" Sulli, Ya tuhan. Ini kan hari Interviewmu, bangun bodoh " Teriak Dasom dengan kesal dari arah pintu, ia terlihat manis dengan apron pink yang dikenakannya, sedangkan Suzy menggeliat malas disamping Sulli. Mendengar temannya berteriak bagaikan sebuah terompot dimalam tahun baru ia jadi ikut bangun, berbeda dengan wanita disampingnya yang masih memeluk kakinya dengan kaki jenjangnya.
" Bangunkan si tukang tidur itu, setengah jam lagi padahal ia harus interview " Katanya. Bagaikan disiram air panas, Sulli langsung duduk tegap dan berjingkat dari ranjang apartemennya. Suzy yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.
" Kenapa tidak membangunkanku ? " kesalnya, ia menguncir rambutnya dan melotot pada Suzy.
" Kamu saja yang tidurnya seperti kerbau, sudahlah aku mandi duluan, ahri ini akan ada pemotretan " Ucapnya. Sulli menahannya dengan tangannya. Setengah jam lagi ia ada interview, sebisa mungkin ia mandi cepat.
" Aku duluan, kamu kan bisa mandi dibawah dan jam kerjamu juga masih lama " Sungutnya.
" Aku menebeng yah " Dengan mata penuh permohonan ia menatap Sulli.
" Tidak! Kamu bilang mau pemotretan diIncheon itu sama saja dengan bunuh diri dan interviewku setengah jam lagi "
" Lantas kenapa tidak mandi " Ucapnya santai.
" Baek Suzy !!! "
Sekelarnya mandi ia mendekati Dasom yang sibuk dipanggangan, ia duduk dimeja makan mengambil sepotong roti bakar yang telah selesai dilumeri oleh selai kacang, kesukaannya. Dasom berbalik dan melihat Sulli sedang melahap sarapan yang dibuatnya. Ia melotot melihat sarapannya dilahap oleh sahabatnya yang susah sekali dibangunkan itu.
" Yak! Lihatlah anak tak tahu diri ini, lepaskan tanganmu sebelum aku cincang " Ancamnya. Sulli menjulurkan lidahnya sambil menarik tasnya. Dasom memang selalu saja seperti ini , tapi ia menyukai sikap sahabatnya yang tukang marah itu. Kalau bukan karena Dasom, ia bersama Suzy tidak akan bisa makan setiap harinya.
" Aku berangkat, hati-hati dirumah "
" Aku bisa jaga dirimu. Hati-hati menyetirnya, hari sedang hujan " Teriaknya. Benarkan. Ia marahnya hanya seperkian detik, setelahnya ia akan perhatian kembali seperti seorang Ibu.
Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, hujan baru saja mengguyur kota Seoul pagi ini dan membuatnya harus lebih hati-hati. Sedangkan Suzy sengaja ia meninggalkannya, ia tak mau direpotkan harus mondar-mandir karena tinggal dua puluh menit lagi ia harus bisa sampai di CM Group. Kalau tidak ia akan kehilangan kesempatan emas untuk bisa dipekerjakan diperusahaan dengan skala internasional yang cabangnya berada diberbagai belahan dunia.
Saat diliriknya jam, tinggal lima menit lagi waktu yang ia perlukan untuk bisa sampai diperusahaan tempat dirinya akan melakukan interview, ia menambah sedikit kecepatan mobilnya, dilihatnya lampu didepannya sedang merah. Mau tak mau ia memberhentikan mobilnya sebelum kena tilang. Berusaha sabar karena yang kini tengah menyebrang adalah seorang wanita paruh baya dengan tubuh yang sudah renta. Helaan nafas terus keluar , ia takut, takut akan kesempatan emas yang hilang begitu saja karena lampu hijau lama sekali menyalanya.
Dilihatnya ponselnya, Dasom dan Suzy yang menyemangatinya dengan berbagai ucapan semangat tak lupa sebuah emoticon yang membuatnya tersenyum. Matanya melirik lampu lalu lintas yang kini sudah berubah menjadi warna hijau, ia tersenyum lega, ditancapnya gas dan berusaha cepat karena ia tak ingin telat. Sepuluh menit, walaupun bukan hitungan jam ia bisa sampai diperusahaan tersebut ia tetap saja was-was. Oeserta wawancara sudah hadir sedangkan dirinya begitu lelet karena dirinya tidur lagi. Sial! Ia sendiri membenci dirinya yang benar-benar tukang tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bosku Mantan Pacarku ✔
FanfictionCinta dan Benci memang beda tipis. Pernikahan mereka terjadi karena campur tangan orang tua. Minho merasa untung karena bisa membalaskan dendamnya lebih mudah pada mantan kekasih sekaligus wanita yang akan menjadi istrinya karena insiden tujuh tahun...