung kembali jika mengingat kameranya.

Taka melihat perubahan mimik wajah gadis di depannya. Berubah murung. Taka segera menambahkan, "Aku akan manggantinya."

Ai mendongak, menatap Taka. "Tentu saja kau harus menggantinya..."

"Oke.. aku Takahiro Morita... siapa namamu?" Taka mengulurkan tangannya.

Sedikit ragu, Ai memandang tangan yang masih terulur di depannya. "Ai... Ai Fukuzawa." Ucapnya menyambut uluran tangan itu.

---

Taka mendorong pintu sebuah toko. Mempersilahkan gadis itu untuk masuk.

Setelah pembicaraan mereka di taman. Taka membawa Ai ke sebuah toko yang menurut Ai akan ada kamera yang ia cari.

Ai-Taka (OOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang