RUMIT 19

349 25 1
                                    

Suasana kelas tak begitu ramai, juga tak begitu sunyi. Terlihat seorang guru dengan berbadan tambun itu sedang menjelaskan kepada murid-murid nya tentang materi yang ia kuasai. Yaps Pak Yuniar, guru matematika itu tengah asyik menerangkan materi yang ia ingin bahas hari ini. Memang tak semua memperhatikan, namun setidaknya ada beberapa murid yang masih ingin belajar dengan serius. Nayla gadis chubby ini contohnya, ia sedang serius dengan apa yang diterangkan oleh gurunya itu. Ia simak baik-baik hingga beberapa sudah ada yang masuk ke memori otaknya.

Tak seperti kedua temannya kini, Liora si gadis jutek itu tengah menenggelamkan wajahnya ke meja , sedangkan sisi si gadis dengan suara melebihi 8 oktaf itu tengah asyik memainkan ponsel pintarnya itu,entah siapa yang ia ajak chat di jam pelajaran seperti ini. Mungkin kekasih hatinya yang ia panggil ay ay itu. Konyol memang tapi itu yang membuat rindu jika semua itu telah hilang bahkan tiada.

"Si, jangan main ponsel terus. Nanti kalo kamu ketahuan bisa diomelin sama pak Yuniar" tegur nayla pada gadis imut itu.

Sisi pun menoleh kearah nayla.lalu kembali lagi menatap ponselnya.

"Si, kamu dengerin aku tidak sih?" kini nayla menegur dengan suara yang mulai meninggi. Tapi tidak setinggi langit ya haha.

Sisi mendengus sebal, kemudian ia meletakkan ponsel pintarnya itu di kolong mejanya. Kemudian menoleh kearah nayla.

"Puas nona tristan?" ujar sisi dengan tatapan sebalnya pada nayla.

Nayla merona, lalu terkekeh pelan. Sisi memang mudah mengubah mood nya , gadis itu memang unik.

"Tawa aja lo sana. Gue kan jadi ngabaikan chat nya digo " dengus gadis imut itu tanpa menghilangkan tatapan sebal nya pada gadis chubby itu.

"Sudahlah si. Aku kan hanya memperingatimu, artinya aku peduli padamu" ujar nayla membela diri.

-#-#-#-#-#-#-#-#-

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring seantero sekolah. Dengan tidak sabarannya, mayoritas murid sekolah itu berbondong bondong menuju arah parkiran untuk mengambil kendaraan yang mereka bawa. Bahkan ada yang jalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu bis dihalte yang terletak tidak jauh dari gerbang sekolah itu.

Seperti sekarang ini, pemuda dengan belahan di dagunya itu tengah berjalan santai dengan seorang gadis berkacamata yang memiliki rambut berwarna blonde itu. Ngomong-ngomong soal blonde, rambut sang gadis itu memang sudah berwarna seperti itu sejak lahir. Bukan karena ia mengecat rambutnya atau ia sering main panas-panas dan terkena sinar matahari yang membuat warna rambutnya menjadi seperti itu. Jadi pihak sekolah pun memakluminya. Tak jarang siswi disana pun mempunyai warna rambut yang menyamai warna rambut gadis blonde itu. Tetapi bedanya mereka mengecat warna rambutnya sedangkan dia alami tanpa bahan campuran apapun, no borax no bocor-bocor. Okk fix gajelas, balik kecerita.

Tiba-tiba galang menghentikan langkahnya, yang membuat langkah sang gadis blonde itu pun ikut terhenti.

"Em thea, maaf ya gara-gara lo nemenin gue . Hari ini lo bener-bener free class" ujar galang dengan raut wajah menyesalnya.

Thea tersenyum, lalu menatap manik mata sang pemuda berdagu belah itu.

"Aku seneng kok lang bisa nemenin kamu. Kamu gausah ngerasa bersalah gitu" ucap thea dengan senyuman yang masih tercipta di bibirnya.

Galang membalas tatapan gadis itu. Sangat lembut dan meneduhkan.

"Tapi tetep aja gue jadi ngerasa bersalah thenyu. Gimana sebagai gantinya hari minggu besok kita belajar bareng dirumah gue? Ajak Temen-temen lo juga biar kita tahu materi apa yang kita lewati? Gimana? Setuju?" usul galang dengan penawaran panjang lebarnya itu.

RUMIT (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang