" Bukankah sudah aku katakan kalau aku tak apa jika kau melamarku hanya karena dendam dimasa lalu. Dan alasan wanita bodoh didepanmu menerima lamaranmu itu adalah karena dia masih begitu mencintaimu "
Bagai sebuah mantra, kata-kata Sulli setelah pembicaraan penuh emosi tadi masih begitu membekas dihatinya, setelah ucapannya itu ia terburu-buru pergi dan meminta maaf pada Minho agar melupakan ucapannya yang tadi tapi tetap saja ia tak bisa memejamkan matanya sama sekali, bahkan ucapannya itu terus terlintas dibenaknya dan membuatnya muak.
Ia membalik badannya, mencoba posisi ternyaman agar bisa memejamkan matanya. Tapi tetap saja, matanya tak kunjung tertutup. Ia mencoba metode jaman dahulu, menghitung domba, sampai dihitungan dua belas ia menyerah. Akhirnya ia meraih ponselnya. Dan mencoba menghubungi Sulli, pada deringan pertama operator sudah menjawab panggilannya dan mengatakan nomernya sedang tidak aktif, dengan kesal dilempar ponselnya keranjang dan turun dari sana.
Kemana sebenarnya wanita itu, batinnya bertanya-tanya. Kenapa dengan bodohnya ia menurut saja dan tidak mau mengantarnya pulang. Sial! Dan sekarang wanita itu sulit dihubungi. Ia meraih jaket dilemarinya, terburu-buru keluar walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Ditangga ia bertemu Ibunya yang tengah menggulung rambutnya, dengan daster rumahan berwarna putih itu membuatnya terlihat sedikit menakutkan. Ia menghampiri Ibunya dan meminta izin untuk pergi sebentar.
" Kau lupa kalau sebentar lagi akan menikah, Jangan sampai Eomma mengadukanmu pada Appamu kalau kau pergi lagi ke club malam " Ucapnya. Minho menggeleng dengan keras lalu mengecup pipi Ibunya.
" Sulli tidak mengangkat panggilanku, aku akan kerumahnya sebentar dan mengeceknya apakah dia sudah pulang atau belum " Katanya dengan pembelaan. Sedangkan Ibunya bernafas lega karena pada akhirnya anak satu-satunya itu berhenti dari kebiasaan buruknya.
" Berhati-hatilah " Nasihatnya. Minho mengangguk dan terburu-buru keluar dari rumahnya. Setelah masuk kemobilnya ia langsung menuju kerumah Sulli. Selama perjalanan ia masih terus saja mencoba menghubungi Sulli, namun ponselnya masih belum aktif. Terburu-buru ia menuju kerumahnya, masa bodo dengan norma kesopanan ia hanya ingin Sulli pulang dengan selamat dan mereka bisa menikah nanti.
Dua puluh menit ia sampai didepan rumah mewah bercat putih, salah seorang penjaga membukakkan pintu rumah besar tersebut dan ia berterimakasih tanpa pikir panjang langsung memarkirkan mobilnya didepan halaman rumah Sulli. Terburu-buru ia keluar dari mobil dan langsung disambut oleh Ayah mertuanya yang menatapnya dengan tersenyum, wajah khawatir yang terlihat kental dari kedua calon mertuanya itu membuatnya mulai berpikiran buruk. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
" Minho, Sulli belum pulang " Ungkap Ibunya yang berdiri dibelakang Ayahnya, wajahnya sembab habis menangis. Minho menghela nafas kasar, Sulli, kemana perginya wanita itu semalam ini. Dan seharusnya ia mengantarkan Sulli dan jangan mengikuti ego wanita itu untuk tidak mengantarnya pulang dan beginilah akibatnya.
" Aku menelfonnya berkali-kali tapi nomernya sama sekali tidak aktif " Sahut Minho, ia berusaha tak terlihat kesal apalagi marah, ia berusaha mengontrol emosinya. Ia mengeluarkan ponselnya lagi dari kantungnya, dan mencoba menelfon wanitanya lagi, baru nada pertama yang terdengar, Namun masih operator yang menjawabnya. Ia hampir saja melempar ponselnya kalau tak mengingat ada calon mertuanya yang tengah memandangnya. Ia harus menjaga Image nya bukan.
" Masuk dulu Minho, kita bicarakan didalam " Ucap calon mertuanya itu. Minho mengangguk dan Ibunya masih saja menangis dipelukan suaminya itu. Ia mengikuti mereka masuk , tepatnya duduk diruang tamu. Salah seorang asisten rumah tangga terlihat terburu-buru masuk kedapur saat ia masuk, dan tak lama seorang wanita yang kira-kira seumuran dengan Ibunya itu keluar dengan tiga cangkir teh dihadapannya, Sungguh situasi tak memungkinkan untuk minum, karena sekarang yang ada dipikirannya adalah kemana dia harus menemukan calon istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bosku Mantan Pacarku ✔
FanfictionCinta dan Benci memang beda tipis. Pernikahan mereka terjadi karena campur tangan orang tua. Minho merasa untung karena bisa membalaskan dendamnya lebih mudah pada mantan kekasih sekaligus wanita yang akan menjadi istrinya karena insiden tujuh tahun...