Bonus Chapter - Vica : Rasyid or Damara?

360K 18.5K 1.2K
                                    

Ada sebuah kafe di pinggiran kota Jakarta yang menjadi tempat favorit Vica ketika ia sedang ingin menyendiri. Kafe ini awalnya merupakan sebuah perpustakaan pribadi dan pemiliknya adalah seseorang yang hobi membaca dan telah mengkoleksi puluhan ribu buku. Ingin berbagi koleksi tersebut dengan para "kutu buku" yang lain sekaligus mencoba peruntungan dalam dunia bisnis, si pemilik yang juga hobi kuliner ini akhirnya menjadikan perpustakaan pribadinya itu menjadi sebuah kafe. Para pengunjung library cafe-nya bisa menikmati buku-buku koleksinya sekaligus nongkrong atau sekedar meminum kopi sambil mendengarkan lagu-lagu klasik.

Vica sendiri sebenarnya bukan orang yang hobi membaca, bagaimana mungkin, baru membaca daftar isi sebuah buku saja dia bisa mengantuk. Tapi Vica betah di sini karena ketenangannya, ketika ada peraturan tidak tertulis bagi para pengunjung di cafe ini untuk saling menjaga ketenangan atau berbicara pelan-pelan kepada rekannya yang dibawa ke cafe ini. Tempat favorit Vica adalah sebuah sudut di lantai dua, yaitu sebuah meja-kursi di samping dinding kaca besar yang bisa menunjukkan pemandangan di luar tetapi tertutup oleh rak-rak buku yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Semua orang terdekat Vica tahu, ia sangat betah berada di sini lama-lama hanya untuk menjernihkan pikirannya.

Semua tahu, termasuk seorang tamu tak diundang yang tiba-tiba duduk di hadapan Vica saat ia tengah memikirkan keputusan yang baru dibuatnya tadi pagi. Vica tidak terkejut sedikit pun ketika menyadari kehadirannya. Jiwanya seolah tahu, cepat atau lambat pria ini pasti akan menemukannya di sini.

"Darimana lo?" tanya Vica sambil menyunggingkan senyumnya.

"Rumah."

"Rumah siapa?"

"Rumah lo, tapi dua orang yang mau gue temuin nggak ada."

"Mau ketemu siapa emangnya?"

"Pertama bokap lo, terus anaknya."

"Pake seragam lengkap begitu? Lo nggak disangka ajudan sama orang-orang di rumah?"

"Yaiyalah, kan gue mau nunjukin sama bokap lo, nih gue juga bisa kalo Cuma jadi tentara aja. Bibi di rumah lo sampe pangling liat gue tadi." Vica tertawa.

"Bego lo, Cid! Bokap gue lo dengerin! Lo berani pergi gitu aja tanpa kabar, semua akses lo tutup, terus lo dateng di hadapan gue gini aja?"

"Sssstt ... jangan kenceng-kenceng ngomongnya, gue berani dateng ke sini karena gue tau kalo di sini lo nggak bakalan teriak-teriak ngomelin gue." Vica menyandarkan punggungnya ke kursi dan melipat kedua tangan di depan dada.

"Lagipula ... maksud gue mau bikin surprise, ternyata malah gue duluan yang kaget sama kabar bahagia dari lo, kan?"

"Kalo lo mau ngatain gue, sekarang waktunya." Ujar Vica malas dan kembali ke posisinya semula menatap ke luar dinding kaca.

Banyak pria yang hadir di dalam hidup Vica, tidak heran ia dijuluki sebagai playgirl semasa sekolah dan kuliah. Bagi Vica, selama belum menikah, masih sah 'mencari' pria terbaik sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli apa kata orang-orang tentang dirinya, toh yang penting ia tidak pernah merusak hubungan orang lain. Vica juga bisa menjaga diri sehingga ia tidak asal main sentuh orang, apalagi kontak fisik yang lain. Baginya, laki-laki seperti wishlist yang biasa ia coret ketika sudah ia dapatkan dan tidak membuatnya penasaran lagi. Tapi ia tidak pernah dibuat segalau ini karena laki-laki, bahkan sampai dua orang sekaligus.

"Vic, kenapa lo batalin tunangan lo sama Damara?" tanya Rasyid akhirnya setelah ikut terdiam cukup lama, memperhatikan setiap detail gadis di hadapannya itu.

"Dia terlalu ganteng buat gue. Kalo nikah sama dia ntar gue bawaannya pengen ngiket dia mulu di dalem kamar saking posesifnya."

Rasyid mendengus tertawa mendengar jawaban asal dari mulut Vica. Entah harus ikut prihatin atau malah bersyukur. Ketika ia baru selesai pendidikan, harapannya hampir menguap ketika tau Vica akan bertunangan dengan orang lain. Terlebih lagi tunangannya adalah si Gerias Damara itu, yang Rasyid tau adalah obsesi terpendam Vica. Tapi ketika pagi tadi ia ke rumah Vica hendak merebutnya secara sopan dari tangan Damara –entah mungkin ia bernyali sebesar itu karena jauh di dalam hatinya, ia tahu Vica masih memiliki perasaan terhadapnya- ia cukup terkejut ketika tahu dari asisten rumah tangga Vica bahwa acara pertunangan yang tinggal beberapa hari lagi, dibatalkan oleh kedua belah pihak.

Sillage (Doctor Soldier Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang