4. Pengabaian

122 5 0
                                    


Malamnya, Shenan sudah berada di rumah Bulik Lidya setelah seharian berada di rumah Jeje, sore tadi Shenan terpaksa pulang diantar Jeje karena kulit Shenan berwarna kekuningan akibat ulah Jeje yang mempunyai ide gila untuk memutihkan kulit Jeje yang kusam, dengan panduan blog dari google, Jeje melakukan cara-cara untuk memutihkan kulit secara alami. Mulai dari lulur beras, lalu mandi susu, menggosok kulitnya dengan batu dan yang terakhir melumuri badan Shenan dengan tumbukan kunyit.

Karena terlalu lama kunyit tersebut tidak dibilas, akhirnya beberapa bagian tubuh Shenan masih berwarna kekuningan. Ketika sampai rumahpun ia rela mandi dua kali lagi untuk menghilangkan noda kunyit tersebut. Bahkan Ghavin tidak berhenti menyebutnya spongebob karena warnanya kuning.

Shenan tiduran di kamarnya setelah menata buku pelajaran untuk besok hari Senin sambil menatap layar smartphone yang dipinjamkan Jeje untuknya. Ia membuka album-album fotonya yang ada di facebooknya, foto-foto lama Shenan bersama keluarga dan teman-teman lamanya ketika masih di kampung halamannya.

Ia merindukan suasana kota kecil dan pedesaan di sana, di mana orang-orang memperlakukan Shenan seperti layaknya manusia, di mana teman-teman di sekolahnya tidak membedakan mana yang kaya atau yang bukan, ketika hidup jauh lebih sederhana sebelumnya.

Yang paling menyakitkan bukanlah ketika kehilangan harta benda, tapi ketika kau menyadari betapa pentingnya orang-orang yang kita sayangi setelah mereka pergi dari kehidupanmu.

"Shen, Shenan", tiba-tiba Bulik Lidya masuk ke kamar Shenan menyadarkannya dari lamunannya.

"Iya bulik", jawab Shenan sambil duduk, ia lihat wajah buliknya itu terlihat cemas.

"Om Ariya mau ngomong", ujar Lidya sambil memberikan hpnya kepada Shenan. Shenan langsung menempelkan hp tersebut ke telinganya.

"Hallo Om?", kata Shenan pelan.

(Hallo Shenan?)

"Iya Om ini Shenan".

(Shenan, bisa bantu Om gak?)

"Bantu apa ya Om? Insyallah bisa deh".

(Gini, om udah give up nyari guru bimbel buat keponakan om, sudah berkali-kali nyewa guru bimbel ke rumah tapi mereka semua nyerah dengan perilaku keponakan om yang bandelnya minta ampun, dan sekarang, om Tanya sama kamu, misalkan kamu jadi guru bimbel keponakan om mau apa engga? Tiga kali seminggu?)

Shenan berfikir sejenak.

"Uhm.. uhm..".

(Tenang, kamu tetap akan di bayar).

"Uhm bukan gitu om, uhm.. ya.. oke deh.. bisa", Shenan merasa tidak enak dengan Om Ariya, entah apa resikonya ia hanya mengiyakannya.

(Oke, terima kasih Shen, Om pikir kalau guru bimbelnya temen satu sekolah yang pintar dia mau belajar).

"Iya Om, biar nanti Shenan coba ya".

(Iya Shen, nanti Om kirim alamat keponakan Om)

"Terus, bisa di mulai kapan ya Om?".

(Besok malam bisa? Setelah magrib?)

"Oh iya Om, bisa".

(Oke, sekali lagi makasih ya Shen?)

Suara tut tut dari hp bulik Lidya mengakhiri percakapan Shenan dan Om Ariya, Bulik Lidya yang sedari tadi duduk di ranjang Shenan mendengarkan percakapan mereka di telefon.

"Gimana? Kamu mau beneran Shen?", Tanya Lidya memastikan keputusan Shenan.

"Iya bulek, gak enak juga sama Om Ariya mau nolak".

SHENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang