Ke-Keluarga?

1.4K 131 5
                                    

Hari itu Frank tengah mempersiapkan teh untuk Tuannya, seperti biasa. Melewati lorong yang selalu ia lewati, dan ke ruangan yang selalu ia masuki.

"Selamat pagi Tuan, aku membawakan teh untukmu"

Ketika Frank sedang menuangkan teh, ia merasakan sesuatu dengan kekuatan yang besar tengah menuju kemari.

"I-ini.."
"Dia.. sedang menuju kemari" ucap Raizel.
"Dia?"
"Ya.."

Tidak lama suara ketukan terdengar dari pintu depan Mansion. Frank meletakan cangkir, lalu menuju ke pintu depan.

Dan..ya. Dia..

Muzaka. Teman dari Sang Noblesse datang mengunjunginya.

"Ternyata benar kau, Tuan Muzaka"

"Ya. Ini aku Frankenstein"

"Masuklah.. Tuan sedang berada di ruangannya"

"Seperti biasa, ya. Hahaha.."

Mereka memasuki mansion, dan berjalan di lorong menuju ruangan Raizel.

"Kudengar, tempat ini kedatangan penghuni baru" Tanya Muzaka.

"Sepertinya hal itu, sudah tersebar ke mana mana ya.."

"Jadi benar?"

"Ya.. seorang wanita, yang kupikir aneh. Tiba - tiba saja datang dan meminta pertolongan kemari" jelas Frankenstein.

"Wanita? Kupikir seorang pria. Apa dia cantik?" Ledek Muzaka.

"Ya.. dia sangat cantik"

Muzaka menatap Frankenstein, hingga Frankenstein tersadar akan apa yang ia katakan.

"Uh.. maksudku.."

Frank tidak jadi meneruskan kata katanya, karena mereka telah sampai di ruangan sang Noblesse.

"Hei.. Raizel temanku! Bagaimana kabarmu? Lama kita tidak berjumpa" Sapa Muzaka, sambil berjalan mendekati Raizel.

Raizel berbalik melihat kedatangan kawan lamanya itu.

"Ya.. Lama tidak berjumpa" jawabnya.

"Ya..ya..ya.. Kau selalu seperti ini. Tidakkah kau berpikir, ikut denganku untuk pergi keluar sana? Bertemu banyak manusia dan yang lainnya"

"Aku menolak"

"Hah.. kau ini" Muzaka duduk di kursi, yang berada di ruangan itu.

'Ini akan berlalu dengan waktu yang sangat lama' pikir Frank.

Ketika sedang asik mengobrol. Mungkin, lebih tepatnya Muzaka tengah bercerita tentang perjalanannya kepada Raizel, terdengar alunan biola dari sebuah ruangan di Mansion.

Alunan biola itu mengalihkan pembicaraan Muzaka.

"Siapa yang memainkan lagu ini?"

'ck.. anak itu..' pikir Frank.
"Permisi Tuan. Aku akan segera kembali"

Raizel mengangguk. Frankenstein pun pergi dari ruangan itu.

"Apa.. wanita itu yang memainkannya?" Tanya Muzaka.

"Mungkin.."

"Bagaimana kalau kita melihatnya? Aku ingin bertemu dengan wanita itu"

Raizel mengangguk. Ia dan Muzaka pergi ke tempat Miho. Wanita yang dimaksudnya itu.

★★★★★☆☆☆☆★★★★★

'BRAKK..' pintu terbuka dengan lumayan kencang.

Membuat penghuni didalamnya terkejut.

"Hei kau!"

"I-iya..?"

"Permainan biolamu mengganggu Tuanku. Dia sedang kedatangan tamu. Kau tau?!"

"Ma-Maafkan aku.."

Frank mengambil biola berwana putih itu, dari tangan Miho.

"Dari mana kau dapatkan biola ini?!"

Miho menunjuk ke arah lemari laci, yang berada tak jauh dari tempat tidurnya.

"Ada apa ini?" Tiba tiba saja Muzaka dan Raizel masuk.

"Tuan.." Frank memberi hormat kepada Raizel.

Raizel melihat Miho, yang tengah menunduk karena dimarahi oleh Frankenstein.

#deg

'Perasaan apa ini? Kenapa aku merasakan sesuatu yang lain?' Pikir Miho.

Muzaka berjalan mendekati Miho.

"Jadi kau ya. Wanita itu.."

Miho mendongkakkan kepalanya, untuk melihat Muzaka lebih jelas.

"Mungkin.. begitu"

"Siapa namamu?"

"Miho"

Muzaka tersenyum.

"Nama yang bagus. Aku Muzaka. Kau kenal aku?"

Miho menggeleng.

"Sepertinya tidak" lanjut Muzaka.

"Dari mana asalmu? Dari pakaianmu, apa kau seorang Noble? Atau kau.."

Miho menggeleng.
"Tidak.. aku bukan seorang Noble"

"Lalu?"

"Aku.. Bangsa Fosch"

Muzaka terdiam sejenak. Dia sedang memikirkan apa yang dikatakan Miho.

"Fosch? Bukankah.. mereka sudah punah?"

"Tidak!" Sejenak Miho menaikan nada suaranya. Hingga ia sadar, lalu memelankan suaranya lagi.

"Ah.. maaf. Maksudku.. ya. Hanya aku dan saudaraku yang tersisa"

"Saudara? siapa?"

Miho tahu, pria yang berada dihapannya ini bukanlah Makhluk biasa. Apalagi ia adalah teman Sang Noblesse, Cadis Etrama Di Raizel. Ia tak punya pilihan lain, untuk menceritakan semua yang ia ceritakan pada Frank.

Kali ini dia tidak menangis, karena saat itu. Frank sudah menenangkannya.

"Jadi begitu ya.." ucap Muzaka.

"I-Iya.."

"Baiklah kalau begitu.."

'Plok..' tangan Muzaka mendarat diatas kepala Miho.

"Aku adalah Werewolf. Dan kau adalah Fosch bukan? Kita masih 1 keluarga. Mulai hari ini, itu artinya kau adalah adikku" Muzaka mulai mengacak acak rambut Miho.

"A-Adik??"

"Ya! Kau harus memanggilku Kakak!" ucap Muzaka.

"Haahh??"

Muzaka tertawa. Ia terlihat senang dengan pertemuannya dengan Miho. Apalagi Miho yang terlihat seperti anak kecil saat itu.

Raizel yang melihat hal itu, membuat sebuah senyuman menghiasi bibirnya.

Miho yang sekilas melihat senyuman Sang Noblesse, ikut senang. Karena ia bisa membuat sang Noblesse tersenyum.

"Oke.. Adikku!"

"Yang benar saja.."

"Hahahaha..."

Mereka tertawa. Bagaimana dengan Frank? Dia senang, karena melihat Tuannya dapat tersenyum.

#BERSAMBUNG*

Ya.. terima kasih telah membaca ceritaku. Hehehe.. baca juga ceritaku yang lainnya ya..

Saya agak bingung bagian awal, dan akhirnya. jadi maaf, bila acak acakan ^^

Terima kasih yang sudah sempat meninggalkan vote dan komentar..

NOBLESSE FANFICTION [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang