Normal's POV
Kini, Ainayya, Azzam, umi dan abi, Iqbaal dan juga teh Ody sedang berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan soal pernikahan Azzam dan Ainayya yang akan berlangsung 2 hari lagi dari sekarang.
"Jadi, bagaimana apa kalian sudah siap?" tanya abi dengan nada serius.
Ainayya menatap abi dengan mata sedikit berair, "maaf, abi. Ainayya dan Azzam sudah sepakat untuk membatalkan pernikahan ini," ucap Ainayya bergetar.
"Why?" tanya Iqbaal. Ainayya dan Azzam saling pandang.
"Karena, aku dan Ainayya sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi, dan ada alasan lain yang emang gabisa Azzam kasih tahu," jelas Azzam dengan nada tenang.
Abi menatap Azzam dan Ainayya bergantian, "Azzam, tapi ini permintaan orang tua kamu yang terakhir, apa kamu tidak mau melaksanakannya?" tanya Abi.
Umi dan teh Ody mengangguk membenarkan ucapan Abi. Iqbaal hanya diam duduk memperhatikan Azzam dan Ainayya dengan tatapan tajam.
"Aku ingin sekali melaksanakannya, abi. Tapi, jika aku tetap melanjutkannya, akan ada orang g yang tersakiti dan aku tidak mau itu terjadi," jelas Azzam sambil menunduk.
"Baiklah," jeda abi. "Terserah kalian saja, tapi, abi mohon jika ada masalah apapun tolong beritahu abi, umi, atau teh Ody maupun Iqbaal ya, nak."
"Baik, abi. Terima kasih atas pengertiannya, dan bagaimana dengan u dengan yang sudah disebar abi? Bagaimana dengan tamu undangannya?" tanya Ainayya.
Abi tersenyum, "tak apa. Semua itu bisa dibatalkan, asal kalian bahagia abi pun ikut bahagia, ya kan umi?" tanya abi pada umi. Umi hanya mengangguk.
"Baiklah, abi, Azzam dan Ainayya oamit ke atas dulu, ada hal yang perlu kami bicarakan, permisi semua," pamit Azzam sambil menarik tangan Ainayya.
Ainayya yang ditarik tangannya hanya bisa diam, menyamakan langkahnya dengan Azzam.
Sesampainya di lantai atas, tepatnya di rooftop, fyi rumah Ainayya ada rooftopnya, mereka berdua duduk di sofa yang tersedia disana.
Mereka berdua duduk mengahadp depan dengan keheningan yang mendominasi, hingga Ainayya bersuara, "ada hal penting apa, Zam?" tanya Ainayya.
Azzam menghela nafas, "Jadi, sebenernya gue lakuin semua ini karena terpaksa," ucap Azzam.
Ainayya mengerutkan keningnya dan menatap Azzam, "Maksud lo? Gue gak ngerti."
"Jadi, kalo semisalnya gue nikah sama lo, bakalan ada orang g yang nyakitin lo. Dan gue gak mau itu terjadi, karena gue sayang sama lo," jelas Azzam.
"Siapa yang ngancem lo, Zam? Sampe lo ngebatalin pernikahan ini?" tanya Ainayya dengan suara bergetar.
"Gue gak bisa ngesih tau lo, tapi yang jelas guru juga bakalan pergi jauh dari kehidupan lo dan keluarga lo! Makasih banyak buat semua yang udah kalian kasih ke gue. Kasih sayang, cinta, materi, perhatian dan semuanya. Makasih juga buat lo yang udah jadi cinta pertama gue dan--" ucapan Azzam terpotong oleh Ainayya.
"--dan apa Azzam? Lo tega ninggalin gue? Gue gak mau lo ninggalin gue Azsam! Biar gimanapun, lo abang gue! Biarpun kira gak bisa nikah, lo tetepa bakalan jadi abang dan orang yang paling spesial di hati gue! Please, Azzam jangan pergi! Gue sayang lo!" Ucap Ainayya sambil menangis.
Azzam membawa Ainayya ke dalam pelukannya. Azzam mengelus kepala Ainayya yang tertutup hijab.
"Maafin gue, tapi kalo gue masih tinggal disini, gue takut lo kenapa-kenapa, gue gak mau hal itu terjadi. Jadi, please, jangan nangis. Guru bakalan balik lagi ke Amsterdam dan menetap disana. Mungkin, gue bakalan lanjut kuliah disana, jangan sedih oke! Gue bakalan selalu ada buat lo," ucap Azzam yang membuat Ainayya semakin mengencangkan pelukannya dan iar matanya semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] When Mr Badboy Love Miss Muslimah • Ariirhamm
Fanfiction[COMPLETE] Tentang Ari dan Ainayya Tentang mereka, sepasang sahabat sejak kecil yang akhirnya saling mencintai. Banyak halangan dan rintangan dalam kisah mereka. Tapi, akhirnya mereka harus berpisah juga. Sebuah perpisahan yang amat menyakitkan bagi...