Selembar harta, sebuah tahta
Menghapus naluri manusia
Dari apa yang telah diperintah-Nya
Kebahagiaan yang semu, hati yang beku
Dicampakkannya hati yang sendu
Tanpa sebulir rindu padamu
-Key
Shenan membaca buku yang diberikan Key terakhir mereka ketemu dua hari yang lalu, malam ini ia hendak menulis sesuatu kepadanya, namun pada beberapa halaman depan ternyata banyak sekali puisi-puisi yang ditulis Key. Tulisa-tulisan Key berhasil menarik perhatiannya, sebagian besar adalah puisi sedih yang Key tulis, namun ada beberapa puisi romantis yang ditulisnya, entah untuk siapa namun berhasil menimbulkan sebuah simpul senyum dari wajah Shenan.
Puisi Romantis Key
Hey, kamu
Kamu tahu?
Diantara berlian, kamu adalah sebutir manik
Diantara kue keju, kamu adalah kue lapis
Kenapa kue lapis?
Jangan tanya, aku hanya suka. Aku gak bisa jawab.
Tunggu-tunggu..
Atau mungkin biar aku bisa nyari kamu di mana saja?
Iya, gak mau susah sih..
Karena aku tidak ingin lama-lama jauh darimu.
Nb: Ini puisi bukan sih? Biarin ah, yang penting buat kamu.
Sudah mengetuk-ngetuk bolpoin ke meja belajarnya, sembari berfikir apa yang ingin ia sampaikan kepada Key. Banyak sekali yang hendak ia sampaikan dari Jeje dan Putri yang sekarang tidak takut dengan Geng Bella, lalu Pak Nono, guru Kimia yang masih suka membahas tentang Key dan teman-temannya, yang katanya rindu celoteh mereka, serta pertanyaan-pertanyaan untuk Key yang supersulit hanya untuk mengerjainya karena suka mengantuk saat pelajaran.
****
Diary bersama sudah diberikannya kepada anak kecil yang suka nongkrong di depan sekolah dua hari yang lalu,namun tidak nampak anak kecil itu lagi hari ini.
Sore hari itu, Shenan menyapu halaman mini rumah Buliknya dengan pikiran kosong, sedikit cemas, pikirannya tertuju pada seseorang, tak lain tak bukan adalah Key. Sudah beberapa hari ini Shenan tidak mendengar kabar dari Key, bahkan pengamen kecil teman Key, tidak pernah terlihat lagi. Walaupun tidak terlalu paham dengan perasaannya sendiri, Shenan merasa sedih dan kesepian, ia bisa saja pergi ke rumah teman-temannya dan dengan senang hati mereka akan mengajaknya pergi untuk bersenang-senang, namun ia tidak yakin jika kehadiran teman-temannya akan mengobati kesepiannya. Tidak bisa membohongi perasaannya saat itu, Shenan sangat ingin bertemu lagi dengan Key. Bahkan sekedar mengetahui kabarnya.
"Mau kemana Shen malam begini?", tanya Bulik Lidya, yang menyadari Shenan yang sedang mengenakan Jaket abu-abu andalannya.
"Mau keluar bentar, ngeprint buat tugas besok". Bulik Lidya tidak menjawab, tapi mengamati ekspresi Shenan sejak tadi siang, tak seperti biasanya yang ceria.
"Hati-hati, pelan-pelan aja", ujar Bulik Lidya ketika Shenan mulai mengeluarkan motor matic dari teras.
"Iya, Ghavin ada nitip makan gak?".
"Nggak, udah kenyang katanya", jawab Bulik mewakili Ghavin.
Setengah perjalanan, bahkan belum sampai keluar dari kampung di mana ia tinggal, Shenan baru ingat bahwa flashdisk-nya tidak ada di saku jaketnya, melainkan masih tertinggal di meja belajarnya. Mendengus kesal karena kelalaiannya, terpaksa ia memutar arah kembali ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENAN
Romance"Iya, saya temenan sama siapa saja, mau dia nakal, baik, bodoh, pintar, kaya, miskin, gak akan ngerubah pandangan saya terhadap mereka sebagai manusia" Shenan, murid pindahan baru menemukan kehidupan barunya di ibu kota setelah kepergian kedua orang...