18. Delapanbelas

7.1K 508 10
                                    

Assalamu'alaikum....

Kayaknya emang ngga bisa ya aku update cepet wkwkwk

Maaf ya yang nungguin lama, emang dasarnya aku ngga bisa update cepet kalau emang ngga dapet ilham buat ngelanjutin

Ini juga kelanjutannya...entahlah

Tetiba ngetik kayak gitu padahal niatnya ngga kayak gitu. Setelah nulis ini aku jadi bimbang buat makcomblangin Khaira ama Wira apa Dito.....hiks

Ahhhh.....ini kek mana coba kelanjutannya, maafin ya kalau ngga menarik, ngebosenin, tambah aneh, tambah jelek, tambah ngga jelas

Aku tau itu

Maaf juga typo bertebaran

Ya semoga masih ada yang mau baca kelanjutannya buat malam senin kelabu ini

Ok terimakasih atas vote dan komennya

Jangan lupa untuk meninggalkan bintang dan kritik sarannya

Salam hangat dari saya....lophyou

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Sudah tidak perlu malu Khai tapi ya....di depan ada Wirga"

Ucapan Dito membuatku semakin merapatkan pelukanku. Entahlah, aku tidak ingin melihatnya namun aku juga ingin dia melihatku dalam posisi seperti ini.

Sebenarnya apa yang aku inginkan ketika benar pak Wirga melihatku dalam posisi seperti ini? Cemburu? Haha aku ingin tertawa sekeras-kerasnya.

Kalau pun pak Wirga cemburu lalu kau mau apa Khai? dewi batinku bertanya sinis.

Kalau dia cemburu apa yang aku dapat? Apa aku senang mengetahuinya cemburu?

Mana mungkin!! Aku sudah bertekad ingin membuang semua perasaan ini dan menyerah. Ah ya, aku hanya ingin melihatnya menderita. Menderita karena aku dengan Dito? Hahaha lucu sekali ya, mana mungkin begitu. bahkan dia tidak memiliki rasa terhadapku.

"Ayo kembali ke kantor Dit" ucapku menggenggam kemejanya dengan erat. Aku tidak peduli kalau nanti kemeja Dito akan kusut, yang jelas aku ingin segera pergi dari tempat ini.

Kurasakan sebuah tangan melingkari pinggangku yang membuat aku menengadah memandang Dito.

Ia tersenyum lembut kepadaku. "Ayo, kuantar pulang" aku hanya menurut ketika ia membawaku keluar menuju dimana mobilnya terparkir. Dia membukakan pintu mobil untukku, setelah aku masuk Dito memutari bagian depan mobil masuk ke bagian kemudi.

Aku hanya diam setelah masuk ke dalam mobil. memandang bangunan dan kendaraan yang kami lewati. Aku mengernyit melihat jalan yang kami lewati tidak menuju ke arah kantorku.

"Loh Dit, ini kan bukan jalan ke kantorku?" aku menatap Dito dengan pandangan bertanya.

"Hm....memang bukan" jawabnya santai menengok sebentar kearahku dengan senyum kecil dan kembali menatap jalanan.

"Lalu kamu mau membawaku kemana?" tanyaku dengan kesal.

"Bukankah tadi aku bilang akan mengantarmu pulang" jawabnya sambil mengernyit menampilkan wajah tak berdosa.

"Sejak kapan aku bilang iya di antar pulang, aku kan ingin di antar ke kantor" balasku sebal.

"Sejak kapan aku bilang iya untuk mengantarmu ke kantor. Yang aku tau saat aku bilang ingin mengantarmu pulang kau tidak menolak dan diammu kuartikan sebagai 'iya' oh ya satu lagi—" ia tersenyum miring yang terkesan menyebalkan sambil melirikku sebentar "jangan lupakan rok putihmu yang berdarah itu"

Handsome WidowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang