Part 1

498K 29K 1K
                                    

There's always something about man behind the mask

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

There's always something about man behind the mask.

Masker operasi maksudku. Wajah mereka yang setengah tertutup, hidung ke bawah tertutup masker, dahi ke atas tertutup surgical-hat, hanya memperlihatkan sebaris mata berlindung alis yang otot-otot di sekitarnya berkerut, serius berkutat dengan apa pun yang ada di hadapannya. Kedua mata itu yang memastikan bahwa semua yang dilakukan sesuai prosedur, tidak boleh ada yang salah.

Tut... tut... tut... tut...

It's magic.

Ketika satu-satunya suara yang terdengar di latar belakang hanyalah suara mesin anestesi yang menunjukkan kestabilan hemodinamik pasien di meja operasi. Sesekali mesin itu akan bernada lain, memberi peringatan bahwa si pasien mulai tidak stabil maka si operator akan memberi instruksi singkat kepada para asisten, atau kepada penata anestesi untuk mengkoreksi kondisi terkini pasien yang sebagian organnya terbuka di hadapannya.

Selain itu, hening..

Empat buah lampu sorot terarah kepada mereka, fokus kepada luka menganga yang berdarah-darah. Kemilaunya membuat warna merah darah itu menjadi keemasan, memantulkan cahaya yang begitu terangnya. Seringkali warna merah itu membuat mata operator kelelahan dan bisa berakibat fatal. Itulah kenapa gaun operasi dibuat berwarna hijau atau biru, karena penelitian menyebutkan bahwa warna-warna itu dapat menenangkan mata yang lelah. Bagaimanapun, merekalah para bintang di atas panggung ini, and they are trying their best to give us the most breathtaking show.

Waktu seakan berhenti di ruangan. Semua fokus kepada pasien yang terbaring di atas meja operasi, yang tiga jam sebelumnya tertembak peluru timah dan kini bersarang di bagian punggung dekat tulang vertebra thorakal dua belas (tulang punggung di daerah sejajar pusar). Satu senti saja meleset ke saraf tulang belakang dan pasien ini akan lumpuh total seumur hidupnya. Begitu pula jika si operator atau para asistennya tidak sengaja melukai salah satu organ di dekat luka tembak itu, then the game is over.

"Ting!" si pembunuh mungil berukuran satu senti itu, berlumuran darah, dijatuhkan ke dalam bengkok. Tidak sadar seluruh manusia di dalam ruangan – yang super dingin- ini menghela napas yang sedari awal tertahan.

It's done.

Pasien ini telah mempercayakan hidupnya pada mereka dan itulah hal mendasar yang perlu dipahami, bahwa pekerjaan dengan resiko tinggi ini tidak akan bisa berjalan jika antara si pasien dan paramedis, khusunya dokter, tidak ada dasar kepercayaan. So, when the patient believe in us to open up their body, we know and we pray in every second until the game is done: there's no room for error.

Maka untuk itulah, kami ucapkan terima kasih dan penghormatan setinggi-tingginya pada para pasien ini; para guru kami. Karena bagaimanapun, kami belajar dari para beliau ini, siapa pun mereka. Kakek yang lanjut usia maupun bayi yang terlalu muda untuk lahir, perempuan dan lelaki atau pasien yang terlahir dengan kelainan tidak berkelamin, si pengusaha kaya yang juga pejabat ternama di suatu kota atau bahkan seorang gelandangan. Merekalah guru kami.

Sillage (Doctor Soldier Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang