[28] : Bencana

1.9K 91 2
                                    

Ainayya's POV

Jam telah menunjukkan pukul 23:00 namun, Ari belim pulang sama sekali. Apa ia ada jadwal operasi? Namun, biasany Ari tak sampai jam segini. Bahkan ini hampir tengah malam.

Aku mengusap perutku yang sudah mulai membesar. Kandunganku sudah menginjak 7 bulan dan sebentar lagi aku akan melahirkan jagoan kami.

Aku berdiri dan bergegas mematikan televisi yang menyala. Lalu, berjalan menuju kamar ku dan Ari untuk beristirahat duluan.

Aku kembali mengusap perutku. Kurasakan bayiku menendang dari sana dengan cukup kuat. Membuatku meringis menahan sakit yang cukup luar biasa.

Lalu kuusap dengan gerakan memutar. Namun, itu tak menghentikan tendangannya. Apa ia tahu bahwa aku resah menubggu ayahnya?

Tak lama suara bel rumah berbunyi. Aku bergegas berjalan menuju pintu dan membukakan. Dan ternyata itu adalah Ari, suamiku.

Kuambil tangannya lalu ku cium punggung tangannya. Lalu, aku membawakan jas kerjanya dan juga tasnya.

"Ari, kenapa kamu pupang malem?" tanyaku. Ari tersenyum.

"Maaf, kau mengguku? Tadi ada sesuatu yang harus ku nereskan."

Aku hanya mengangguk. Lalu berjaan di belakang Ari menuju kamar kami.

"Oh iya," jedanya. Ari berjongkok dan kemudian mengecup perut buncitku. "Apa kabar jagoan ayah?" tanya Ari pada bayi kami.

Aku hanya tersenyum. Ku rasakan bayi kami menendang kembali dan membuat Ari semakin melebarkan senyumannya.

Ari kemudian berdiri dan mengecup keningku. Lalu memasuki kamar mandi mungiin ia akan bersih-bersih.

Aku menyimpan tasnya di sofa kamar. Lalu, aku menyimpan jas Ari, di sofa. Namun ada sesuatu yang mengganjal.

Ada noda merah di bahu jas Ari. Itu seperti sebuah kecupan. Karena membentuk sebuh bibir yang indah. Kurasakan nataku memanas namun segera kutrpiskan fikiran-fikiran burukku tentang Ari.

Tak lama, Ari keluar. Segera kuhapus air mataku dan duduk di sisi ranjang dengan senyuman diwajahku.

Ari sudah berganti pakaian dengan kaos tidurnya. Lalu ia tidur disampingku dengan badan yang mengahadapku.

Aku juga langsung tertidur dengan menghafap Ari. Kemudian tangan besar Ari memeluk pinggangku dan tak laam ia sudah tertidur.

Ada sesuatu yang mengganjal. Kenapa Ari tidak berbicara lagi? Biasanya ia akan mengajak bayi kami berbicara dan juga akan mengobrol denganku. Tapi ini? Ah mungiin dia hanya lelah saja.

Lalu kuputuskan untuk menyusul Ari ke alam mimpi walaupun sebuah noda merah di jas Ari tadi masih terngiang di kepalaku.

💧💧💧

Aku membuka mataku perlahan. Tak kutemukan Ari, suamiku. Kemana dia? Lalu kuputuskan untuk mencarinya dan ternyata ia ada di balkon kamar.

Apa aku harus menanykan hal semalam? Namun, aku takut. Takut jika Ari marah besar padaku.

Kuputuskan untuk shokat terlebih dahulu. Setelah sholat aku akan menanyakannya pada Ari.

Setelah sholat, aku langsung menyusul Ari ke balkon kamar. Angin dingin langsung menusuk kulitku.

"Ari, kamu udah sholat?" tanyaku.

Ari menoleh. Lalu tersenyum dan mengangguk. "Udah." kemudian menecup keningku.

"Ri, ada hal yang ingin aku tanyakan," ucapku. Ari mengangkat alisnya.

"Apa? Tanyakan aja."

Aku kembali masuk ke kamar dan kemudian membawa jas Ari semalam. "Ri, di jas kamu ada noda merah yang ngebentuk kecupan. Ini kecupan siapa Ari?" tanyaku langsung.

Kurasakan Air mataku meleleh. Lalu, Ari melihatku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maksud kamu?" tanya Ari. Lalu aku menunjukkan kecupan tersebut.

Ari sangat kaget. Terlihat dari wajahnya yang menegang. "Aku gak tau. Demi Allah, Ainayya. Aku gak tau," ucapnya.

"Tapi, kenapa ini ada tanda kecupan, Ari? Kamu udah bosen sama aku? Kenapa gak bilang?"

"Demi Allah, Ainayya! Aku gak pernah bosen sama kamu! Aku cinta sama kamu!"

"Ri, mendingan kamu jujur sama aku. Kalo kamu bosen, bilang. Biar aku bisa memperbaiki diri aku, jangan kayak gini," ucapku sambip menangis.

Kurasakan Ari memelukku erat. Lalu ia melepaskannua lagi. "Dengerin aku, Ainayya! Aku gak pernah bosen sama kamu. Aku cinta dan sayang sama kamu. Untuk apa aku mencari yang lebih baik jika itu semua sudah ada disampingku? Bahkan sudah menjadi milikku?  Katakan untuk apa?

Kumohon, berhenti untuk berfikiran negatif. Kamu harus tahu dan yakini satu hal, cintaku hanya untukmu, bukan untuk orang lain."

Jujur aku sangat terharu mendengar kalimatnya. Lalu aku memeluknya dan meminta maaf padanya.

Ia hanya tersenyum lalu mengecup keningku dan perutku.

"Tidak akan yang bisa memiliki hatiku lagi selain, kamu."



















Tbc

Males bat dah. Gatau apa. Yang jelas tolong kasih aku vommentnya. Thank u.

Arham

Jumat, 05 Mei 2017 // 10:22 a.m.

[2]  When Mr Badboy Love Miss Muslimah • AriirhammTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang