Maafkan dedek yang lama sekali updatenya ^.^
Sebelumnya aku mau curhat dulu biar drama-drama dikit wkwkwk *gejalastress
kemarin banyak sekali tugasku dan deadline final projek ku menunggu udah harus di selesaikan hah, ngga cuma itu aja penderitaan dedek-__-
Gara-gara final projek yang terakhir dan temen-temenku yang kayak asem jawa dengan teganya mereka menjadikan lepiku sebagai kelinci percobaan, kan syedih dedek bang T.T
Ngga cukup di jadiin kelinci percobaan, di install ini itu di uninstall juga dan berakhir dengan semua dataku lenyap, hilang, musnah dan teman-temannya sebangsa dan setanah air-__-
Ngga ada yang tersisa, tinggal lepi kosong seperti sedia kala, yahh nasib.
untuk nulis ini pun aku ngga ada mood sama sekali :D
maaf mengecewakan tulisannya, semoga masih ada yang berminat buat baca.
Terimakasih untuk vote kalian semua dan untuk cerita yang lainnya tunggu ada mood dan kuota ya wkwkwk
Sudah tiga hari ini aku selalu bermimpi buruk setelah pertemuanku dengan Rahel dan Miko. Kepalakupun entah kenapa berdenyut-denyut nyeri namun untung saja tiga hari ini pak Wirga tidak menitipkan Arsya jadi aku sedikit tertolong. Ngomong-ngomong tentang Arsya tiga hari ini ia sedang mengikuti acara rekreasi edukasi yang diadakan oleh sekolahannya. Apa Arsya sudah pulang ya? Belum lama mengenal Arsya aku sudah merasa rindu dengan bocah itu saja seperti rindu dengan anak sendiri.
"Hey Khai, kenapa kamu senyam-senyum sendiri, jangan-jangan..." ucap Soni menggantung kalimatnya.
"Ngga usah ngawur ya Son!" balasku sambil melotot. Soni nyengir lebar melihat pelototanku.
"Iya deh ampun bu Khaira. Aku Cuma mau bilang tuh tadi OB bilang kamu disuruh ke ruangan pak Wirga"
"Ngapain?" aku mengernyit meminta penjelasan.
"Ye...mana aku tahu! Ah sanalah, pergi cari tau sendiri" Soni mengusirku sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Ku tepuk tangannya dengan buku yang sudah ku gulung sebelum beranjak pergi. Terdengar suara Soni yang mengumpat dari belakang namun aku tetap berjalan tanpa menghiraukannya.
Kenapa ya pak Wirga tidak langsung menelponku saja? aku jadi degdegan mengingat terakhir kami bertemu........
Jangan-jangan pak wirga ingin mengintrogasiku?! Ah tidak tidak, aku yakin pak wirga bukan orang yang seperti itu. Tapi tetap saja aku deg degan! Bagaimana ini? Adu....aduh!
Aku berjalan dengan sangat lambat menuju ruangan pak Wirga. Berharap jika aku sampai disana ruangan itu kosong karena pemiliknya pergi entah meeting atau kemanalah. Semoga....semoga....semoga....pak Wirga....
"Kenapa jalanmu seperti orang nahan pipis?" suara itu membuatku terlonjak hingga bahuku membentur dinding yang ada disampingku. Aku menatap orang di depanku dengan horror.
"Eh..hehe, pak Wirga" aku nyengir yang dibalasnya dengan satu alisnya naik.
"Aku sudah menugumu dan kamu malah berjalan kayak orang yang baru belajar pakai sepatu seperti itu" ia menunjuk sepatu setinggi 5 centi yang kupakai "kita sudah telat, ayo cepat ikut aku" pak Wirga mencekal pergelanganan tanganku dan menarik ku lembut membawaku masuk kedalam lift khusus yang langsung menghubungkan ke basement.
Didalam liftpun pak wirga tidak melepaskan cekalannya ya meski tidak menyakitkan tapi kan.....aku inginnya di genggam bukan di cekal. Eh
"Pak...maaf" cicitku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Widower
RomantizmIni berawal dari sahabatku yang mengancam tidak akan mengundangku ke pernikahannya tanpa membawa pasangan yang PAS. Entah apa maksudnya dengan kata PAS, akhirnya dengan terpaksa dan keengganan aku meminta bosku untuk menemaniku ke acara pernikahan s...