Setelah Nayla tristan pulang. Ada lagi yang mengunjungi mereka emm lebih tepatnya mengunjungi Galang . Mereka , Pangeran dan aida. Dua sejoli yang kini siap akan menikah tapi tanpa diketahui oleh semua, termasuk thea dan anjani yang notebenenya adalah adik dari mereka sendiri. Pangeran memang tak langsung menuju rumah sakit, ditengah perjalanan ia mampir ke super market di pinggir jalan lalu memasukinya bersama sang gadis pujaannya. Mereka membeli beberapa buah -buahan. Setelah itu mereka menuju kasir dan membayarnya. Lalu melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit dimana sang pemuda berdagu belah itu dirawat.
"Hai galang, hai thea!." Sapa gadis disebelah pangeran itu.
Thea dan galang pun sudah menyadari keberadaan mereka. Kini mereka masih di taman rumah sakit. Tristan juga nayla baru saja pulang. Dan kini ada yang mengunjunginya lagi , yaitu kakak iparnya *ehh pikir galang.
"Eh hai kak pangeran kak aida. Ternyata kalian datang kemari juga hehe." ujar gadis blonde sambil membalas sapaan sang gadis manis itu.
"Iya nih , asikk gue di jenguk sama calon kakak ipar hehehe." ujar galang dengan candaan nya yang mampu membuat perut orang mual.
"Hei galang!! Apa kau bilang tadi? Kakak ipar? Mimpi kau!!." Sahut pangeran dengan sedikit senyum miring.
"Kalau berharap ga ada salahnya kan thea?." Tanya galang yang tersirat permohonan didalamnya.
Thea yang ditanya pun merona pipinya. Semburat warna merah memenuhi bagian kedua pipinya. Galang selalu saja dapat membuat gadis ini blushing dan salah tingkah, apalagi ini didepan kakak nya dan kak aida. Mau ditaruh dimana muka Thea ini tuhan?. Batinnya berteriak.
"Ah sudah, oiya galang? Apa kau sudah merasa baikan?." Ujar aida menengahi , lalu bertanya.
"Udah lah, apalagi kalo thea yang ngerawat hehe." gombal galang , disertai cengiram khasnya.
Setelah itu, pembicaraan mereka masih berlanjut, entah itu galang yang semakin menggoda thea, atau pangeran yang menggoda galang , atau bahkan aida yang masih setia untuk menengahi pertengkaran kecil antara galang dan kekasihnya itu. Tak lama kemudian akhirnya aida dan pangeran pun pamit pulang duluan. Meninggalkan dua orang insan itu berdua.
^^^
Anjani sedari tadi masih hanya diam dan membisu. Pandangannya beralih keluar jendela mobil. Yaps ia masih di dalam mobil pemuda unyu itu. Setelah sukma menanyakan hal yang membuat gadis itu tambah bad mood, gadis itu makin mengacuhkan sukma walaupun mereka masih dalam satu mobil.
"Anjani, aku tak akan memaksamu untuk suka juga kepadaku. Aku hanya ingin kau melihatku sedikit saja..." Lirih sukma , bukan sangat lirih. Pandangannya sesekali melirik ke arah sang gadis tomboy itu. Ia tahu kalau perkataannya sudah mendapatkan jawaban tanpa gadis itu menjawab, tapi tidak ada salahnya kan jika ia bertanya langsung pada gadis itu. Sukma sangat mencintai gadis disampingnya itu, bahkan ia rela mati demi gadis yang dicintainya itu. Ia pun sadar waktu ia tak banyak di dunia ini, waktunya hanya sebentar, hidupnya hanya tinggal terhitung bulan. Dan ia ingin disisa sisa hidupnya ini ia akan membahagiakan orang-orang yang ia sayangi dan cintai. Ia ingin sisa - sisa hidupnya ini akan berguna bagi orang lain. Miris memang tapi sukma tak pernah menyalahkan takdir. Yap takdir jika dirinya telah mengidap penyakit yang mematikan. Takdir yang membuat ia harus ekstra sangat bersabar dan tabah.
Saat ini hanya kemotrapi yang ia jalani untuk bertahan hidup dan juga dengan bantuan obat obatan. Sukma masih bersyukur ia masih dapat melihat gadis pujaannya, masih dapat melihat gadis blonde manis yang ia sayangi, masih dapat melihat indahnya dunia, masih dapat melihat indahnya bintang di atas awan sana, Masih dapat menghirup udara segar pastinya. Yaa...sukma sangat bersyukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (REVISI)
Teen Fiction-tentang seorang pria yang menunggu kepastian,keseriusan,keaslian cinta gadis berkacamata -kisah persahabatan juga percintaan yang "RUMIT" ,Serumit kisah cinta author bhakssss -semua campur aduk kek nasi uduk yang diaduk aduk wkwkwk masih penulis am...