15. Limabelas

9.7K 678 22
                                    

Assalamu'alaikum......

Haloha, ada yang nungguin ceritanya atau udah pada bosen sama ceritanya karena updatenya lama??? Ya maap deh kalau itu hehe..

Entah kenapa yang ada di pikiranku ini, sedikit aneh sih menurutku. Tapi aku bener-bener mentok mau nulis apa semoga ada yang suka deh sama kelanjutannya.

Terimakasih untuk vote dan komennya ya. terimaksih atas pembaca-pembaca setia.

Selamat membaca kelanjutan ceritanya Khaira.

Jangan lupa tinggalkan bintang dan kritik sarannya ya.

Luphyou....


---------------------------------------------------------------

Setelah aku absen beberapa hari akhirnya aku telah kembali bekerja. Ketika masuk ruangan teman-teman satu divisiku menagih oleh-oleh dariku. Awalnya aku bingung namun aku cukup bersyukur karena mereka tidak tau mengenai kejadian 'itu'.

"Khai loe jangan pelit gitu dong. Udah cuti liburan seminggu lebih masuk ngga bawa oleh-oleh apapun, apaan kayak gitu" keluh Soni

"Gue beneran ngga punya oleh-oleh Son, ya ampun. Gue itu bantuin saudara gue yang kemaren nikahan" alasanku.

"Ya kalek nikahan sampai hampir dua minggu, ya kan Ma?" Soni mencari pembelaan yang membuatku memutar kedua bola mataku bosan.

"Hu'uh. Eh tapi gue ngga ngarep oleh-oleh ya Khai. Si Soni tuh yang ngebet minta oleh-oleh dari kemaren" balas Rahma

"Eh Rahma, wajar dong gue kan lagi berhemat untuk kelangsungan masa depan gue" balas Soni bangga yang membuatku dan Rahma kompak mencibir. "ngga usah mengalihkan pembicaraan. Masa iya dalam waktu hampir dua minggu loe ngga ada jalan-jalan sih Khai?? nikahannya si Rafi Ahmad sama Nagita aja yang di siarin di tv ngga nyampe seminggu lebih acarnya"

Ini anak gencar banget sih minta oleh-olehnya???

"Ya kan ritual adatnya beda-beda Son. Habis sepupu gue nikahan kan besoknya langsung di boyong ke asal daerah lakiknya terus ikut adat pernihakan disana juga. Selesai urusan disana gue langsung pulang ngga sempet mampir-mampir beli oleh-oleh Son" dustaku.

"Oh gitu...." Akhirnya selesai— "besok tuh sebelum loe pulang sempetin beli oleh-oleh buat kita-kita dulu deh Khai" —juga. Mulai sekarang aku harus menggaris bawahi bahwa Soni adalah tipikal laki-laki penuntut dan tidak mau kalah.

"Iya iya, udah ah gue mau kerja dulu" setelah itu aku langsung membereskan pekerjaanku yang menumpuk karena aku tinggal beberapa hari. Setelah kepulanganku dari rumah sakit, baik Arsya maupun pak Wirga tidak ada yang menengokku.

Aku berpikir bahwa pak Wirga sekarang memang benar-benar telah menjaga jarak dariku. Aku rasa kalau bukan karena Arsya ia tidak akan pernah menemuiku. Apa lebih baik aku menyerah saja?

Memangnya kamu sudah berjuang sejauh mana Khai mau menyerah? Cibir dewi batinku.

Yang jelas aku tidak bisa menghentikan langkahku hanya untuk satu laki-laki yang tidak melihatku bukan? Karena kita tidak tahu hidup kita untuk kedepannya bagaimana dan kenapa harus berhenti pada satu laki-laki yang belum tentu akan menjadi jodoh masa depan kita?

Deringan ponsel mengalihkan perhatianku dari pekerjaan yang tengah aku kerjakan ke layar ponsel. Aku melirik nama yang tertera di layar yang menyala.

'Mas Wirga'

Aku menahan nafas melihat nama si penelpon. Aku menelan ludahku dengan susah payah sebelum menggeser layar hijau di ponselku. "Hallo" sapaku untuk orang di ujung sana.

Handsome WidowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang