Setelah melaksanakan sholat sunnah berjamaah, Ari dan Ainayya terududuk di ranjang saling berhadapan. Ainayya tak memakai kerudung, dia hanya memakai Handuk yang menutupi badannya. Ari pun sama, ia hanya memakai handuk yang melilit di pinggulnya.
Ari melarangnya memakai baju. Jadi selama sholat pun, Ainayya hanya memakai handuk. Wajahnya sudah memerah sekarang, tapi Ari masih santai dengan mengeringkan rambut basah Ainayya. Sesekali ia meniup telingan Ainayya.
"Ri, aku pake baju ya. Dingin tau," ucap Ainayya.
Ari menggeleng sambil tersenyum misterius. Dia masih terus menggososkkan rambut Ainayya dengan handuk kecil.
"Gak boleh, kamu mau jadi istri durhaka?" tanya Ari. Ainayya menggeleng.
Setelah itu, Ari melempar handuk kecilnya asal dan langsung menangkup pipi Ainayya dengan satu tangannya, dan langsung menarik Ainayya pada ciuman pertama mereka.
Ari terus melumatnya pelan. Tapi, Ainayya masih kaku dan belum membuka mulutnya, dan Ari pun langsung menggigit pelan bibir Ainayya.
Dengan begitu, Ainayya membuka mulutnya sehingga Ari mengecap satu persatu deretan gigi Ainayya, lidahnya juga tak tinggal diam.
Dan entah bagaimana, kini posisi Ari sudah menindih Ainayya, dan entah bagaimana pula handuk yang dipakai Ari dan Ainayya sudah jatuh di bawah ranjang.
"Eumh, Ri," ucap Ainayya.
Ari melepaskan pangutannya. Lalu ia menatap Ainayya uang dibawahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa sayang? Kamu siap kan?" tanya Ari lembut. Ia mengecup pelan kening Ainayya.
"Apakah sakit?" tanya Ainayya.
Ari terkekeh. Lalu ia kembali mengecup bibir Ainayya, "Awalanya memang sakit, namun setelahnya akan terasa nikmat. Kamu mau kan bikin cucu untuk umi, abi, bunda sama papa?"
Ainayya mengangguk. "Baiklah, malam ini aku sutuhnya milikmu."
Dan di detik berikutnya mereka melakukan itu pada malam ini. Berharap, akan membuahkan hasil dan membawa kebahagiaan bagi setiap orang.
💢💢💢
Ainayya sudah terbangun sejak pukul lima pagi. Ia terlambat. Biasnya ia terbangun pada pukul empat, namun gara gara kejadian semalam, Ainayya jadi kesiangan.
Ainayya meringin pelan. Menggerakkan pinggulnya yang sangat sakit. Dan ada bervak darah di sprei mereka.
Ainayya bermaksud untuk menggapai handuk, namun dirinya merasakan perih dibagian pinggulnya. Banyak tanda kemerahan di sekitar dada dan lehernya, di pinggulnya juga ada.
"Aish, sakit banget. Kok bisa ya?" gumam Ainayya pelan.
Ainayya melihat ke arah Ari, dan tersenyum gemas melihat saha- maksudnya suaminya tertidur dengan damai.
Memainkan rambut Ari itu adalah kebiasaan barunya. Dan itu, membuat Ari menggerang dalam tidurnya.
"Erghhh, good morning sayang," ucao Ari dengan suara berat khas orang bangun tidur.
Ainayya tersenyum, "Morning too. Uhm, Ri, kamu bisa gak gendong aku ke kamar mandi?" tanya Ainayya.
Ari melebarkan matanya dan tersenyum miring. Lalu ia segera mengangkat badan Ainayya yang tidak terutup apapun.
"Emang masih sakit ya?" tanya Ari. Ainayya mengangguk pelan. Ada sedikit semburat merah di pipinya.
"Kamu sih, kamu kasar banget mainnya."
"Maaf, tapi kamu juga suka kan?" goda Ari jahil.
Ainayya memukul pelan dada Ari, "Apasih! Gamau ah, cepat gendong aku ke kamar mandi!" ucap Ainayya sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang Ari.
Ari terkekeh. Lalu, ia berjalan ke kamar mandi dan membisikkan sesuatu di telinga Ainayya,
"Gimana kalo kita mandi berdua dan melanjutkan permainan semalam?"
"ARIIIIII IRHAM NYEBELIN IHHHHHHH!!!!!!!"
TBC
Gatau berapa part lagi book ini bakalan tamat.
Huhu maafkan gak nge-feel ya. Ini juga berdasarkan pengamatan aku di beberapa book romance. Hehe.
See you, pai~
IG: @dailyfangirl04
Senin, 10 April 2017 // 1:20 p.m
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] When Mr Badboy Love Miss Muslimah • Ariirhamm
Fanfiction[COMPLETE] Tentang Ari dan Ainayya Tentang mereka, sepasang sahabat sejak kecil yang akhirnya saling mencintai. Banyak halangan dan rintangan dalam kisah mereka. Tapi, akhirnya mereka harus berpisah juga. Sebuah perpisahan yang amat menyakitkan bagi...