Bersama

1K 88 1
                                    

Tek.. tek..

Miho menendang nendang kerikil kecil di sekitarnya. Ia tak dapat kembali, atau meneruskan perjalanannya.

Pikirannya kacau, jiwanya tak terkendali. Ia tak tahu harus bagaimana. Antara melanjutkan perjalanannya,atau kembali dan menolong Frankenstein.

"Untuk apa aku menolongnya, itukan salahnya sendiri" keluhnya.

"Tapi.. Frankesntein, telah banyak menolongku.." resahnya.

Terus saja seperti itu, hingga tanpa Miho sadari.. burung burung hitam bermata merah telah mengelilinginya. Dengan tatapan lapar dan haus.

Aakkkk...Aakkk..
Suara mereka yang nyaring,seperti suara gagak namun lebih mengerikan.

Tak henti mereka mengeluarkan suara aneh mereka. Membuat Miho kesal, dan akhirnya.

Criinngg...
Wuussshhh...

Miho menebaskan pedangnya pada mereka, hingga tak satupun selamat dari kobaran api yang keluar dari pedangnya itu.

"Menyebalkan.."

★★★★★★★★★★★★★★★★★★

Srrkk..srrkk..

Frankenstein melangkah diantara bebatuan yang ada. Ia terlihat kesal sekali, mungkin karena pertengkarannya dengan Miho.

"Dia pikir, dengan kembali bisa menyelamatkan hidupnya? Dasar bodoh. Bukannya mempercepat langkah menemukan Tuan Raizel, tapi ia justru memutar balik"

Frankenstein terus saja bergumam.

"Frankenstein!"

"Miho.."
Ia menoleh, namun tak ada siapapun disana.

"Apa apaan ini?" Kesalnya melanjutkan perjalanannya.

Pikirannya kacau. Di awal perjalanannya, ia bersama Miho. Tapi kini, ia harus pergi sendirian.

"Haahh.. untuk apa aku memikirkan wanita itu. Jika ia mati, itu bukan urusanku"

Wuuusshhh....

Bayangan besar melintas di atasnya.

"Hei apa itu?"

"Sudah kukatakan, itu pasti burung" Frankenstein menoleh, tapi hanya ada ia sendiri.

Ia menghela napas panjang, ia telah berhalusinasi jika Miho menanyakan hal itu lagi.

Ia mengacak acak rambutnya sendiri. Lalu mendaki tebing di depannya.

★★★★★★★★★★★★★★★★★★

Drap..drap..drap..

Zreekk...

Miho berputar putar, melihat ke segala arah. Mencari Sahabatnya itu.

"Haah..Hah.."

Napasnya terengah-engah. Ia tahu, ia sangat kelelahan. Namun tak ada pilihan lain, selain menemukan sahabatnya itu.

Tak jauh dari sana, ia melihat burung burung hitam bermata merah lainnya. Miho berlari menghampiri mereka.

"Kalian.. aku yakin, kalian melihatku dan seorang pria berambut pirang berpisah di jalan ini sebelumnya. Katakan, kemana ia pergi!"

Miho berbicara dengan burung? Apa ia mengerti. Tentu.. Selain ia keturunan bangsa Fosch murni, ia pun dianugrahi dapat berbicara dengan hewan, selain Rubah.

Burung burung itu hanya terdiam, menatap Miho dengan mata merah mereka.

"Katakan, atau kalian akan mati!" Ancam Miho.

NOBLESSE FANFICTION [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang