17. Tujuhbelas

8.9K 577 11
                                    

Assalamu'alaikum semuanya

Apa kabar? Ada yang menunggu ceritanya pak Wirga dan Khaira? Apa udah pada bosen karena makin ngga jelas dan lama updatenya?

Wkwkwk.....maapkan ya, karena godaan di dunia nyata susah untuk di tolak:D

Ini udah banyak ya, 10 page lebih di word bayangkan. Dan maapken kalau ceritanya ngga menarik

Terimakasih untuk vote dan komennya.

Dan selamat membaca jangan lupa tinggalkan bintang dan kritik sarannya

Luphyou.......

------------------------------------------------------------------------------------

Ku sesap coklat panas yang baru saja datang. Hari ini langit tengah mendung yang bergelantung siap menumpahkan isinya. Namun entah mengapa langit masih berusaha kuat mempertahankannya tanpa mau membasahi bumi.

Angin pun berhembus pelan namun begitu terasa dingin. Entah mengapa aku memilih tempat diluar yang akan membuatku kedinginan. Memilih gazebo yang berada di tengah aku dapat melihat apa saja aktivitas yang terjadi di dalam café.

Aneh memang hanya aku seorang yang berada di sini. Menjauh dari kehangatan ruangan dan memilih dinginnya angin basah yang epertinya akan membawa hujan.

"Khai" suara wanita menyapa membuatku mendongak dan tersenyum kecil. "Maaf ya aku lama" katanya dengan menunjukan raut bersalah.

"Ngga masalah kok" balasku mencoba menenangkannya.

"Tadi aku harus menemuai pasien terlebih dahulu. Sudah lama jadi pasienku sih dan tadi dia sedang kambuh makannya aku segera kesana sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan" ceritanya sembari memesan minuman.

"Kok bisa? Memang apa penyebabnya?" tanyaku.

Dia mendesah "dia tidak mau minum obatnya. Padahal aku mengizinkannya untuk terapi sebulan sekali dengan syarat dia harus minum obat. Tapi hanya gara-gara masalah sepele dengan pacarnya dia tidak mau minum. Dan yah begitulah hasilnya" Aku hanya mengangguk-angguk menanggapi ceritanya.

"Oh ya, saat kamu mengirimiku pesan waktu itu aku benar-benar kaget lho Khai. Pasalnya aku sedang di Kanada dan saat kamu mengirimiku pesan aku yakin disini masih tengah malam" aku tersenyum kaku sedangkan dia menatapku dengan pandangan menyelidik.

"Aku minta maaf ya Sof jika waktu itu pesanku mengganggu kamu" ucapku dengan tidak enak hati.

Pelayan kembali mengantarkan pesanannya. Dia mengucapkan terimakasih ke pelayan kemudian menyesap minumnya dengan perlahan sembari menatapku dengan satu alis terangkat.

Aku hanya diam mengikuti pergerakan tangannya ketika meletakkan gelas minumnya. Ia mendesah lagi "Ok, mari dengarkan apa yang ingin kamu mintai tolong?"

Di tangkupkannya kedua tangannya dan menjadi penyangga untuk dagunya. Ia menatapku dengan senyuman yang aku sendiri tidak bisa mengartikannya namun itu terlihat seperti senyum profesional.

"Sebenarnya ini tampak aneh sih menurutku dan kurasa ini tidak masuk dalam ilmu psikologi" kataku mulai ragu untuk mengungkapkan apa yang tengah aku rasakan.

"C'mon Khai, kenapa kamu jadi ragu? Kamu hanya ingin meminta pendapatku tentang masalahmu bukan?"

"Hem...kurasa..mungkin begitu" kataku terlihat sangat ragu

"Kalau kamu tidak mau cerita lalu apa gunanya aku datang kemari? Harus rela meluangkan waktu, jadwalku padat kalau kamu belum tau Khai" ucapnya dengan datar.

Handsome WidowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang