Rabu malam, jadwal di mana Shenan harus melakukan bimbingan ke rumah Keytaro. Ia duduk di tempat tidurnya menatap tembok kamarnya dan terlihat sedikit risau. Ia sudah berganti baju dan siap untuk berangkat, namun kepalanya berfikir tentang apa yang akan dilakukannya nanti untuk menaklukkan Keytaro, agar ia mau melakukan bimbingan dengannya tanpa pengabaian. Ia sempat berfikir untuk berdamai saja dengan Keytaro. Tidakada alasan yang kuat baginya untuk membenci Keytaro, ia hanya seperti dirinya dulu, orang yang menyia-nyiakan kasih sayang orang tuanya, orang yang merugikan dirinya sendiri, bagai orang yang tersesat tanpa tujuan. Hanya satu yang harus dilakukan Shenan; merubah Keytaro.
Di perjalanan menuju tempat Keytaro, ia mampir membeli martabak manis di pinggir jalan untuk Keytaro. Ketika ia sampai di depan rumahnya, pintu gerbang sudah terbuka sebagian sehingga Shenan bisa leluasa masuk.
Ditutupnya gerbang yang sejak tadi terbuka lalu mengetok pintu rumah Keytaro yang juga terbuka, ini sangat aneh, tidak biasanya pintu gerbang dan pintu rumah dibiarkan terbuka. Ia ketok pintu rumah Key beberapa kali namun tidak ada respon, hanya suara TV yang terdengar dari ruang tengah.
"Key?", ia memutusan untuk berjalan mengendap-endap masuk.
Shenan memanggilnya lagi namun tidak ada respon, setelah ia mencapai ruang tengah ia lihat Key berdiri menghadap tembok dan berdiam diri di sana.
"Key.... KEY!!", panggil Shenan lagi.
Ia berjalan menuju tempat Key berdiri, ketika ia sampai di tepat di belakang Key, ia mengibaskan rambutnya ke depan sehingga menutupi seluruh wajahnya, ia raih bahu Key perlahan dan memanggilnya sekali lagi dengan nada yang sangat pelan, "Keey". Key akhirnya menoleh ke belakang dengan wajah mengerikan karena di tutupi oleh topeng zombie. Mereka saling bertatapan namun justru Key yang terkejut melihat apa yang di lihatnya di depannya. Key spontan tersentak mundur menabrak tembok, pada saat itu juga Shenan mengibaskan rambutnya ke belakang dan tertawa geli.
Keytaro tidak tertawa, mengalihkan pandangannya ke arah lantai, malu sekaligus marah karena gagal menjebak Shenan. Shenan akhirnya berhenti tertawa lalu menatap Key dengan seksama.
"Mau ngerjain saya lagi? Gak perlu capek-capek ngerjain saya", ujar Shenan dengan tidak sadar menyebut dirinya 'saya' bukan 'gue'. Keytaro masih tidak mau menjawab.
Keytaro tanpa mengatakan apapun, ia meninggalkan Shenan dan duduk di sofa. Shenan mengikutinya lalu duduk di sampingnya namun agak jauh.
"Key, kamu masih marah sama saya?", Key menatap lurus ke layar TV di depannya, mengabaikan Shenan. "Sebenernya waktu itu bukan saya yang lapor Pak Kepala Sekolah, tapi dia liat saya kekunci dari dalam kelas, waktu itu saya tuker kursi saya yang kotor ke kursi kamu, saya tahu itu kamu dari petugas OB, dan waktu itu soal PR Fisik kerjaan yang salah, saya berikan ke Lisa, terus kan diambil sama temne-temen kamu, yaudah", ujar Shenan seolah berbicara sendiri, Key masih pura-pura tidak menganggap Shenan ada.
"Nih saya beli'in martabak, kalau kamu gak mau biar dimakan si bibi", sambil menyodorkan plastik yang berisi martabak manis, Keytaro masih diam, karena Shenan tahu Key tidak akan menerima martabak darinya ia hanya meletakkannya di meja tepat di depannya.
Shenan terdiam, suasana menjadi sangat canggung baginya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi.
Akhirnya ia ambil buku-buku yang ada di tas nya dan mengeluarkannya ke meja.
"Kamu boleh, nonton TV atau maen video games sesuka kamu, tapi kasih saya buku catatan kamu biar saya salin catatannya selama seminggu, dan nanti biar saya kerjain tugas kamu, saya kumpulin besok", ujar Shenan tidak menyerah berbicara sendiri.
Ia menunggu beberapa saat namun Key tidak kunjung meresponnya lagi.
Ia tarik nafas panjang, lalu berdiri, berjalan memutari meja dan berhenti tepat di depan Keytaro menghalanginya untuk menonton TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENAN
Romance"Iya, saya temenan sama siapa saja, mau dia nakal, baik, bodoh, pintar, kaya, miskin, gak akan ngerubah pandangan saya terhadap mereka sebagai manusia" Shenan, murid pindahan baru menemukan kehidupan barunya di ibu kota setelah kepergian kedua orang...