Part 12

122 11 0
                                    

Langit hari ini mendung. Benar-benar gelap. Alda melihat ke atas dan mendesah pelan. Awan-awan di atas sepertinya akan menumpahkan air dengan luar biasa deras. Dan benar saja, beberapa detik kemudian hujan turun deras, menimbulkan bunyi gaduh dan tanah menguarkan bau 'petrichor' . Alda menghela napas berat. Cuaca akhir-akhir ini sangat tidak menentu. Padahal dia berencana untuk pergi ke rumah Vira. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan menghubungi Vira.

" Halo Alda " Sapa Vira di seberang. " Jadi datang kan? "

" Maaf banget, Ra. Hujannya deras. Mungkin besok gue bakal ke sana. Sekali lagi maaf yah " Ucap Alda penuh penyesalan. Terdengar dengusan Vira di seberang.

" Gak ada hubungannya, Al. Lo bisa pake mobil dan lo gak bakal basah sama sekali. Tapi gak apa-apa lah, sebagai gantinya besok lo harus datang dan temenin gue beli kado " Jawab Vira mantap. Alda mengernyitkan keningnya bingung. Kado?

" Kada buat siapa, Ra?  Siapa yang ulang tahun? " Tanya Alda membuat Vira terkekeh pelan.

" Kado Valentine, Al. Tinggal hitung hari doang. Mana gue belum mikirin mau beli kado apa buat papa, mama, sama kak Bryan lagi " jawab Vira. Alda menepuk keningnya, mengutuk sifat pelupanya.

" Bener juga, Ra. Gue belum beliin mama kado. Besok gue jemput jam 10. Kita belanja, oke? " Tanya Alda memastikan.

" Oke, Al. Sampein salam gue buat Mama lo, yah "  Alda mengangguk, walau tau Vira tidak akan melihat.

" Iya. Salamin papa, mama, sama kakak lo juga, yah. Bye, Ra"

" Bye, Al " Alda mematikan teleponnya lalu segera berlari ke meja belajarnya. Dia harus membuat daftar kado yang akan dia beli. Biasanya seperti itu. Dia melihat tanggal di kalender. 5 Februari. Artinya masih ada  9 hari menjelang Valentine. Untung saja besok sekolah diliburkan. Dia akan berbelanja besok.

Pintu kamar Alda diketuk dari luar, lalu terdengar suara mamanya. Alda terburu-buru membereskan bukunya dan bersikap santai. Kadonya harus menjadi kejutan untuk sang mama.

" Kamu lagi sibuk? " Tanya sang mama. Alda menggeleng lalu berdiri dan berhambur ke pelukan mamanya.

" Kangen mama" Kata Alda manja membuat mamanya terkekeh lalu mengelus rambut Alda.

Alda menguraikan pelukannya dan melihat wajah mamanya yang masih saja cantik di usia hampir kepala 4. Kerutan tercetak jelas di beberapa bagian kulit wajah mamanya. Alda tiba-tiba tersadar akan betapa sedikitnya waktu yang dihabiskan dia dan mamanya. Mamanya sangat sibuk mencari uang untuk menafkahi mereka berdua. Mama yang awalnya adalah desainer harus masuk dunia bisnis untuk melanjutkan perusahaan kakeknya setelah papanya pergi. Setelah papa pergi.

Kenyataan pahit itu kemudian menyentak Alda. Membawa kembali rasa benci yang perlahan pudar. Mengukungnya dalam ruang sempit yang membuatnya sesak napas. Tiba-tiba hatinya terasa nyeri menyadari bahwa mamanya telah terlalu banyak berkorban untuknya.

" Alda. Kamu gak dengerin mama? " Tanya mama Alda sambil menepuk pelan pipi Alda, membawa gadis itu kembali dari lamunannya.

" Hah?  Mama ngomong apa? " Tanya Alda. Mamanya mencubit pipinya gemas.

" Kamu ngelamun terus sih. Mama kan capek ngulangin perkataan mama " Jawab mamanya sambil memasang wajah lelah. Alda terkekeh lalu memeluk tangan mamanya.

" Emang tadi mama ngomong apa? "

" Kamu mau jalan bareng mama gak? Mama pengen nikmati quality time sama kamu. Mama sibuk banget,  sayang. Hari ini om Bima yang handle perusahaan. Mama kangen kamu." Kata mamanya sambil merapikan rambut Alda. Mata gadis itu berkaca-kaca. Dia memeluk erat mamanya. Perempuan tangguh yang tak tergantikan. Perempuan luar biasa yang telah mempertaruhkan nyawa untuknya. Perempuan yang akan berdiri di barisan paling depan untuk melindunginya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang