19. Sembilanbelas

7.1K 520 19
                                    

Assalamu'alaikum.....

Ok semakin kesini ceritanya semakin membosankan dan tidak jelas

Aku jadi semuakin pesimis hiks..hiks

Semoga aja ada yang masih mau baca dan masih setia nungguin cerita ini

Terimakasih atas vote dan komennya

Jangan lupa tinggalkan bintang dan kritik sarannya

Lophyou....

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author POV

Khaira bingung sendiri dengan apa yang tengah terjadi dengan kehidupannya. Ia mengambil keputusan tanpa memikirkan konsekuensi yang akan di terimanya. Rasanya ia benar-benar ingin pergi dari Negara ini dan pindah ke Negara lain agar tidak bertemu lagi dengan yang namanya Wirga dan Dito.

Ya...itu keinginannya agar tidak berurusan lagi dengan mereka sehingga ia dapat hidup dengan tenang.

Ah, dia bisa melakukannya. Itu sangat mudah untuknya namun sangat tidak mudah meninggalkan papa dan Aldi di sini. Jika ia berhasil membujuk mereka untuk pindah, maka rencana untuk menjahui Wirga dan Dito berhasil. Namun sekali lagi, sayangnya papanya tidak akan pernah mau meninggalkan rumah ini selamanya.

Hari ini Khaira tidak pergi ke kantor. Ia sudah tidak peduli kalau-kalau dia akan di pecat secara tidak hormat karena sering absen. Ia malah akan bersyukur dengan hal itu.

Semoga aja di pecat batinnya sangat meng-amin-kan.

Saat ini ia benar-benar tidak dapat bertanggung jawab dengan ke putusannya. Benar sih, Khaira ingin melupakan Wirga dan menghapus Wirga dari pikirannya. Namun salahnya karena Dito lah yang menjadi pelariannya. Khaira hanya takut setelah menjalani dengan Dito namun hatinya tidak dapat menerima Dito, lalu bagaimana kecewanya Dito?

"Kak, loe ngga ngantor hah? Udah jam 8 nih?" suara Aldi terdengar bersamaan dengan pintu yang di dorong.

Khaira menatapnya datar sedangakn Aldi berjengit melihat Khaira yang masih ada di balik selimut dengan dua tangnnya mencengkeram selimut dalam keadaan masih berbaring.

"Loe pake baju kan?" pertanyaan bodoh itu yang pertama kali Aldi ucapkan setelah tersadar dari shock beberapa detiknya.

"Ngga—" dengan wajah polos Khaira menjawabnya serta menurunkan selimutnya. Aldi pun langsung menutupi matanya dengan telapak tangan kanannya sambil menyumpahi kakaknya tanpa mengecilkan volume suaranya.

"Loe kenapa deh?"

"Pake tuh selimut! Gila gini-gini meski gue adek loe gue tetep laki-laki bisa khilaf" cerocos Aldi yang membuat Khaira memutar kedua bola matanya bosan.

"Gue tuh make baju!" kesal Khaira karena pagi galaunya benar-benar rusak gara-gara pikiran Aldi yang kemana-mana. Perlahan Aldi membuka sela jari-jarinya untuk memastikan bahwa yang di katakana kakanya adalah benar.

Ia mengintip sedikit dan mendapati ada piyama yang menutupi bahu kakaknya. Aldi pun tidak bisa menahan hembusan nafas leganya.

"Loe kalau ngomong yang bener,jadi gue ngga nyangkaian loe telanjang!" hardik Aldi kesal.

Khaira mengernyitkan keningnya. Ini anak mungkin bener-bener kebanyakan nonton yang iya-iya makannya pikirannya jadi rusak.

"Gue tadi mau bilang 'Ngga kaya yang loe pikirin' belum gue selesai ngomong loe udah tereak aja. Dasar, makannya hidup tuh banyakin ibadah, ngaji jangan banyakin nonton film yang kayak gitu!" Khaira melangkahkan kakinya untuk membuka gorden berwarna lavender yang masih menutup rapat akses cahaya di kamarnya.

Handsome WidowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang