Gadis itu duduk sambil menyesap cokelat panas. Dia mendengus pelan saat menyadari bahwa sedang hujan di luar. Dia benci hujan. Menurutnya hujan itu berisik dan menggangu. Penghambat dan.... Entahalah, dia benci hujan.
Pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi siang. Kejadian yang Membuatnya sedikit terganggu.
"Alda, lo mau gak jadi pacar gue? " Tanya laki-laki itu sambil menyodorkan setangkai bunga mawar yang diyakininya dipetik dari kebun belakang sekolah. Untung saja sekolah mulai sepi. Tidak ada siswa yang berkeliaran di koridor itu saat ini.
"Gue... " gadis itu tak tahu harus menjawab apa. Laki-laki itu adalah teman sekelas sepupunya. Kelas mereka bersebelahan. Tapi, dia tak terlalu mengenalnya dengan baik. Bukan, laki-laki itu bukan kutu buku yang antisosial. Bukan juga anak berandal yang sekolah senin kamis. Hanya saja, dia tidak mempunyai perasaan apapun pada laki-laki itu.
"Gue gak bisa, Ben. Maaf. Hanya aja ini terlalu tiba-tiba. Kita hanya saling kenal karena lo sekelas sama Vira. Kita hanya saling tau nama masing-masing, dan hanya beretegur sapa kadang-kadang. Dan sekarang atas dasar apa lo nembak gue?. Sekali lagi maaf, tapi gue gak bisa. Gue gak punya perasaan apapun ke lo" Jawab gadis itu sambil berlalu. Meninggalkan si laki-laki yang tersenyum masam dalam hati. Gadis itu benar. Mereka hanya saling tau nama, tak lebih. Tapi.......
"Setidaknya izinin gue bukan kenal lo lebih dekat. Kasih gue kesempatan buat bikin lo jatuh cinta sama gue" teriak laki-laki itu membuat langkah sang gadis terhenti. Ia berbalik.
"Gue denger lo suka hujan. Gue benci hujan. Lo inget itu baik-baik. Gue kurang suka sama pecinta hujan, Ben. Dan mengenai kesempatan yang lo minta,.... " Gadis itu menarik napas pelan lalu melanjutkan, "Jangan banyak berharap. Dan gue harap lo jangan kecewa. Gue suka sama orang lain. Gue lagi memperjungkan dia. Gue yakin lo gak mau mengejar seseorang yang membelakangi lo untuk mengejar orang lain" Gadis itu menyudahi ucapannya dalam satu tarikan napas. Keduanya terdiam. Namun laki-laki itu tersenyum dan balik menantang.
"Bukannya itu gunanya mengejar? Untuk mendapatkan, bukan? Gue gak mungkin mengejar sesuatu yang diam di tempatnya kan? Jadi, gue bakalan anggap jawaban lo sebagai iya. Dan mengenai masalah hujan, kalau dia yang ngebuat lo gak suka sama gue, maka gue bakal bikin dia bertanggung jawab untuk buat lo suka sama gue" Kata laki-laki itu dengan senyum kemenangan. Lalu berjalan menghampiri gadis pujaanya, menepuk kepalanya pelan dan berlalu. Meninggalkan sang gadis yang masih terkejut dengan perkataan laki-laki itu.
🐢🐢🐢🐢🐢
"Gila, Al. Ben nembak lo? Kok bisa sih? Ben yang Bernardo kan? Unbelieveble" Tanya Vira heboh setelah Alda menceritakan semua yang terjadi kemarin. Semuanya. Tak lebih dan tak kurang.
"Gue aja kaget, Ra. Mana bisa coba? " Jawab Alda kesal. Dia meletakkan kepalanya dalam lipatan tangan dan berusaha untuk melupakan semua. Tapi sia-sia saja.
"Kak Deno gimana dong? Lo masih suka kan sama dia" Tanya Vira hati-hati. Takut ada yang mendengar.
" Yakali gue jadi gak suka sama kak Deno cuma karena Ben. Lagian gak mungkinlah gue suka Ben. Gak bakal" Jawab Alda mantap, membuat Vira mengangguk.
"Tapi Ben itu ganteng lho, Al. Bukan anak berandal lagi. Mukanya tuh enak dilihat banget. Apalagi kalo lagi latihan basket. Lo embat aja" Kata Vira meyakinkan. Membuat Alda melotot ke arahnya.
"Enak aja. Kemana-mana juga Kak Deno yang paling ganteng. Udah ah, gue mau tidur. Balik gih ke kelas lo. Bentar lagi bel masuk" Alda mengusir Vira sambil mengibaskan tangannya ke udara, membuat Vira mendengus.
" Iya Ndoro Putri"
Selamat datang di cerita saya yang pertama di wattpad. Hope you like it. Jangan lupa tinggalkan jejak yah.
Salam sayaL
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionKau tau? Aku suka hujan. Akan selalu begitu. Aku suka momen-momen ketika bau petrichor menelusup masuk ke hidung, menyambangi relung hati, menelisik jiwaku, membisikkan namamu dan membuat lengkungan pada tiap-tiap sudut bibirku ketika kenangan aka...