5. Not Afraid Anymore

2.3K 145 32
                                    

" Aku.. Aku dipecat " Tuturnya tak percaya. Ia menatap Minho yang masih saja mengencangkan rahangnya. Ia tak percaya kalau akhirnya seperti ini. Mereka berdua saling menatap, Minho menatap Ayahnya tak senang, sedangkan Ayahnya pun melakukan hal yang sama.

" Ya,  pulanglah dari pada kamu tidak bahagia disini. Bukankah Appamu punya perusahaan,  bekerjalah disana,  jangan disini. Oh atau Appamu menempatkanmu diposisi paling bawah maka dari itu kamu melamar pekerjaan disini,  untuk bertemu anakku " Sulli ingin sekali menangis disini, ia menahan air matanya yang hampir keluar. Ia wanita yang bertanggung jawab, ia tidak mungkin keluar begitu saja. Dan sungguh ia sendiri tak percaya kalau orang yang sangat dikenalnya itu bisa berkata sedemikian rupa seperti tak senang sekali kalau dirinya bekerja untuk perusahaannya.

" Dia masih dalam perjanjian kontrak denganku " Sahutnya tajam. Ayahnya berdecak dan menatap Sulli dengan sangar, nyalinya menciut sekarang juga.

" Dan kamu kira perusahaan ini benar-benar jatuh ditanganmu. Kamu salah Minho, ini masih perusahaanku dan aku berhak memecat siapapun tanpa persetujuan darimu " Titahnya. Minho mengepalkan tangannya. Ayahnya kalau sudah berkata susah untuk dibantah.

" Aku.. Aku tidak akan keluar begitu saja Paman. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan tolong pengertiannya " Ucapnya. Ia hampir saja keluar kalau tangannya tidak dicegah oleh Ayahnya Minho.

" Aku sudah memperingatimu. Bahkan setelah ditinggalkan begitu saja kau masih tetap ingin bersama Minho. Cinta yang luar biasa, tapi sayangnya pria ini sudah tak punya hati, mempermainkan wanita kesana-kemari, apa kamu tidak takut? " Tanyanya. Sulli menghela nafas dan tersenyum menatap Ayahnya Minho. 

Ia tak mengerti situasi apa yang kini sedang terjadi. Ia bahkan ingin sekali melupakan kesalahan Minho dimasa lalu yaitu meninggalkannya begitu saja tanpa mau membelanya. Tapi , dibalik pertanyaan yang diajukan oleh Pria yang sudah sangat dikenalnya itu begitu membingungkan , apa yang perlu ditakutkan. Minho bukanlah seorang Monster, jadi untuk apa ditakutkan.

" Tidak, tentu saja. Itu adalah haknya. Aku hanyalah orang dimasa lalunya dan tak berhak ikut campur dalam urusannya " Jawabnya tegas. 

" Masa-masa pahit " Timpal Minho. Sulli hanya diam dan menundukkan kepala hendak pamit. Mereka membiarkan Sulli pergi, meninggalkan kedua yang masih saja saling menatap dengan tatapan tajam satu sama lain. Akhir-akhir ini Ayahnya terlalu ikut campur urusannya, padahal ia sengaja keluar dari rumah agar bisa bebas, tapi kebebasannya akhir-akhir ini mulai diminimalisir dengan para bodyguard yang disiapkan Ayahnya yang dengan setia mengikutinya kemanapun. 

Terakhir kali ia pergi keclub langganannya bersama Changmin sudah lewat dari dua bulan. Itu karena kunjungan terakhirnya ia sempat bertengkar dengan pelanggan yang tengah mabuk dan mengotori jasnya. Sial! Ia ingin muntah mengingat kejadian tersebut. Dan itu semua karena ulah bodyguard Ayahnya yang asal menyeretnya keluar dari sana padahal ia baru lima menit menempelkan bokongnya disofa.

Ayahnya maju satu langkah didepannya, ia tersenyum pada anaknya saat Sulli benar-benar keluar dari ruangannya. Ia tak ingin wanita itu tahu kalau dirinya hanya ingin memberi pelajaran pada anaknya yang kurang ajar, sudah didengarnya kabar dari Changmin kalau Minho membuat Sulli menangis saat hari pertama bekerja, wanita itu bahkan sudah menderita setelah ditinggalkan oleh Minho tujuh tahun Silam, ia tak ingin membuat anaknya turut menyesal karena kelakuannya sendiri padahal setahu dia Minho masih begitu mencintainya, dan ia melampiaskannya pada siapapun yang ingin disakitinya, termasuk wanita diklub malam yang sudah menjadi langganannya.

" Kau yakin semua kenanganmu dengan Sulli adalah masa-masa pahit? " Tanyanya. Minho menghela nafas lalu kembali kemejanya, persetan dengan kesopanan Ayahnya sungguh tak bisa ditebak. Melakukan apapun semau hatinya.

Bosku Mantan Pacarku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang