11. Damai

108 4 0
                                    

Kamis pagi ini di awali dengan pelajaran Bahasa Inggris, seperti biasa setelah bu Fitri, guru Bahasa Inggris menerangkan tentang materi, beliau selalu memberi tugas untuk melatih keterampilan dalam berbahasa Inggris. Hari itu kelas X.3 diberi tugas oleh Bu Fitri untuk mengarang bebas sebuah cerita dalam selembar kertas folio dengan Bahasa Inggris.

"Apasih, suruh ngarang-ngarang gini, males deh gue", gerutu Jeje pelan setelah Bu Fitri meninggalkan kelas untuk keperluan di kantor.

"Hmm dasar penggerutu", gumam Shenan yang sudah mulai menulis karangannya. Jeje memutar bola matanya sebal.

Dipandangnya Shenan yang sudah menulis satu paragraf karangannya, sedangkan Jeje sama sekali belum tahu apa yang hendak di tulisnya. "Cepet banget sih Shen, nulis apa?", ujarnya melas sambil memandangi tulisan Shenan yang sama sekal tidak di mengertinya karena berbahasa Inggris.

"Cerita rakyat di desa gue dulu, cepetan nulis gih setengah jam lagi isirahat juga", ujar Shenan memperingatkannya.

"Ya apa dong, gue bingung nih", ujar Jeje sambil menggaruk kepalanya.

"Yaudah mending lo nulis pengalaman lo, ketik di google translate dulu abis itu terjemahannya lo tulis, ntar gampang yang salah-salah gue benerin", Jeje sekejap tersenyum lebar mendengarnya, seperti mendapat sebuah rejeki nomplok di siang bolong. "Aaak makasih Shen, emang deh otak yang palng encer", tambahnya hampir berteriak.

"Ah elah, liat aja tuh orang-orang pada ngapain", jawab Shenan santai, mengangkat dagunya ke arah teman-teman kelas lainnya yang ternyata hampir semuanya menggunakan bantuan smartphone-nya untuk menerjemahkan karangan mereka ke Bahasa Inggris.

"Iya ya, kenapa gak kepikiran dari tadi".

"Tapi Cuma buat hari ini, besok-besok gak boleh pake bantuan google translate", ancam Shenan menatap Jeje tajam. Jeje menjauhkan wajahnya dari Shenan, seolah tatapan Shenan mengancam keselamatannya.

"Ih galak bener, iya iya".

Shenan memutar bola mata sambil menggelengkan kepalanya, lalu ketika Jeje yang di sebelahnya mulai merundukkan kepalanya untuk menulis, ia bisa melihat Keytaro yang duduk di pojok belakang, di seberang tempat duduk Shenan berada. Pandangannya kini lurus ke arah Keytaro yang terlihat sibuk menulis tugasnya, bahkan tanpa menggunakan bantuan smartphone seperti yang lain. Kontras dengan ketiga teman yang lainnya justru sibuk bermain game.

****

Tugas dikumpulkan tepat pada saat bel istirahat berbunyi, Bu Fitri segera menyuruh seluruh kelas untuk mengumpulkan tugasnya ke depan. Sementara itu Jeje masih belum selesai menyalin tugasnya.

"Cepetan Je, keburu pergi Bu Fitrinya", ujar Putri di sampingnya yang baru saja mengumpulkan tugasnya ke depan, sementara Shenan sudah mengumpulkan sebelum bel istirahat berbunyi.

"Iya iya, jangan brisik, gue gugup nih" jawab Jeje sewot, tulisannya semakin tidak karuan.

Bu Fitri sudah mulai berjalan keluar kelas, tidak peduli ada siswa yang belum selesai mengerjakannya, Bu Fitri sudah keburu pergi. Putri yang menyadari hal tersebut langsung buru-buru menepuk pundak Jeje sehingga coretan Jeje lebih buruk daripada sebelumnya. "Je, cepetan Bu Fitri udah jalan noh!!". Jeje tidak menjawab justru semakin mempercepat penulisannya. Lima menit kemudian Jeje selesai menyalin tugasnya, namun Bu Fitri sudah tidak hilang dari pandangan.

"Put, anter gue ke ruang guru, lo kan tau meja Bu Fitri yang mana", ujarnya sambil berdiri dan menarik tangan Putri. Belum sempat menjawabnya Jeje sudah menarik tangan Putri, meninggalkan Shenan sendirian di bangkunya.

Shenan hanya menggelengkan kepalanya tersenyum melihat tingkah kedua temannya. Kemudian ia keluarkan kotak bekal yang ia bawa dari rumah, aktifitas rutinnya setiap hari ketika istirahat pertama. Selalu ada paling tidak satu atau dua orang yang mencibirnya karena membawa makan dari rumah serta pandangan tidak menyenangkan, terutama dari teman-teman Bella karena bau makanan Shenan yang menyengat di kelas.

SHENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang