12. Cerita Key

127 4 5
                                    

"Put, bisa cepet dikit gak, udah mau magrib nih, gue harus cepet pulang", gumam Shenan yang terlihat cemas, sesekali mengecek jam yang ada di layar hp-nya setelah seharian pergi jalan-jalan bersama Putri dan Jeje di sebuah toko buku terkenal di Jakarta.

"Emang mau kemana sih lo?", jawab Putri tenang sambil menyetir mobilnya sedangkan Jeje yang ada di sampingnya mendengus sebal.

"Iya, lagian tadi tante lo kan udah tau kalau kita jalan-jalan", sahut Jeje.

"I-Iya, tapi kan gue mau mandi, mau belajar, mau tiduran, lagian ngantuk nih", Shenan tidak tahu harus mencari alasan lagi, hari sudah mulai senja dan ia harus pergi ke rumah Keytaro untuk bimbingan seperti biasa namun ia tidak ingin teman-temannya tahu tentang hal itu. Ia merasa sangat bersalah terus-terusan berbohong kepada kedua temannya, entah sampai kapan ia harus menyembunyikan rahasia ini.

"Udah kenyang aja, ngantuk, lama-lama gemuk lo", Ujar Jeje sambil memutar badannya 90 derajat untuk menatap Shenan yang duduk di jok belakang sambil menamati badan Shenan, "Tapi, ngomong-ngomong lo gendutan deh Shen, maksudnya tambah berisi gitu, daripada waktu pertama kali lo masuk sekolah, ya gak Put".

"Iya, kirain gue doang yang mikir gitu, terus juga cerahan kulit lho Shen", tambah Putri yang masih menatap ke depan.

"Hmm, kan Shen, bener kan apa gue bilang, teknik gue berhasil bikin kulit lo cerah", gumam Jeje menyeringai bangga.

"Cerah darimane, adanya kulit gue kuning-kuning kayak kena penyakit".

Putri tertawa mendengar jawaban Shenan dan menengok sebentar ke arah Jeje yang menyinyirkan mulutnya sebal.

"Ya itu kan tahap pertama, besok Minggu tahap kedua kemungkinan lebih banyak kunyitnya siap-siap aja", jawab Jeje serius, lalu kembali memutar badannya ke depan.

"Ogah", jawab Shenan dari belakang.

"Pokoknya mau", sahut Jeje memaksa.

"Ih Ogaaah".

"Hahahaha", Putri tertawa semakin keras melihat tingkah kedua temannya.

Mobil Putri semakin dekat dengan gang di mana rumah Shenan berada, ia mengemudikan mobilnya agak ke kiri jalan agar bisa langsung belok ke gang rumah Shenan.

"Udah-udah, sampai sini aja Put, gue bisa jalan ke rumah", ujar Shenan tiba-tiba, sontak Putri memberhentikan mobilnya tepat sebelum belok ke gang rumah Shenan.

"Beneran sampai sini doang?", tanya Putri tidak yakin.

"Iya, lagian mobil lho menuh-menuhin jalan, ntar gak enak sama tetangga", jawab Shenan sambil membuka pintu mobil Putri, "Yaudah ya, makasih buat hari ini, bye".

"Iya, gue duluan ya Shen", teriak Putri dari dalam yang terdengar samar-samar. Shenan menjawabnya hanya dengan mengacungkan jempolnya ke udara sambil tersenyum lebar. Setelah mobil Putri menghilang, Shenan langsung berlari masuk ke gang rumahnya sampai ke rumah, masuk ke dalam rumah ia langsung melemparkan tas sekolah, mencopot baju seragam dan sepatu lalu bergegas ke kamar mandi.

"Kamu ini Shen, dateng-dateng lari-lari kayak di kejar setan", gumam Bulik Lidya kepada Shenan tepat ketika ia keluar dari kamar mandi.

"Hehe, iya Bulik, abis dikejar waktu", jawab Shenan memberi alasan yang sebenarnya.

"Yaudah, makan dulu sana"

"Iya, tapi Sholat dulu ya".

Setelah Sholat, Shenan segera menuju ke ruang makan kembali untuk makan malam yang sudah di siapkan Bulik Lidya. Ia melahap makananya lebih cepat dari biasanya karena ketika ia melihat jam yang ada di layar hp-nya, jam sudah menunjukkan pukul 18.23. Meletakkan piringnya di tempat cuci piring ia lalu kembali ke kamarnya untuk menyiapkan buku yang diperlukan untuk bimbingan malam ini. Dipakainya jaket denim lalu ia gantungkan tas ke bahunya, seperti merasa ada yang kurang ia meraba-raba saku celana jeans, ia ingat bahwa ia meninggalkan handphone-nya di dapur ketika sedang mencuci piring.

SHENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang