Ainayya's POV
Ini adalah haru pertamaku satu rumah dengan Ari. Oh ya, kami sudah berpisah rumah dengan orangtua kami, aku dan Ari tinggal di sebuah apartement mewah di kawasan Bandung.
Kami berdua sekarang sedang menikmati sarapan kami. Sesekali, Ari menjahiliku dan mencuri-curi kecupan singkat di pipiku.
"Ih, Ari! Bisa deim gak? Aku lagi makan!" ucapku sedikit kesal karena Ari menjahiliku.
"Hehe, sorry. Abisnya, aku gak percaya aja bisa nikah sama kamu!" ucap Ari sambil menatapku.
Aku tersipu malu. Oh ayolah, wanita mana yang tidak malu ketika sedang berbicara dengan laki-laki yang dicintainya?
Dulu, memang aku hanya enganggap Ari sahabat. Tapi, entahlah. Semakin kesini jantungku rasanya selalu berdebar bila di dekat Ari.
"Ri, gimana sama kerjaan kita?" tanyaku pada Ari.
"Aku sih maunya kamu gak usah kerja. Aku pengen kamu fokus aja sama aku, ngurusin kepeluan aku, dan gak usah fokus sama yang lain. Tapi, itupun kalo kamu mau," jawabnya.
Aku terdiam sebentar. Sebenarnya, aku ingin bekerja menjadi seorang dokter di rumah sakit terkenal di Bandung, tapi jika Ari yang notabennya suamiku lebih senang aku menjadi ibu rumah tangga aku bisa apa?
"Uhmm, yaudah deh aku gak usah kerja. Aku di rumah aja, aku mau nyenengin hati suamiku, aku hak mau jadi istri durhaka."
Ari menoleh ke arahku. Dia tersenyum. Lalu mengecup keningku lembut. Dan membisikkan kata terimakasih di telingaku.
Aku hanya mengangguk. Senang rasanya bisa melihat Aribtersenyum dan mengecup keningku.
Lalu aku langsung membawa piring kotor ke tempat cucian dan langsung menyucinya. Karena, hari ini kami akan pergi jalan-jalan untuk membeli bahan makanan.
➡➡➡➡
"Ri, kamu mau ayam apanya? Dada atau paha? Atau sayap?" tanyaku pada Ari.
Kami sedang berada di salah satu mall di Bandung. Kami membeli bahan makanan yang lumayan banyak, karena persediaan makanan di apart kosong.
"Uhmm, aku mau sayap sama dada. Terus jangan lupa beliin aku nugget sama sosis. Aku lagi pengen itu," ucapnya.
Aku mengangguk. "Kamu mau ngintilin aku atau mau nunggu di luar? Maksudnya nunggu sambil makan apa kek," ucapku.
Dia menggeleng. Lalu memelukku dari belakang, "Aku pengen sama istriku aja."
Pipiku memanas. Bayangkan Ari memelukku dari belakang dan banyak pasang mata yang menatap kami. Banyak para ibu-ibu atau para mbak-mbak dan mas-mas pegawai yang berbisik-bisik.
Couple goals ya.
Iya ihh, ngiri banget deh.
Pasti pasutri romantis tuh.
Itu pasti pasangan yang baru kawin.
Ceweknya cantik cowoknya ganteng. Anaknya jadi apa?
Owalah, andai suamiku kayak gitu.
Dan masih banyak lagi. Ari hanya tersenyum dipundakku, sedangkan aku kembali memilih bahan-bahan.
"Ri, lepaain ih. Aku gabisa gerak," ucapku. Ari menggeleng.
"Nggak, lagian kamu juga udah beres kan?"
"Malu Ari! Yaudah, kalo kamu gamau lepaain, aku gabakal mau ngomong sama kamu!"
Ari melepaskan pelukannya dan langsung encium pipiku, "iya maaf. Jangan marah ya? Senyum dong," ucap Ari.
Aku tersenyum. Dan langsung melanjutkan acara belanjaku yang sempat tertunda.
Setelah beberapa jam kemudian, kami sudah selesai berbelanja. Ri dan aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah karena memang masih sangat lelah.
Di rumah, aku langsung menyiapkan bahan-bahan untuk memasak nanti malam. Karena kebetulan, tadi kami sudah makan di salah satu kedai.
"Ri, kamu mau minum apa gitu?" tanyaku.
Ari menggeleng, dia langsung berjalan ke sofa dan menidurkan dirinya disana.
"Nggak usah. Aku ngantuk, mau tidur. Bangunin aku kalo adzan dzuhur," ucapnya.
Aku hanya mengangguk, lalu kakiku berjalan ke arah kulkas untuk meminum sesuatu karena memang cuaca sedang panas membuat tenggorokanku kering.
Tiba-tiba bel apartement berbunyi. Lantas kakiku segera untuk ke pintu dan membuka siapa yang bertamu ke apartment? Bunda atau umi kah?
Dan ternyata,
"Hai, Ainayya. Ari mana?"
TBC
Jangan jadi siders elah, gak ngehargain banget tau kesannya.
Arham
Jum'at, 14 April 2017 // 6:50 a.m.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] When Mr Badboy Love Miss Muslimah • Ariirhamm
Fanfiction[COMPLETE] Tentang Ari dan Ainayya Tentang mereka, sepasang sahabat sejak kecil yang akhirnya saling mencintai. Banyak halangan dan rintangan dalam kisah mereka. Tapi, akhirnya mereka harus berpisah juga. Sebuah perpisahan yang amat menyakitkan bagi...