Dua Belas

14 0 0
                                    

Matahari masuk melalui celah jendela. Tersenyum sangat indah pagi ini. Menyinari seluruh alam semesta. Termasuk cewek yang masih bergelut di tempat tidur. Matanya mulai mengerjap-ngerjap, melihat jam dinding yang berada di kamarnya.

Masih jam sembilan pagi. Males gue bangun. Tidur lagi ah.

Untung saja , hari ini adalah hari keberuntungan bagi Andira. Hari Sabtu. Seperti biasa , rutinitas cewek itu akan selalu bangun agak lebih lama dari biasanya.

Jika ditanya , mengapa gadis itu tidur lama sekali , maka dia akan menjawab 'Soalnya ngantuk'. Itulah jawaban yang sering diucapkannya.

Bahkan dari semalam , cewek itu sama sekali tidak tidur dengan nyenyak. Ia hanya membaringkan tubuhnya sambil meringkuk. Meninggalkan tangisan dan isakkan , akibat peristiwa malam itu.

Terus terngiang wajah cowok itu. Wajah yang dulu selalu dirindukan olehnya. Bahkan , seseorang yang selalu membuatnya nyaman dan bahagia. Entahlah , dia masih memikirkan kenangan itu.

Jauh di lubuk hatinya , gadis itu selalu berharap bahwa andaikan saat itu tidak terjadi. Maka hubungannya sekarang akan baik-baik saja. Namun, semua sudah terjadi.

Ketukan pintu terdengar dari luar. Membuat cewek itu bergegas menuju pintu kamarnya dengan mata sembabnya.

Andira membuka pintu dan menemukan kedua sahabatnya tengah berdiri di depan kamarnya sambil membawa beberapa kantung makanan.

Bella dan Rayya sontak kaget. Melihat Andira yang berantakan seperti ini.

"Lo kenapa Ra ? Terus mata lo kenapa kayak gitu coba ? Lo ada masalah sama siapa , coba cerita dong sama kita," ucap Bella yang langsung memeluk Andira begitu erat.

Andira merasakan tubuhnya gemetar. Ia tak boleh menangis di hadapan sahabatnya. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan semua orang. termasuk Bella dan Rayya.

Bella terus mengelus punggung Andira , memberi ketenangan supaya cewek itu dapat lega dan dapat berbagi keluh- kesahnya kepada sahabatnya.

"Mendingan kita masuk dulu deh, baru nanti kita cerita. " ajak Rayya yang langsung diberi anggukan oleh Andira dan Bella.

Sesampainya mereka di dalam , Andira beserta dengan dua sahabatnya itu memposisikan duduknya di tempat tidur milik cewek itu.

Bella dan Rayya masih terus memperhatikan Andira. Andira sama sekali tak berniat untuk menatap mata mereka. Karena , ia memang tidak ingin topik itu dilanjutkan.

"Ra, lo kalo ada apa-apa bisa cerita sama kita, kita tuh sahabat lo. Sahabat yang selalu ada buat lo," ujar Rayya dengan suara yang lembut. "Jadi , jangan suka disimpan sendiri. Gue nggak mau liat lo kayak gini ,"

Andira diam. Ia bahkan tak berkata sepatah katapun. Cukup mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Rayya. Ia cukup berpikir, apakah ia harus cerita kepada dua sahabatnya ? Sedangkan untuk mengingat saja ia rasa tak mampu.

"Gue tau lo lagi nyimpen sesuatu dari kita ," tambah Bella lagi dengan tatapan mengintimidasinya.

Cewek itu kemudian memberanikan diri untuk menatap kedua sahabatnya. Lalu, ia tersenyum dan menepuk pundak Bella. "Nggak kok , Bel. Gue nggak kenapa-napa kok. Gue tadi malem nonton drakor yang sedih aja ," dustanya.

"Yakin ? Lo nggak bohong kan ?" Bella yang kembali meyakinkan Andira dengan nada yang sedikit ragu.

"Iya. Gue kalo ada apa-apa pasti cerita sama kalian. Tenang aja , udah ah. Ngapain sih jadi nggak jelas gini. " Andira kemudian bangkit berdiri dan mengambil ponsel yang tak jauh darinya .

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang