Sembilan

50 0 0
                                    

Lama setelah kejadian dimana membuat semua orang terheran-heran dengan peristiwa dimana Andira dan Asgar meresmikan hubungan mereka di hadapan umum.

Selama itu pun , mereka tidak tegur-sapa. Sampai membuat semua orang terheran-heran , apa yang membuat mereka berdua terlihat masih terikat oleh hubungan ?

Hingga akhirnya , kedua sahabat Andira yang memang sudah penasaran memilih untuk bertanya secara langsung kepada sahabatnya itu.

"Lo masih sama si Asgar kan ? " Bella mendekat dan mengambil tempat duduk yang berhadapan langsung dengan Andira.

Andira yang mendengar kalimat itu , segera menganggukan kepalanya sambil menyeruput segelas teh manis.

"Tapi , kalo gue liat dari kemarin si Asgar sama sekali nggak peduli sama lo. Trus dari mana dia bisa nembak lo ?" Cerocos Bella kembali dengan wajahnya yang sudah mulai kebingungan.

Dengan sikap santai Andira menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh kedua sahabatnya itu. "Gue sama dia ya biasa aja. Sebatas teman tapi status pacar. "

"Maksudnya ? " Rayya mulai mengerutkan dahinya "lo sama dia saling nggak suka gitu ? Atau gimana sih ?"

"Ya , kayaknya sih ada yang nggak beres sama Asgar. " Tukas Bella yang diikuti anggukan kepala dari Rayya.

Melihat Bella dan Rayya menerka-nerka , Andira merasa sekarang dirinya harus keluar dari lingkaran teka-teki itu. Gadis itu sama sekali tidak menyukai informasi yang sama sekali membuatnya mati penasaran.

"Gua cabut duluan, mau ke kelas gue ," cewek itu bangkit berdiri dan berlalu meninggalkan kedua sahabatnya.

Saat diperjalanan ingin ke kelasnya , justru hal yang tidak diinginkannya malah terjadi.

Terdapat anak XII IPA 2 yang sedang bermain basket , bulir keringat sudah terlihat berjatuhan dari dahi yang terkena paparan sinar matahari. Di kerumunan itu pun , terlihat Asgar yang sedang menengguk air mineral yang terlihat masih segar dan dingin.

Keinginan Andira seketika lenyap untuk kembali ke kelas. Perlahan-lahan , cewek itu mendekati pinggir lapangan dan berdiri tepat di belakang Asgar dengan seutas senyuman.

"Kok lo disini sih ? Kan ini istirahat lima menit lagi udah mau bunyi. Emang nggak takut diomelin ?" Tanya Andira yang berusaha terlihat biasa saja dengan Asgar.

Walaupun begitu , Asgar sama sekali tak mengindahkan perkataan Andira. Ia justru hanya berbalik dan meninggalkan Andira tanpa sepatah kata pun.

Merasa harga dirinya direndahkan , Andira kembali berjalan dengan wajah yang terlihat muram dan menghentakkan kakinya sebelum kembali ke kelas.

Liat aja lo besok, gua bales nanti.

Setelah itu , gadis itu terus berjalan ke arah dalam kelasnya. Suasana hatinya sangat kacau. Jika , seperti itu Andira harus mencari sesuatu yang dapat meningkatkan mood dirinya.

Kakinya terus berjalan menelusuri satu per satu ruangan di koridor sekolah. Sampai suatu tempat yang menjadi tujuannya sudah terlihat.

Pintu terbuka , menampakkan seorang wanita paruh baya. Disana Andira melihat Bu Meisya sedang terduduk di meja perpustakaan. Sedangkan disisi ruangan yang lain , dia menemukan tempat duduk yang sedari dulu menjadi tempat langganannya.

Andira terduduk disitu sambil mencari-cari dan memikirkan buku apa yang harus ia baca.

Dirasa sudah menemukan ide , Andira segera melangkahkan kakinya ke daerah rak buku yang bertuliskan teen fiction.

"Gua baca buku ini aja deh, "

Satu buku sudah di dapat , dan Andira berlalu meninggalkan rak buku itu dan kembali ke tempat duduknya semula.

Halaman pertama sudah dibuka , menampakkan dua orang lelaki yang masih remaja dan satu orang perempuan yang berada di tengah antara mereka.

Sekilas Andira memancarkan senyum karena melihat cover novel itu.

Halaman demi halaman ia buka dan ia baca dengan seksama. Kata demi kata terbaca dengan baik. Kakinya ia selonjorkan ke arah besi yang menjadi pertumpuan meja itu. Rasanya, kekesalan yang tadi baru saja cewek itu rasakan, hilang seketika. Novel adalah penyembuh dan peningkat mood nya saat cewek itu sedang ada masalah.

Kring....kring....kring...

Tak terasa , bel sudah berkumandang. Andira melihat jam yang berada di dinding ruangan perpustakaan. Andira bangkit berdiri dan menghampiri Bu Meisya dengan senyuman.

"Bu , Andira mau pinjem buku ini dulu. Tapi , dikembaliinnya 6 hari lagi ya ? Boleh nggak ?" Wajah Andira memelas seakan membiarkan Bu Meisya memperbolehkannya.

Bu Meisya terlihat berpikir sebentar lalu , mengiyakan permintaan Andira. "Tapi , inget! Jangan terlambat buat kembaliinnya. Kamu kan suka gitu ,"

"Siap Bu!" Andira mengangkat tangannya yang membentuk tanda hormat.

Setibanya di ambang kelas, mata Andira menangkap kedua sahabatnya yang sedang bercengkrama di koridor.

"Dira, lo kemana aja ? Kita cariin tau nggak sih ?!" Rutuk Rayya sambil berjalan menghampirinya.

Bella pun ikut menyerga percakapan kedua remaja itu. "Terus , tadi gue liat lo ngajak ngomong si Asgar ?"

"Liat dari mana ?" Tanya Andira kembali.

"Dari atas sini." tunjuknya ke arah tempat duduk yang menghadap langsung ke arah bawah tengah lapangan.

Andira merasakan jantungnya berdebar sangat kencang. Bibirnya terkatup rapat oleh beribu bahasa. Pikirannya bekerja keras untuk menjawab apa yang akan di lontarkan. Rayya dan Bella terus memperhatikan Andira dengan tatapan yang berharap , cewek itu kunjung menjawab dan menjelaskannya.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 detik...

5 detik...

"Woi ! Diem aja, dihh.. gua tanya. Ada apa emang?" Tanya Bella yang membuyarkan lamunan Andira seketika.

"Iya itu gue. Lagi yaa ..."

"Ngapain lo sama dia ? Tumben ," goda Rayya sambil tersenyum miring menatap Andira.

Andira hanya mengedikkan bahu sambil berlalu meninggalkan kedua sahabatnya itu. Walaupun mereka penasaran , tapi keduanya tahu kapan mereka harus mendesak Andira untuk menjawab.

Revisi.
27 Desember 2018.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang