Tiga

78 2 0
                                    

Malam sudah tiba. Ketiga remaja itu masih betah dengan kegiatan mereka masing-masing. Bella yang asik dengan fidget spinner yang tergeletak begitu saja di nakas meja Andira. Rayya masih fokus kepada layar yang menampilkan genre film kesukaannya. Sedangkan, Andira asik dengan segala tugasnya.

"Kenapa sih nih film bagus banget? Sampai baper deh gue," Rayya berguling mendekati Bella yang menatapnya dengan tatapan aneh. Meskipun, dia sendiri sudah tahu bahwa sahabatnya sering seperti itu. Nonton, lalu baper sendiri.

Andira memutar kedua bola matanya malas. "Lo nonton aja terus sampai bumi jadi berbentuk bintang. Bukan kerjain tugas juga,"

"Yah, itu kan bisa ntaran. Masalahnya ini lagi seru banget!" Rayya kembali memusatkan fokusnya pada layar yang membuatnya baper dengan adegan dimana Tessa dan Hardin, dalam film after yang begitu mesra.

Bella berjalan mendekat ke arah Andira dan duduk sambil memperhatikan wajah Andira. Tanpa sadar, Andira menatapnya dengan bingung sambil masih menulis di buku tulisnya. "Kenapa lo liatin gue?"

"Gimana lo sama Ragar?" Pertanyaan itu membuat Andira merasakan darahnya berdesir. Jantungnya berirama tak menentu. Ingatannya langsung melayang ke dua tahun lalu.

"Gue nggak tahu kenapa sampai sekarang masih terasa sakit. Tapi, gue selalu berusaha ikhlas" ucap Andira menampilkan sorot mata kesedihan.

"Tenang aja, nanti akan ada saat dimana seseorang yang menghargai lo melebihi apapun. Bahkan, sampai dia mau berjuang mati-matian buat lo." Ucapan Bella benar. Seharusnya dia melupakan laki-laki itu. Bukan malah terus mengingatnya.

"Makasih ya, lo udah selalu mau dengerin keluh kesah gue."

"Santai aja kali Ra, kayak sama siapa aja," balas Bella kepada Andira.

"Tugas lo udah dikerjain?" Andira melihat buku Bella yang berada di atas mejanya. Lalu, memberikan kepada Bella dengan anggukan.

"Paling tuh si nyonya baper yang belum," kalau sudah ada sebutan itu, mereka sudah tahu siapa yang dimaksud.

****

Pagi-pagi di koridor sekolah sudah banyak sekali para murid yang berlalu-lalang. Ada yang sekedar berkunjung ke kelas yang satu dengan yang lainnya, ada juga yang sedang ingin membeli jajanan sementara dan ada juga yang baru saja datang. Termasuk Andira.

Dia baru saja datang sejak 6 menit yang lalu. Suasana pagi ini lumayan ramai. Biasanya lumayan jarang yang berlalu-lalang.

Kedua sahabatnya mulai berdatangan dari arah kelas mereka. Bella dan Rayya yang sudah melihat Andira tadi, mulai berlarian menghampiri Andira yang masih asik memandang keluar koridor.

"Andira! Gue punya kabar buruk bagi kita semua" ucap Bella dengan wajah yang menampilkan perasaan yang sangat antusias sekali.

Cewek itu langsung menatap aneh ke arah dua sahabatnya itu. "Penting banget emang?"

"Pastinya lah!" Kembali lagi Rayya yang sangat semangat untuk menyampaikan sebuah pesan yang terlihat penting sekali bagi Andira.

Andira yang sudah memasang wajah bingung itu , kembali diperjelas dengan penjelasan dari Bella. "Si Asgar berantem sama Beno, katanya karena si Beno ngejelek-jelekin Rorenzo,"

Baru mendengar kata itu saja, Andira sudah malas sekali. Selalu saja membuat kegaduhan. Buat apa berantem? Apa untungnya?

"Dimana?" Tanya Andira dengan memasang wajah malasnya.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang