14. Gone

69 3 4
                                    

Shenan duduk di sebuah taman belakang kelas sendirian, menatap tembok pagar pembatas di depannya dengan sendu. Semua murid kelas X.3 di pulangkan karena beberapa anak perempuan menangis histeris dan ketakutan sambil menelfon orang tua mereka, akhirnya ada banyak orang tua murid yang menelfon guru BP agar anaknya dipulangkan karena mereka khawatir. Jeje dan Putri sudah pulang lebih dulu sedangkan Shenan memilih untuk menyendiri.

Terakhir ia mendengar kabar tentang Key dan Memet, mereka berdua di pulangkan ke rumah mereka masing-masing. Hukuman yang lebih berat sudah menunggu mereka, lebih dari scores satu minggu, kemungkinan salah satu dari mereka dikeluarkan dari Sekolah, atau mungkin kedua-duanya tapi itu sangat tidak mungkin karena Key adalah cucu dari pendiri sekolah ini.

Shenan masih belum ingin pulang, ia hanya ingin melihat keadaan Keytaro, walaupun ia masih ngeri melihat adegan pertengkaran tadi, kepala penuh dengan pertanyaan di mana Key dan bagaimana keadaan Key sekarang.

***

Sudah hampir dua minggu Key dan Memet tidak muncul di kelas, Fadlan dan Rama hanya seminggu nampak mengikuti pelajaran namun minggu kedua mereka juga tidak tampak lagi di kelas. Berhembus kabar bahwa Rama dipindahkan ke luar kota oleh orang tuanya sedangkan Fadlan bergabung ke pondok pesantren terkenal di Jawa Tengah.

Sudah beberapa kali Shenan mendatangi rumah Keytaro untuk menjenguknya namun rumahnya terlihat sepi dan tidak ada orang yang membukakan pagar untuknya, ia mencoba menelfon Om Ariya juga tidak aktif.

Siang itu di hari jum'at setelah pulang Sekolah, Shenan sedang makan siang bersama Adrian di sebuah resto, padahal sebelumnya Shenan berniat untuk pergi ke rumah Key sekali lagi namun Adrian mendadak menghampirinya di kelas untuk mengajaknya makan siang, terpaksa Shenan harus mengiyakan ajakan Adrian, lagipula justru Jeje yang kegirangan dan memaksa Shenan untuk bilang iya.

Restoran tersebut terlihat mewah, dari balik kaca restoran terlihat Shenan dan Adrian duduk saling berhadapan sambil bercakap-cakap, hanya mereka berdua yang memakai seragam SMA, sementara pengunjung lain adalah orang-orang dewasa yang berpakaian rapi, mungkin pengusaha, anak kuliahan, atau orang-orang penting. Tentu saja Shenan tidak cukup nyaman berada di situ, ia lebih memilih makan di pinggir jalan daripada tempat seperti ini.

Adrian mulai menyadari tingkah laku Shenan yang mulai tidak fokus dengan percakapan mereka berdua, "Kamu sakit?", tanya Adrian.

"Hmm?".

"Sakit?", sekali lagi Adrian bertanya. Dijawab dengan gelengan kepala dan senyuman lemah dari Shenan.

"Oh iya, gimana keadaan kelas kamu sekarang?", tiba-tiba Adrian mengganti topik pembicaraan.

"Yaaa, baik", jawab Shenan ragu, berharap jawabannya adalah jawaban yang diharapkan Adrian.

"Baik?", Adrian mengangkat alisnya.

"Yaa, baik, maksud Kak Adrian yang gimana sih?".

"Ya, setelah gerombolan anak nakal itu pergi, gimana sekarang? Masih gangguin kamu gak?", Shenan sejenak berfikir bagaimana Adrian tahu tentang empat bala cireng yang dulu sempat mengganggu Shenan padahal ia tidak pernah bercerita tentang itu kepadanya.

"Uhm, enggak kok, sekarang udah gak pernah ganggu", jawab Shenan singkat, ia tidak mau terlalu banyak membicarakan tentang mereka, terutama Key, ia takut jika keceplosan tentang kedeketannya dengan Key.

"Bagus deh, mereka pantas nerima hukuman itu", Shenan hanya terdiam.

"Apalagi Keytaro, dari kecil selalu cari masalah, kalau dia bukan cucu dari pemilik Sekolah, bakalan udah dikeluarin dari dulu", tambah Adrian.

SHENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang