Satu

275 6 3
                                    

Hari pertama masuk sekolah pun memang terasa memberatkan. Gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah baru, masih terlelap dalam dunia khayalannya.

Kamar yang di balut dengan warna putih dan pendingin ruangan akan menjadi penarik gravitasi yang paling mematikan. Membuat siapapun enggan untuk sekedar bangkit berdiri.

Tok. Tok. Tok

ketokan itu adalah suara pintu kamar yang telah diketuk oleh wanita paruh baya yang sudah bekerja 15 tahun di rumah gadis itu. Ketukkan pintu itu tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap berada di dunia khayalan. Meski, dia tahu kalau hari ini dia harus pergi ke sekolah.

Ketukan itu terdengar sekali lagi. Hingga membuat , gadis yang masih tertidur di tempat tidur itu langsung bangun dari tidurnya dan membuka pintunya.

"Ada apa sih???! " ucap gadis itu pada Bi Ani sambil mengucek matanya yang masih setengah mengantuk.

Wanita paruh baya itu segera menundukkan kepala dan tak lupa untuk meminta maaf kepada gadis itu.

"Maaf, Non. Tadi, bibi cuma mau bangunin aja," kata Bi Ani dengan suara yang sedikit takut-takut gadis itu akan marah.

Gadis itu membuka mulutnya seketika dan menguap dengan selebar mungkin. Tangan dan kakinya yang segera ia gerakkan kesana - kemari. Guna untuk melenturkan otot-otot yang kaku.

"Nggak apa-apa kok, Bi. Ya udah aku mandi dulu ya,"

Dengan inisiatifnya, Bi Ani segera meninggalkan kamar Andira dan beralih ke dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi untuk Andira.

Sedangkan gadis itu , masih saja betah untuk berlama-lama di kamar mandi. Karena baginya, jarak antara sekolah dan rumahnya sangatlah dekat. Sehingga tak masalah bila harus berangkat sedikit lebih lama lagi.

Gaya santainya yang khas, masih melekat erat di dalam jiwanya. Seragam sudah ia kenakan. Kini, dirinya sudah berada di depan cermin meja rias miliknya.

Rambutnya hari ini agak sedikit diikat di bagian atasnya untuk membentuk ikatan setengah. Kemudian, sisa rambut hitam lebat miliknya ia gerai dengan sedikit ombak di ujungnya. Tak lupa untuk sedikit sentuhan lip balm di bibirnya itu.

Langkah kakinya membawanya ke anak tangga menuju lantai 1 rumahnya. Sepi. Pikirnya, orang tuanya takkan kembali pada waktu seperti ini. Karena , mereka sebagai pebisnis yang cukup terkenal maka , mereka harus berlama di suatu kota dan kota yang lainnya. Bahkan , hampir sampai ke negara yang satu dengan yang lainnya.

"Bi, aku berangkat dulu ya," teriak Andira dari arah pintu utama rumah miliknya.

Dengan cekatan Andira , segera masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan oleh laki-laki yang kerap di sapa Pak Imron itu.

Rasanya beda sekali saat hari pertama masuk sekolah. Banyak sekali siswa dan siswi dengan wajah yang tak asing di mata Andira. Pikirnya , ini adalah tahun ajaran baru. Yang sudah dapat dipastikan pasti banyak murid pindahan yang masuk ke dalam sekolah SMA Tunas Bangsa ini.

Sebenarnya , bosan sekali rasanya untuk kembali sekolah ini lagi. Sekolah yang akan ia kunjungi setiap harinya dari dulu sampai sekarang Andira menduduki kelas XII.

"Mana sih papan pengumuman kelasnya ? Susah amat nyarinya!" Ocehnya pada dirinya sendiri sambil mencari-cari papan pengumuman tersebut. Langkahnya menuju ke arah sebelah ruangan kepala sekolah. Biasanya , semua hal yang bersangkutan dengan sekolah akan dipajang di papan mading dekat dengan ruang kepala sekolah itu. Dimulai dari event sekolah sampai pengumuman kelas juga di tempel di mading yang berwarnakan biru tersebut.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang