Perhatian, tolong baca author note di bawah ya.. Penting soalnya..
Selamat membaca
🐢🐢🐢🐢🐢
Bahkan jika kamu menghancurkan aku hingga tak bersisa, hati ini tetap saja mengorbit dirimu. Berputar pada bayanganmu. Berpusat pada dirimu.
B
Saat itu, hari kamis. Saat di mana Ben merasa dunianya hancur. Saat di mana dia merasa Alda menghancurkannya dengan satu kalimat yang maknanya dapat dia tangkap dengan jelas. Alda tidak peduli.
Namun ada yang lebih menghancurkannya lagi saat di depan mata kepalanya sendiri Alda berteriak kesakitan. Saat itu, Ben mengingat dengan jelas, bahkan dalam mimpinya di keadaan kritis ini, saat pecahan kaca menggores kulit Alda, dan besi menembusi kaki gadis itu.
Bau anyir darah tercium. Keadaan Ben juga tak lebih baik dari Alda. Namun dengan sisa kekuatannya, dia melindungi kepala gadis itu dengan tangannya. Alda yang terpenting.
Hantaman jeep yang memang lebih dominan ke arah kiri mobil membuat Alda mendapat serangan hebat. Alda pingsan saat Ben meneriakkan namanya. Sebelum mobil itu terbalik dan Ben juga ikut tak sadarkan diri.
Mimpi itu terus berulang bagai ingin membunuhnya dengan rasa bersalah. Bahkan dalam tidur panjang Ben.
Ah, andai saja saat itu Ben tidak menghentikan mobilnya. Andai saja saat itu dia tidak terbawa perasaannya, andai saja saat itu Ben tidak mengajak Alda pulang duluan, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.
Andai saja.......
🐢🐢🐢🐢🐢
Putih...
Itu yang Ben lihat saat pertama kali siuman dari tidur panjangnya. Kepalanya pening saat awal membuka mata. Bau rumah sakit tercium jelas di hidungnya. Dahinya mengernyit pelan kala merasakan nyeri di perutnya.
Samar-samar dia mendengar suara seorang laki-laki dan perempuan. Itu mamanya. Dia sedikit tersentak saat mendengar teriakan seorang gadis. Alena.
" Tante, dokter, Ben sadar " Alena berteriak senang. Frida sedikit terkejut dan langsung meneteskan air mata tanpa berkata-kata. Dia lega bukan main. Tiga hari dia menunggu dan akhirnya pangerannya sadar. Dia menghubungi suaminya.
Dokter dengan cepat memeriksa kondisi Ben. Setelah dirasa cukup dokter berbalik kepada Frida dan Alena.
" Kondisi Ben masih belum cukup stabil. Dia baru pulih dari kritisnya dan masih butuh banyak istirahat. Mohon jangan terlalu banyak diajak berbicara, sekalipun dia hanya mendengarkan. Jangan buat dia terlalu banyak pikiran. Tolong selalu ada di sisinya. Saya permisi untuk menyiapkan tindakan secara lanjut " dokter itu pergi setelah Frida dan Alena mengangguk.
Ben memandang kosong ke depan. Kenangan kecelakaan itu kembali berputar di kepalanya. Kepalanya sakit.
" Ma, air " Kata Ben dengan suara serak. Mamanya dengan sigap mengambilkan air hangat. Ben meneguknya sedikit lalu beralih menatap mamanya dan Alena bergantian.
" Alda mana ma? Dia gimana? " Tanya Ben dengan suara tercekat oleh rasa bersalah.
" Kamu harus istirahat dulu, nak. Kondisi kamu belum stabil " Frida mengalihkan pembicaraan. Ben menggeleng pelan.
" Aku tanya Alda ma. Bukan mau istirahat. Cukup mama kasih tau kondisi Alda dan aku akan istirahat " Frida menelan ludahnya susah payah. Alda masih kritis. Bahkan bertambah kritis. Tidak mungkin dia menceritakan kondisi Alda dan membuat Ben drop lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionKau tau? Aku suka hujan. Akan selalu begitu. Aku suka momen-momen ketika bau petrichor menelusup masuk ke hidung, menyambangi relung hati, menelisik jiwaku, membisikkan namamu dan membuat lengkungan pada tiap-tiap sudut bibirku ketika kenangan aka...