RUMIT 11

324 24 0
                                        

"Terima kasih thea, kau telah menemaniku malam ini," ujar Ilalang dengan senyuman.

Gadis blonde itu-pun membalas senyuman pemuda itu, seraya mengangguk.

"Sama-sama kak," ujar gadis blonde itu. Tapi, tunggu. Ia baru ingat bukannya tujuan ia datang ke taman malam ini untuk menemui Pemuda tengil a.k.a Galang? Tetapi ia malah melupakan tujuannya untuk bertemu pemuda tengil itu dan lebih memilih menenangkan pemuda yang telah menyakiti hatinya.

Aishhhh thea kau bodoh, dimana galang sekarang? Tanya Thea pada dirinya sendiri.

"Kak ilalang, e-emm itu...a-aku duluan ya? Aku ada janji dengan seseorang. Sampai jumpa!" ujar gadis itu sambil berlalu meninggalkan pemuda itu.

"Hati-hati Thea, dan terima kasih," teriak pemuda itu sampai tubuh sang gadis itu hilang dimakan pepohonan.

-Rumit-


Di sebuah ruangan yang sunyi , terdengar suara penghitung detak jantung yang sesekali memecah keheningan. Terdapat seorang pemuda dengan belahan di dagunya terbaring lemah di atas brankar, yaps Galang berada di rumah sakit. Kedua lubang hidungnya dimasuki selang, tangan di bagian kiri pun sudah tertancap jarum infus.

Disamping pemuda berdagu belah itu terbaring, terlihat pemuda berponi unyu setia menunggu - nya. Dan dapat disimpulkan bahwa Sukma lah yang membawa Galang ke rumah sakit itu.

Pemuda berponi unyu itu merogoh sakunya lalu mengambil benda pipih yang ada disana, mulai membuka layar depan, kemudian meng-klik kontak dan mulai mencari nomor kontak seseorang. Pemuda itu mengklik "panggil"  lalu menempelkan benda pilih itu ke telinganya.

"Ha-halo?"

"Iya kak? Ada apa?"

"Cepat ke rumah sakit GRANDTEN, kau bilang saja ruangan GT no 3!!"

"hah? Rumah sakit? Apa kakak sakit?"

"Cepatlah kemari, nanti kujelaskan!"  Ucap pemuda itu lalu menutup sambungannya dengan seseorang itu.

"Hah ini pasti ada hubungannya denganmu gadis blonde," ucap Sukma dengan helaan nafasnya pelan.

Tap...tap...tap.....

Suara langkah kaki mulai memasuki rumah sakit itu. Bertanya pada resepsionis , kemudian gadis itu langsung menuju ruangan itu.

Melewati beberapa kamar, menaiki tangga, melewati kamar tempat para bayi yang baru dilahirkan, uummmm lucunyaa membuat gadus itu gemas. *loh kok jadi ngomongin bayi? Okk back to topic.

Terpampang ruangan GT no 3 sudah jelas di depan kedua bola matanya yang kecoklatan itu. Gadis itu mulai mengetuk pintu ruangan atau kamar tersebut. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat pemuda unyu yang membukakan pintu tersebut. Gadis itu menatap pemuda dihadapannya ini bingung. Jika pemuda ini yang sakit? Lalu kenapa ia terlihat baik baik saja? Pikir Thea.

"Kak? Jadi apa maksud kakak menyuruhku untuk kemari?"

"Ayo masuk nanti akan kujelaskan," Gadis Itu mengikuti langkah sang pemuda unyu itu memasuki ruangan itu.

"Aku sedang menunggu Galang kak ditaman, tetapi setelah mendapat sambungan darimu, aku langsung bergegas kesini kak. Tap...." jelas Thea dengan ucapannya yang terpotong tatkala melihat siapa yang terbaring lemah dirumah para orang sakit ini.

Mulutnya bungkam, suara nya tiba tiba hilang dan tercekat dilehernya. Pemuda yang ingin ia temui ditaman, pemuda yang selalu membuatnya nyaman, pemuda yang selalu melindunginya, pemuda yang selalu ada untuknya, pemuda yang beberapa jam lalu menghubunginya dan membuat janji padanya, pemuda yang mengajaknya bertemu di taman itu, sekarang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit itu.

Gadis itu tak dapat menahan air matanya, ia tak sanggup membendung cairan bening itu. Kristal bening itu luruh begitu saja, Thea menutup mulutnya tak percaya apa yang ia lihat sekarang.

Sungguh ini seperti mimpi, mimpi buruk tepatnya. Ini seperti hanya khayalan, hanya imajinasi yang buruk. Bukan realita, bukan kenyataannya. Gadis itu mulai mendekati sang pemuda yang terbaring lemah di hadapannya.

Semakin dekat.....

Thea mulai menggapai tangan pemuda berdagu belah itu, lalu menggenggamnya erat. Disatukan dengan tangannya, dan menangis sejadi jadinya.

"Ga...lang....hiks, ap-apa yang terjadi padamu? Mengapa bisa seperti ini lang?" Ujar Thea diselingi tangisnya.

Pemuda unyu yang menjadi saksi bagaimana khawatirnya Thea, cemasnya Thea, sedih nya gadis itu. Mulai mendekati gadis itu lalu mengelus punggung sang gadis, berharap agar gadis itu lebih tenang dan tabah.

"Thea, aku tau ini berat untukmu. Tapi jika kau rapuh, bagaimana jika Galang melihatnya? Ia akan merasa lebih sakit dari ini Thea," jelas Sukma yang berusaha menenangkan sang gadis.

"Aku jauh lebih sakit melihatnya seperti ini kak," ujar Thea yang perlahan tubuhnya merosot kebawah.

"Aku mengerti, tetapi kau harus kuat. Demi Galang kau harus kuat Thea."

"Tunggu, apa yang membuatnya seperti ini kak?" Tanya Thea

"Aku pun tidak mengetahuinya thea, aku menemukan Galang di taman sudah dengan keadaan yang bisa dibilang cukup mengenaskan," jelas Sukma panjang lebar.

"aku yang salah kak....."




Hai haii gimana? Sama ceritanya? Gaseru ya? Udah ketebak ya? Ahh tapi biarin deh semoga sukaaa. jangan lupa Vomment nya yaa mwah😘😘😘

RUMIT (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang