10. Tantangan

105 4 0
                                    

Sudah dua hari Shenan menginap di rumah sakit tersebut, selama itu ia terpaksa tidur sendiri di rumah sakit sedangkan bulik Lidya akan datang paginya setelah mengurus Ghavin di rumah, dikarenakan Ghavin belum cukup umur dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah sakit. Lalu Jeje dan Putri akan datang menjenguknya setelah pulang sekolah sampai menjelang magrib.

Hari itu kebetulan bulik Lidya harus pergi ke sekolah sebentar karena urusan sebentar sehingga ia sendirian di ruang inap. Ketika ia bangun dari tidur siangnya, ia didatangi seorang perawat dengan membawa parsel buah bersama surat yang ditulis dengan tulisan tangan yang bertuliskan;

Cepet sembuh Shen. Ini ada buah-buah ajaib dipetik dari surga, karena bidadari biasanya alergi makan buah dari bumi. Yaudah, dimakan buahnya, kalau gak dimakan, nanti busuk, kan sayang. Kecuali kalau aku yang sayang, gak papa.

Dari Kamen Rider

Lalu di bawah surat tersebut digambarkan seperti lambang yang dikenali Shenan sebagai simbol Hakuna Matata, yang dalam Bahasa Swahili yang berarti 'jangan kawatir', dimana kata-kata tersebut dikenal luas di film kartun Disney yaitu Lion King.

Shenan tersenyum kemudian mengernyit setelah membaca surat dari Kamen Rider misterius yang juga memberinya obat merah waktu itu ketika berada di taman kota. Ia tidak punya petunjuk siapa kamen rider ini. Namun dalam hatinya yang terdalam, ia berharap orang itu adalah Adrian.

"Assalamualaikum", sebuah suara muncul tiba-tiba dari pintu ruang inap Shenan. Shenan segera menyembunyikan surat yang baru ia baca di balik bantalnya

"Walaikumsalam", jawab Shenan yang sudah mengetahui itu suara Jeje.

"Hey!!", teriak Jeje ceria sambil menampakkan dirinya setelah melompat dari pintu. Kemudian disusul Putri dibelakangnya tampak lebih tenang daripada Jeje.

"Ck, lo lagi, bosen gue", gumam Shenan, dengan memasang muka yang berpura-pura jengah melihat Jeje.

"Yeeeu ngomong aja kangen sama gue", gerutu Jeje sambil melempar dirinya ke sofa yang ada di sebelah ranjang rumah sakit yang ditiduri Shenan, diikuti Putri duduk di sampingnya.

"Yah lo di lantai aja sono Put, gue mau tiduran, capek gue", ujar Jeje sambil mendorong-dorong Putri untuk pergi. Shenan tertawa melihatnya.

"Yaudah Put, sini aja", kata Shenan sambil menunjuk kursi plastik yang ada di samping ranjangnya. Dengan mendelik sebal, Putri beranjak dari sofa lalu duduk di samping Shenan.

"Gimana, lo udah baikan?", tanya Putri sambil memegang tangan Shenan untuk mengecek suhu badannya.

"Udah baikan sih,, kayaknya besok udah boleh pulang".

"Yaudah syukur deh, biar cepet sekolah".

Mata Shenan kembali menatap Jeje yang berada di belakang Putri yang kini sudah merebahkan badannya di sofa dan memejamkan matanya, ia tersenyum geli melihat Jeje. Putri juga menoleh ke belakang.

"Ngantuk Buk", goda Shenan sambil tertawa. Putri menggelengkan kepalanya dan kembali memutar kepalanya ke posisi semula.

"Capek dia, tadi abis dibully Key Hahaha", jelas Putri lalu tertawa

"Ha? Dibully gimana?", tanya Shenan.

"Tadi, waktu istirahat", Putri berhenti sejenak karena tawanya kembali meledak sambil memegangi perutnya, sementara Shenan masih mengernyit menunggunya untuk melanjutkan ceritanya lagi, "gue kan sama Jeje nih duduk di bangku lo berdua, terus tiba-tiba nyamperin, Si Key sama Si Fadlan. Si Fadlan duduk di bangku depan ngadep belakang, si Keytaro minta gue buat pinjem kursi yang gue dudukin, akhirnya gue minggir kan, duduk di bangku gue sendiri, gue kira mau ngomong sesuatu yang penting sama Jeje. Eh taunya dia pura-pura kayak jadi penghulunya si Fadlan waktu ijab khabul, dan dia nyebut nama Jeje jadi mempelai wanitanya", Sekejap tawa Shenan langsung meledak mendengar cerita Putri.

SHENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang