Hari-hari terlalu berlalu setelah usai peristiwa seminggu yang lalu. Beberapa murid di sekolah Andira pun juga sudah mengetahui apa penyebab dari penculikan gadis itu. Asgar beserta dengan teman-temannya , mulai gencar untuk membalas semua perlakuan Ragar kepada gadis yang ber notabene sebagai pacarnya itu.
"Ra, gimana keadaan lo?" Rayya menyingkirkan beberapa buku di atas meja Andira dan menaruhnya dengan rapi kembali, "masih sakit? Atau pusing ?"
Andira menggeleng pelan dan tersenyum . "Gue udah baik-baik aja kok, cuma terkadang masih sedikit lemas aja."
"Oh iya, Bella kemana ?" Tanya Andira kembali yang mencari-cari dimana keberadaan salah satu sahabatnya itu.
Rayya mengedikkan bahu yang mengartikan dirinya juga tidak tahu. Karena, sehabis bel istirahat berkumandang, Bella memutuskan untuk pergi terlebih dahulu. Tugas yang harus diberikan kepada Bu Nadira membuatnya harus mengumpulkannya segera.
"Ra, gue kemaren liat Asgar lagi ngomong sama Bella. Tapi, gue juga nggak terlalu denger sih mereka ngomongin apa,"
"Dimana?"
"Di depan ruang rawat lo," Rayya terlihat sambil berpikir dan mengingat lebih tepatnya kejadian itu.
Rasanya, terlihat jarang sekali kalau misalkan melihat Asgar berbincang berdua dengan Bella. Memang pada dasarnya Asgar kerap kali terlihat banyak berbincang dengan siswi-siswi di sekolah, tetapi hanya beberapa siswi teman-temannya saja yang benar-benar diajaknya berbincang. Setenang mungkin, Andira berpikir jernih untuk menyerap informasi itu.
Bel berbunyi seketika sebelum Andira selesai menghabiskan bekalnya. Ditutup bekalnya , lalu di masukan kembali ke dalam tas ransel sekolah miliknya. Rayya pun kembali ke tempat duduknya beserta dengan Bella yang baru saja kembali.
"Lo abis dari mana ? Tumben," goda Rayya kepada Bella yang terlihat begitu lelah.
Bella menghela nafas berat dan menjatuhkan bokongnya di tempat duduk sebelah Rayya. "Abis ngumpulin tugas dari Bu Nadira. Cape banget gue nyari tuh guru,"
"Berasa kayak nyari kodok di kali ya Bel?" Celetuknya yang mendapat tatapan aneh langsung dari Bella. Terkadang, Bella dengan Rayya lah yang terlihat lebih sering bercanda. Dibandingkan , Andira yang lebih pendiam.
****
Lain halnya dengan Asgar, cowok itu malah asik bersantai di warung belakang sekolah. Panas di siang ini membuatnya tambah malas ke dalam kelas. Karena, hari ini Pak Abdi tidak masuk mengajar. Maka dari itu, Asgar dan teman-temannya langsung menjajah tempat di warung belakang sekolah.
"Panas-panas di siang ini membuatku haus akan cintamu , yang begitu membara..." Lagu yang dilantunkan oleh Vano membuat seisi ruangan itu ada yang tertawa dan ada juga yang melemparkan tatapan geli.
"Eh Van lo kebanyakaan di tolak sama anak kelas sebelah sih , makanya jadi agak gesrek," Daffa berucap sambil menyalakan sebuah puntung rokok yang baru saja di ambil di saku celananya.
Vano mengusap wajahnya yang dibuat-buat seperti menangis. Padahal, jelas saja cowok itu hanya berakting. "Lo nggak tau ya gimana perasaan gue? Sakitnya disini tau" tunjuk di dada miliknya.
"Muka lo tanpa digituin juga udah mirip sama pantat kuda, Van" Rangga ikut berujar yang baru saja datang dari arah dalam sekolah.
Selain mereka, hanya Asgar yang duduk sambil berdiam diri. Karena, kalau saja teman-temannya tidak ada disini mungkin Asgar akan melampiaskan kemarahannya. Ragar lah yang telah memancing emosi cowok itu sampai terusulut seperti ini. Bukannya meminta maaf , tetapi Ragar malah menantangnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave ME
Novela JuvenilKamu itu nyata atau hanya ilusi terindah yang hanya dapat ku genggam secara sementara ?