5. Lima

15.1K 990 9
                                    

Anggap saja warna roknya merahnya sama kaya kemejanya pak Wirga ya :D



Tadi malam Pika menyuruh Aldi menculikku kerumahnya. Aku masih bingung dari mana yang namanya penculikan kalau adikmu sendiri bilang bahwa Pika memaksanya untuk membawaku karena katanya Pika akan segera serangan jantung gara-gara jantungnya tidak bisa tenang. Tapi sudahlah demi membahagiakan Pika—aku rasa, aku terlalu baik karena selalu menuruti keinginannya—yang sedang was-was menanti statusnya yang akan berganti hari ini.

Bahkan bisa dibilang kami begadang semalaman oh tidak tapi lebih jelasnya Pika menyuruhku begadang mengulang kembali cerita waktu sekolah sampai menggosipkan teman-teman seperjuangan kita dahulu. Tapi apa mau dikata entah jam berapa aku sudah tumbang terlebih dahulu dan saat tadi bangun rambut Pika sudah disasak saja.

"Khai, tu kebaya loe. Tadi mama baru ngasihnya tapi kemaren kan pas fitting udah pas di loe kan ya?" ucap Pika ketika aku baru keluar dari kamar mandi. Aku menghampiri sebuah kebaya yang memang telah diseragamkan untuk acara ijab qobul pernikahan Pika.

 Aku menghampiri sebuah kebaya yang memang telah diseragamkan untuk acara ijab qobul pernikahan Pika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kebaya tersebut terlihat sangat cantik dan sesuai seleraku. Pika memintaku untuk menjadi pendampingnya padahal sepupunya yang perempuan juga banyak tapi dia tetap kekeuh agar aku dan kakak iparnya yang mendampingnya.

Diluar sana sedang berlangsung acara ijab qobul yang membuat suasana menjadi tegang. Bahkan aku saja yang hanya seorang pendamping ikut merasakan ketegangannya. Sampai pada Bayu berhasil mengucapkannya dalam satu tarikan nafas kami yang didalam mengucapkan syukur sambil bernafas lega. Pika menitihkan air mata harunya lalu memelukku dan berucap pelan 'gue udah kawin' yang mau tidak mau membuatku menoyor jidatnya.

"Udah ngga lajang lagi kali maksud loe! Kawin mah ntar malem kalau ngga besok" ucapanku membuatnya menjulurkan lidah membuat kesan anggun dari riasan hingga pakainnya menjadi tidak berguna.

Aku mengapit tangan Pika sebelah Kanan dan kakak iparnya—Ranti—mengapit tangannya sebelah kiri. Kami membawanya menuju Bayu yang menunggu dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Senyum Pika juga tidak kalah mengembang membuatku ikut-ikutan tersenyum lebar. Sungguh jika kelak aku menikah aku ingin seperti Pika. Menikah dengan orang yang aku cinta dan mencintai aku apa adanya.

Handsome WidowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang