" Kak Alda " Panggil seseorang mengagetkan Alda saat dia hendak duduk di salah satu bangku kantin. Hendak menunggu Vira dan Riana memesan makanan.
" Oh, hai Angie. Ada apa nih, bu Ketua? " Tanya Alda Menggoda membuat Angie tersenyum kecil.
" Kakak apa kabar? " Tanya Angie. " Aku mau konsultasi nih soal program kerja klub " lanjut Angie sambil duduk di sebelah Alda. Alda tersenyum pelan.
" Aku baik kok. Emang kamu mau bikin program kerja baru yah untuk klub? " Kata Alda. Angie mengangguk antusias.
" Iya. Jadi aku punya rencana bikin kegiatan semacam volunting gitu ke perkampungan atau daerah terpencil. Kegiatannya mungkin sebulan atau dua bulan sekali. Jadi, kita bakal ngajar anak-anak, bagi-bagi peralatan sekolah, pakaian dan sebagainya " Jawab Angie mantap. Alda tersenyum. Sangat setuju dengan rencana Angie.
" Itu bagus. Kakak bakal setuju banget. Kalau boleh kakak kasih saran, selain ngajar anak-anak, kalian juga bisa mengadakan berbagai sosialisasi tentang lingkungan. Tentang sanitasi, misalnya pengolahan limbah. Dari situ, kalian bisa liput kegiatannya, terus bikin berita dan masukin ke majalah sekolah, ataupun kirim ke redaksi. Banyak manfaatnya loh " Kata Alda. Angie mengangguk semangat.
" Cie,, tau aja yang sibuk sendiri " Kata Riana yang sudah duduk di depan Angie, diikuti Vira di depan Alda. Angie terkekeh pelan.
" Makasih kak. Aku balik yah. Kalau ada yang gak aku ngerti, aku konsultasi lagi, yah " Kata Angie lalu menoleh pada Vira dan Riana. " Aku pamit yah, kak "
" Lo memang sangat berdedikasi dengan klub jurnalistik, Al. Gue salut. " Kata Vira selepas kepergian Angie sambil mengunyah baksonya. Alda tertawa kecil.
" Namanya juga udah jatuh cinta " Jawab Alda sambil menuangkan kecap ke baksonya. Vira mendengus pelan.
" Kenapa gak ambil jurusan Ilkom aja sih? Atau hubungan internasional? Lagian dokter udah mainstream. Yah, walaupun gue tau lo multi talenta. Tapi, lo lebih condong ke jurnalistik deh " Kata Riana pelan membuat Alda diam. Riana dan Vira ikut diam saat melihat Alda bergerak tidak nyaman.
" Lo kenapa? Gue salah ngomong yah? Gue kan cuma tanya kenapa lo mau jadi dokter " Kata Riana dengan raut wajah bingung.
Hening cukup lama hingga akhirnya Alda membuka suara.
" Karena itu cita-cita papa buat gue" Jawab Alda membuat Vira membelalak dan Riana menatap bingung dua orang di depannya. Alda menghembuskan napas pelan. Dia memutuskan kalau hari ini, Riana harus tau segalanya. Dia tidak akan menyembunyikan lagi.
🐢🐢🐢🐢🐢
Alda berjalan pelan menyusuri koridor menuju perpustakaan. Sekolah mulai sepi. Padahal jam baru menunjukkan pukul dua siang. Hanya ada beberapa kelas yang melaksanakan les sore ataupun ekskul. Dia mnghembuskan napas pelan. Hari ini dia harus mencari referensi untuk mengerjakan soal-soal kimia. Dia berjalan semakin cepat saat sudah mendekati perpustakaan.
Setelah mendapatkan buku yang dia cari, dia bergegas duduk di salah satu bangku panjang lalu mengeluarkan bukunya dan mulai mengerjakan soal.
" Halo, Alda " Sapa sebuah suara yang sangat dia kenal. Alda menoleh dan mendapati senyum itu. Senyum hangat yang membuat jantungnya berdesir.
" Ben " gumam Alda pelan. Ben tersenyum lalu duduk di depan Alda. Melihat buku yang dibaca gadis itu.
" Lo gak bosan belajar yah? " Tanya Ben pelan. Alda hanya mengangkat bahunya acuh, lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Ben meringis dalam hati.
" Lo masih marah, ya? " Tanya Ben pelan. Alda menoleh, mengangkat alisnya bingung. Dia tidak merasa sedang marah dengan laki-laki di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionKau tau? Aku suka hujan. Akan selalu begitu. Aku suka momen-momen ketika bau petrichor menelusup masuk ke hidung, menyambangi relung hati, menelisik jiwaku, membisikkan namamu dan membuat lengkungan pada tiap-tiap sudut bibirku ketika kenangan aka...