Kemarin kamu bilang bahwa kamu menyayangiku dan hari ini kamu menjauh. Aku mulai ragu. Apa ini candaanmu?
➖➖➖➖➖
Laki-laki itu duduk termenung di tempat tidurnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sejak tadi dia terus-terusan menghembuskan napas kasar.
"Seharusnya kemaren gue gak bercandain dia! " Katanya pada diri sendiri. Dia mengacak rambutnya frustasi.
Ben menyesal. Tentu saja dia menyesal. Insiden penembakan-tanpa-persiapan yang dia lakukan kemarin benar-benar di luar kesadarannya. Mulutnya benar-benar tidak sinkron dengan situasi. Harusnya dia berpikir dulu. Apalagi ada Riana di situ.
Sekali lagi Ben mendengus dan mengacak rambutnya karena kesal. Ekspresi wajah Alda yang memucat saat dia menembaknya dan kelegaan gadis itu waktu tau kalau itu hanya bercanda membuat hati Ben mencelos. Gadis itu terkesan menolaknya. Tapi dia menjadi seperti pengecut kemarin.
Dengan kasar diambilnya buku kimia dan berusaha belajar. Minggu depan ada try out. Dia harus mendapat nilai yang bagus. Namun, pikirannya terbelah. Dia sulit berkonsentrasi sekarang. Ben sibuk memikirkan perasaan Alda dan tanggapan gadis itu atas kelakuannya kemarin.
Dia melihat jam di meja belajarnya. Jam 5 sore. Lalu dia tersadar akan sesuatu. Dengan cepat dia mengambil jaket dan berlari turun menuju kamar orang tuanya untuk pamit. Dia akan pergi belajar, tentu saja.
🐢🐢🐢🐢🐢
" Non Alda. Ada tamu, non " Salah satu asisten rumah tangga Alda melapor. Alda yang saat itu tengah belajar mengangguk dan mengecek jam di pergelangan tangannya. Jam 5. 15 sore. Dengan cepat dia berlari turun.
" Hai Alda "
" Loh, Deno. Kamu ngapain ke sini? " Tanya Alda lalu duduk di hadapan Deno.
Laki-laki itu mengangkat buku di tangannya. " Belajar sama lo. Boleh kan? "
" Boleh lah. Bentar gue ambil buku gue yah " Kata Alda lalu berlari ke kamarnya untuk mengambil buku. Deno tersenyum.
" Kimia Organik yah " kata Alda sambil berjalan menuju Deno. Laki-laki itu mengangguk dan membuka bukunya.
" Oh iya. Kemaren kok lo gak ke sekolah? " Tanya Deno. Alda menoleh.
" Sakit, Den. Gue demam" Kata Alda lalu melanjutkan belajarnya. Deno mengangguk." Maaf yah, gue gak jengukin. Gue gak tau sih soalnya " Alda menoleh lalu terkekeh.
" It's okay, Deno. Lo gak wajib jengukin gue. Gak bakal kena hukuman bu Ema kok " Alda menjawab santai. Deno tersenyum miris. Tidak wajib, yah?
" Ya tetep aja, Al. Sebagai orang yang sayang sama lo, gue tetep harus ada kan? " Alda tertawa kencang kali ini. Mengapa sejak kemarin dia dihadapkan pada kepura-puraan dua laki-laki ?
" Iya iya, Den. Belajar, deh. Bentar lagi gelap " Kata Alda sambil menghentikan tawanya. Deno mengernyit.
" Bentar lagi gelap? " Deno mengulangi perkataan Alda. " Geli tau gak, Al. Gue berasa anak gadis deh " Kata Deno sambil terkikik membuat Alda memutar kedua bola matanya.
" Gue anak gadisnya, Den. Ayo belajar " Deno terkekeh kemudian membuka bukunya dan mulai belajar.
" Permisi, non Alda. Ada temennya satu lagi dateng " Kata asisten rumah tangga Alda membuat gadis itu mengernyit bingung. Tak terkecuali Deno.
" Vira atau Riana, Bi? Suruh masuk aja. Biasanya juga gak pake lapor "
" Bukan, non. Temennya cowok. Ganteng. Bibi ndak tau siapa namanya " rasa penasaran Alda semakin menjadi. Dia bangkit berdiri diikuti Deno kemudian menuju pintu depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionKau tau? Aku suka hujan. Akan selalu begitu. Aku suka momen-momen ketika bau petrichor menelusup masuk ke hidung, menyambangi relung hati, menelisik jiwaku, membisikkan namamu dan membuat lengkungan pada tiap-tiap sudut bibirku ketika kenangan aka...