Empat Belas

20 1 0
                                    

Matahari mulai menyongsong pagi. Cahayanya masuk melalui celah-celah jendela kamar. Seragam Andira sudah terpasang di tubuhnya. Kemudian, cewek itu melangkah turun ke lantai satu. Tangannya mengambil kaus kaki dan sepatu yang akan digunakan. Setelah siap , jari jemarinya mulai menari-nari di atas benda pipih itu.

Sambil menikmati sarapan paginya , Andira memanggil laki-laki paruh baya yang sudah bekerja lebih dari enam tahun itu.

"Pak Imron , kita berangkat sekarang aja ya," dia sudah bersiap untuk bangkit berdiri dan mengambil tas ransel yang sudah disampirkan di bahu kirinya.

Tetapi, Pak Imron segera mendatangi Andira dengan wajah yang lemas. "Maaf non , sebelumnya saya sudah tidak ditugaskan untuk mengantarkan Non Andira ke sekolah. "

Andira bingung. Pikirannya terus bekerja untuk mempertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi ? Akhirnya, dia baru menyadari satu hal.

"Ini semua karena anak nggak jelas itu kan ? " Ucap Andira yang mulai menahan kekesalannya terhadap ulah ibunya itu. Pak Imron sama sekali tidak berani mengatakan sesuatu.

Bi Ani menghampiri Andira sambil menunjuk ke arah luar. "Non, ada temennya yang mau jemput katanya,"

Sebelum Bi Ani menyelesaikan perkataannya , Andira sudah berjalan ke arah pagar rumahnya. Penglihatannya langsung jatuh kepada cowok yang sedang duduk di atas motor hitamnya.

"Naik." Dengan nada yang santai, cowok itu menyuruh Andira untuk naik ke motornya.

Andira terus memperhatikan Asgar dan motornya. Sebenarnya dia tidak ingin berangkat bareng dengan cowok itu. Tetapi, kalau dia menolaknya pasti ibunya akan tahu. Karena, Liana pasti akan menanyakan kepada Asgar. 

"Buru naik!"

Dan seketika, Andira mengalihkan pandangannya ke arah Asgar. Karena , cowok itu sudah menyalakan mesin motornya dan sebentar lagi, bersiap untuk meninggalkan Andira sendirian.

Andira menyilangkan kedua tangannya sambil berjalan maju selangkah ke arah Asgar. "Eh, lo mau kemana ? Jangan bilang lo mau tinggalin gue ? " Tanya Andira dengan wajah yang sudah sedikit panik.

"Naik atau nggak ?" Asgar menatap kesal ke arah Andira, karena sudah sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.

Jika, dia tidak naik maka sudah dipastikan Andira akan telat datang ke sekolah. Tetapi, kalau menaiki motor bersama cowok itu , apa yang akan dipikirkan oleh teman-temannya itu ?

Akhirnya , cewek itu berhasil menentukan pilihan. Walaupun , dengan sangat terpaksa sekali.

Lalu, beberapa menit kemudian mereka berdua sudah berhasil sampai di tempat parkiran sekolah. Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka dengan tatapan bingung, iri, dan juga tatapan kagum.

Bella dan Rayya yang juga melihat kejadian itu, langsung melihat ke arah kedua remaja yang sekarang menjadi pusat perhatian.

"Itu gue nggak salah liat ya ? Itu si Andira sama Asgar kan ?" Tanyanya kepada Bella yang terlihat sangat bingung sekali.

Daripada menerka-nerka, Bella mulai melangkahkan kakinya. Membuat Rayya dengan secara otomatis, mengikutinya.

Andira melihat Bella yang mulai jalan ke arahnya. "Hm, Bel, Rayya mana ?"

"Lo datang sama Asgar ?" Tanya langsung Bella to the point . Matanya terus menatap Andira dengan cengiran yang sudah terukir di bibirnya.

Rasa malu dan gengsi sudah bercampur aduk menjadi satu. Benar saja dugaannya. Peristiwa ini , akan menambah bahan gossip di sekolah. Pasalnya, pasca mereka meresmikan hubungan di sekolah. Kerap kali mereka tidak pernah terlihat bersama-sama. Tegur-sapa saja tidak pernah.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang