Assalamu'alaikum....
Selamat ramadhan....
Ngga kerasa udah ramadhan ya yang artinya ini cerita udah lama banget ngga update hehe
Iya tau tau, maaf ya lama banget updatenya (selalu minta maaf dan selalu molor update) ini benar-benar dan benar minta maaf. Baru kali ini updatenya lama banget. Niat awal selesai tugas kuliah mau update tapi rencana tinggal rencana karena tiba-tiba aku sakit. Bener bener minta maaf ya.....
Iya cerita ini udah banyak yang lupa, udah makin ngebosenin dan ngga jelas. Tapi semoga masih ada yang mau baca cerita ini ya.
Selamat membaca untuk selingan menunggu berbuka
Terimakasih atas vote dan komennya.
Jangan lupa tinggalkan bintang dan kritik sarannya ya
Lophyou.....
----------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti perkataanku kemarin sebelum jam kerja di mulai aku sudah ada di depan gedung yang sebentar lagi akan menjadi mantan tempatku bekerja. Aku langkahkan kakiku menuju bagian resepsionis dengan menenteng tas berwarna silver.
"Pagi mba" sapaku ramah dengan senyum setengah lingkaran kepada resepsionis yang sama seperti waktu pertama kali aku datang ke perusahaan ini.
"Pagi juga, loh tumben mba? Ada yang bisa aku bantu?" balasnya ramah. Aku sedikit terganggu dengan kata 'tumben' yang baru saja di ucapkan oleh Rika. Tapi benar juga, aku tidak pernah datang ke resepsionis hanya sekedar saling menyapa ketika berpapasan saja.
Aku tersenyum sambil mengambil surat di tasku dan memberikannya ke Rika.
"Tolong antarkan surat ini ke meja Lilian" Rika menerima surat pemberianku dengan kening berkerut.
"Baik mba, tapi ngomong-ngomong surat apa ini mba? Kok ngga mba langsung aja yang ngasih ke mba Lilian? Kan mba Lilian atasan langsungnya mba?" tanyanya yang terlihat ingin tau.
Aku terkekeh "Aku sedang buru-buru. Maaf ya merepotkanmu"
"Tenang mba, emang sudah tugasku juga" balasnya. Setelah mengucapkan terimakasih aku langsung meninggalkan Rika dan menuju ke parkiran.
Aku menuju mobil BMW putih keluaran terbaru milik Aldi. Karena dia membantu papa dan memenangkan tender besar maka dengan belagunya ia langsung membeli mobil ini. Tidak tanggung-tanggung dia langsung memilih yang bernilai Sembilan digit. Sepertinya aku harus belajar dari Aldi.
Ketika aku akan mengeluarkan mobil dari parkiran aku melihat mobil yang begitu aku kenal masuk dan tidak jauh dari tempatku mobil itu berhenti. Keluarlah pemilik mobil dengan stelan yang begitu rapi seperti biasanya.
Lelaki itu memegang pintu mobilnya untuk beberapa saat. Kemudian ia menggelengkan kepalanya dan masuk kedalam gedung dengan langkah yang terlihat cukup tegap.
"Apa cuma perasaanku saja kalau pak Wirga keliatan pucat?" gumamku sendiri. Namun aku segera mengenyahkan pemikiran itu dan keluar dari parkiran.
Setelah berkeliling-keliling aku memarkirkan mobilku di depan sebuah coffee shop yang letaknya begitu jauh dari tempat awalku berada. Ku langkahkan kakiku masuk kedalam kemudian memesan caffe latte kepada barista setelah itu mengambil tempat duduk di meja dekat jendela.
Bau khas kopi begitu mendominasi di ruangan ini yang membuat suasana terasa nyaman. Ku sesap kopiku dengan perlahan untuk menikmati rasanya. Bibirku terangkat begitu mengetahui bahwa aku tidak sia-sia terdampar jauh-jauh disini karena mendapatkan kopi yang benar-benar cocok dengan lidahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Widower
RomansaIni berawal dari sahabatku yang mengancam tidak akan mengundangku ke pernikahannya tanpa membawa pasangan yang PAS. Entah apa maksudnya dengan kata PAS, akhirnya dengan terpaksa dan keengganan aku meminta bosku untuk menemaniku ke acara pernikahan s...