Epilog

3.1K 101 3
                                    

15 tahun kemudian...

Terlihat seorang pemuda tampak gagah dengan pakaian sekolah SMA barunya. Celana panjang berwarna abu-abu ditambah seragam putih dengan berbagai logo di seragam putihnya. Dan tak lupa dasi bertenggrr di dadanya dan topi di kepalanya.

Remaja itupun keluar dari kamarnya dengan senyuman menghiasi wajahnya yang sangat tampan, putih dan bersih itu.

"Selamat pagi ayah! Pagi ibu!" sapanya drngan semangat 45.

Kedua orangtuanya pun tampak tersenyum. Lalu, laki-laki itu mendudukkan dirinya di kursi makan depan bundanya.

"Bagaimana persiapannya? Apakah siap?" tanya ayahnya dengan senyuman.

Remaja itupun mengangguk semangat. Lalu mengambil piring yang berisi nasi goreng dan juga gelas berisi susu coklat kesukaannya.

"Ayah, ibu, uhm boleh nggak kalo sebelum berangkat sekolah aku ke makan bunda dulu? Aku kangen bunda," ucapnya pelan.

Lalu ayahnya mengusak surainya pelan dan mengangguk sambil tersenyum. Begitupun dengan ibunya yang nampak cantik dengan balutan hijab di kepalanya yang indah.

"Boleh dong, sayang. Kenapa nggak? Bunda juga pasti kangen sama kamu," ucap ibunya dengan senyuman.

Remaja itu tersenyum senang. Lalu menghabiskan nasi gorengnya dan meminum susunya. Setelah itu, ia mengeluarkan name tag dari dalam tasnya.

Dan name tag itu bertuliskan Athif Refat Shakeer .H.

Setelah menghabiskan makanannya, lalu Athif -remaja itu- bangun dari duduknya dan beridiri di samping ayahnya yang bernama Ari Abrissam Harir.

"Ayah, kini aku sudah besar. Sudah remaja, terima kasih ayah sudah menjadi ayah yang hebat untukku. Aku sangat menyayangi ayah, terima kasih ayah," ucap Athif sambil memeluk Ari.

Ari tersenyum bangga. Lalu, mengusap punggung Athif dan memberikannya semangat.

"Sama-sama. Ayah begini juga untukmu, ayah juga sangat menyayangimu," balas Ari sambil melepaskan pelukannya.

Lalu Athif beralih berdiri disamping ibunya, Shakeera Yusuf Harir. Istri kedua Ari, dia adalah wanita keturunan arab-indonesia.

"Ibu, aku tahu ibu bukan ibu kandungku. Tapi, aku sangat menyayangi ibu. Ibu sudah merawatku sejak kecil, ibu membesarkanku, menyayangiku, pokoknya aku sangat berterima kasih pada ibu. Aku sayang ibu," ucap Athif lalu memeluk ibunya.

Shakeer memeluk Athif. Tak terasa, air matanya mengalir dari matanya yang indah. "Sama-sama, Athifku. Sekarang kau sudah remaja, tapi kau tetap bayi lelaki ku yang lucu dan imut. Aku juga menyayangimu," ucap Shakerr lalu memeluk ibunya lagi.

"Baiklah, aku sekarang akan berangkat ke sekolah baruku, tapi aku akan menjenguk bunda dulu," Athif mengecup pipi kedua orang tuanya, "Assalamualaikum, yah, bu," pamitnya.

"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan," balas Ari dan Shakeer bersamaan.

Athif berjalan keluar dari rumahnya, lalu menaiki mobil yang akan mengantarnya ke sekolah dan makam bundanya.

Sesampainya di pemakaman, Athif langsung mrncari makan bundanya dan akhirnya ketemu. Lalu ia berjongkok di samping makan bundanya.

Athif menyimpan bunga bucketnya, lalu mengecup nisan almarhum bundanya, Ainayya Nathania Winata Harir.

"Assalamualaikum, bunda." Athif menjeda ucapannya, lalu ia kembali melanjutkan, "Maafin Athif bunda baru kesini lagi. Gimana kabar bunda disana? Athif kangen banget sama bunda. Athif bahkan belum pernah lihat wajah bunda secara langsung. Tapi, Athif tau kok kalo wajah bunda itu cantik, makanya ayah suka, hehe.

[2]  When Mr Badboy Love Miss Muslimah • AriirhammTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang