16. 1970-an

137 6 7
                                    

"Jadi gini...", seperti orang yang hendak memulai bercerita, Key diam seolah berfikir, lama sekali, Shenan setengah melongo sangat tidak sabar menunggu penjelasan Key.

"Hmmm", Shenan masih memperhatikan Key dengan serius, lalu mata Key berputar melirik Shenan, melihat wajah Shenan yang serius, tawa Key meledak.

Shenan kebingungan melihat reaksi Key, "Yah kok gitu?", wajah Shenan berubah, menjadi jengkel.

"Hahaha abis kamu lucu banget", ujar Key ditengah-tengah tawanya.

"Gak lucu, deh Key", menyambar tas-nya dari meja, Shenan langsung pergi meninggalkan Key. Shenan benar-benar jengkel, tidak seharusnya Key memperlakukannya seperti itu, ia benar-benar ingin mendengarkan cerita yang sebenarnya tentangnya, selama dua bulan dimana saat Shenan tidak berhenti dan mengkhawatirkan keadaannya, justru membuat hal tersebut sebagai lelucon.

"Loh, Shen!!", menyadari Shenan marah, Key langsung mengejar Shenan, ia berhasil memegang pergelangan tangan Shenan untuk menahannya pergi, tapi dengan cara yang halus.

"Shen, Shenan", Key melangkah di depan Shenan dan menemukan mata Shenan sudah berkaca-kaca, "Shenan, Shenan, maaf". Air mata yang terbendung di kantung mata Shenan seolah tumpah.

Kedua kalinya Key melihat Shenan menangis di depan matanya sendiri, masih seperti pertama kali, perasaannya hancur, melihatnya menangis karena ulah dirinya sendiri.

"Shenan, maaf", Key mengulangi ucapan maafnya, kali ini suaranya hampir berbisik. Menyadari tangan Key masih memegang tangannya, Shenan melangkah mundur dan melepas genggaman Key.

Key ikut melangkah maju lalu menyambar kedua tangan Shenan sambil berlutut di depan Shenan, mendongak ke arahnya.

"Shen, Maaf, saya benar-benar salah, jangan marah saya mohon, saya udah gak punya apa-apa lagi, saya cuma punya kamu, ya?", rayunya, melihat wajah Shenan yang sudah memerah karena sudah mulai menangis.

Shenan menarik tangan Key agar berdiri, Key-pun beranjak berdiri, dengan pandangan yang masih terpaku ke arah mata Shenan yang sendu. Dengan masih terisak, akhirnya Shenan mau buka mulut.

"Saya hampir dua bulan, mikirin kamu, saya bela-belain bohong sama temen-temen saya, saya cuma pengen tau keadaan kamu, tapi kamu nganggep ini bercanda", Shenan menyadari kenapa ia bertingkah aneh seperti ini, ia bukan tipe wanita yang suka melakukan drama, tapi hari ini ia terlalu sensitive karena pengaruh hormon yang datang sebulan sekali.

"Iya..", jawab Key, pelan, dan penuh dengan rasa salah.

Shenan diam lagi sambil mengusap air matanya sendiri.

"Makasih, sudah mau mikirin saya, tapi kalau kamu marah, kamu pergi, saya gak tau harus gimana lagi?", Shenan tidak tahu harus menjawab bagaimana, "Saya lebih menderita lagi kalau gak ketemu kamu kemarin".

Tiba-tiba Shenan melangkah maju dan langsung memeluk tubuh Key, Key yang kaget dengan reaksi Shenan akhirnya juga mendekap tubuh Shenan.

"Kamu yang harusnya jangan pergi", ujar Shenan pelan.

"Iya".

***

Menikmati sore hari di atas pagar belakang rumah tua Key tersebut setelah terjadi drama diantara mereka berdua, Key akhirnya bisa membuat mood Shenan kembali baik setelah memberi sekotak ice cream, memakannya bersama di atap rumah Key, duduk di atas pagar tembok tinggi, batas permukiman warga dengan jalan tol.

"Udah senyam-senyum nih kayaknya?", ujar Key yang baru saja naik setelah mengambil air putih dingin dari kulkas. Shenan tersenyum malu lalu sambil memalingkan mukanya. "Idih, merah mukanya", tambah Key yang menyadari muka Shenan memerah.

SHENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang