24. Dua Puluh Empat

6K 485 24
                                    

Assalamu'alaikum.....

Hai hai apa kabar semuanya????

Masih ada kah yang nungguin cerita ini??? moga-moga masih ya :D

Maaf ya lama ngga ada kabar, lama ngilang apa lagi lama updatenya. Ini baru sempet bikin lanjutan ceritanya Khaira.

Maaf ya kalau ada typo, maaf kalau Cuma sedikit, maaf juga kalau ceritanya ngga asyik dan semakin jelek.

Terimakasih vote dan komennya ya

Jangan lupa tinggalin bintang dan kritik sarannya lagi

Luphyuu.....


----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author POV

Wirga duduk di belakang meja kerjanya dengan tumbukan berkas-berkas yang harus segera diselesaikannya. Namun bukannya ia segera menyelesaikan pekerjaanya malah pandangan matanya terfokus kearah sisi kirinya dimana sebuah figura besar lebih menarik perhatiannya daripada setumpuk berkas di hadapannya.

Deringan dari ponsel membuatnya menghela nafas. Di liriknya siapa yang menelpon. Dahinya mengernyit melihat nama Aldi ada di layar ponselnya. Segera ia mengambil ponselnya dari atas meja kemudian menggeser layar untuk menerima panggilan.

"Ya—"

"Bang, cepet ke rumah sakit! Kak Khai masuk rumah sakit!" seru suara dari sebrang yang terdengar khawatir. Mata Wirga membulat sempurna. Jantungnya tiba-tiba berdetak tak seirama.

"Kenapa bisa? Apa yang terjadi?" tanya Wirga tidak sabaran.

"Yang penting loe kesini dulu deh bang. Ceritanya panjang!"

"Aku kesana sekarang!" Wirga menutup panggilan secara sepihak. Ia segera mengambil kunci mobil yang ada di laci meja kerjanya kemudian keluar. Di benaknya bertanya-tanya sebenarnya apa yang telah terjadi kepada Khaira hingga Aldi merasa sekhawatir itu.

ia berjalan terburu-buru hingga ia tidak berhati-hati ketika ingin berbelok yang membuatnya merasa menabrak seseorang yang lebih kecil darinya.

"Aduhhhhhh" teriak suara anak kecil yang mengaduh kesakitan.

"Arsya!" Wirga kaget mengetahui anaknya yang tidak sengaja dia tabrak barusan. "kamu ngga apa-apa kan sya?"

Arsya mengaduh sambil mengusap-usap pantat kecilnya yang sakit karena mendarat terlebih dahulu kelantai. "sakit ayah!" protesnya kesal.

"Kita kerumah sakit ok" segera di gendongnya arsya dan bergegas ke rumah sakit.

Arsya mengerutkan hidungnya dengan tindakan yang dilakukan sang ayah. Pantatnya hanya sakit biasa kenapa ia harus di bawa kerumah sakit? Bahkan ia kan tidak berdarah.

Wirga memasukkan Arsya kedalam bangku samping kemudi. Setelah Wirga menutup pintunya ia segera memutari mobil untuk menuju bangku kemudi. Ia membuka pintu dan matanya membelalak melihat pintu yang satunya terbuka.

"Sya, kenapa kamu keluar lagi?!" seru Wirga ketika menghampiri Arsya yang akan masuk kedalam rumah.

"Arsya ngga berdarah ayah kenapa harus kerumah sakit!" ucapnya kesal tanpa menoleh sedikitpun dan terus saja berjalan kembali kerumah.

Wirga yang sudah dapat mencapainya segera menggendong Arsya dengan paksa yang membuat Arsya membelalakkan matanya karena kaget tiba-tiba di gendong.

Handsome WidowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang